• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Tanah

Pemanfaatan limbah cair PKS pada lahan perkebunan diharapkan dapat meningkatkan kandungan hara di mintakat perakaran tanaman, sehingga dapat mengurangi atau bahkan dapat meniadakan pemakaian pupuk konvensional (Budianta 2004). Hasil analisis pengaruh LCPKS terhadap ketersediaan unsur hara disajikan pada tabel 1.

Tabel 1 menunjukkan bahwa secara umum tingkat kesuburan media tanam yang digunakan tergolong rendah. Hal ini berkaitan erat dengan tingginya tingkat kemasaman tanah dan kejenuhan Al serta rendahnya jumlah dan laju ketersediaan hara terutama N, P, K, Ca dan Mg. Pada kondisi tanah demikian sering mengakibatkan ketersediaan B, Cu, Zn dan Mo juga rendah (PPLH 2004).

Hasil analisis tanah pada awal dan akhir penelitian menunjukkan bahwa pemberian air limbah pada media tanam dapat meningkatkan pH tanah, N-Total dan P-tersedia. Selain itu , basa-basa dapat dipertukarkan (Ca, Mg dan K) juga mengalami peningkatan. Pemberian air limbah tidak mengakibatkan terjadinya peningkatan kandungan logam berat (Pb dan Cu). Hal ini dibuktikan pada hasil analisis tanah yang menunjukkan kandungan logam berat pada perlakuan relatif lebih rendah dibandingkan kontrol.

Tabel 1. Hasil analisis tanah pada awal dan akhir penelitian

Akhir Parameter Satuan Awal

K0 K1 K2 K3 pH - 4.70am 5,2am 5,6m 5.4m 5,3m C 3.07t 3,57t 3,6t 3.6t 4,02t N % 0.22s 0,31s 0.30s 0.32s 0,38s C/N 13.95s 12s 12s 11s 11s P2O5 7.60s 92,9st 171,9st 136.7st 116.3st K2O ppm 0.09sr 149st 287st 241st 253st Ca 0.40sr 5,12r 5,31r 5.78r 5,48r Mg 0.37sr 1,24s 2,15s 1.87s 1,66s KTK cmol (+) kg -1 13,50r 12r 12r 11r 11r Pb 0.00d 0,49 0,35 0,4 0,4 Cu ppm 0.00d 0,31m 0,25m 0,18d 0,22c

Keterangan : am : amat masam, m : masam, sr : sangat rendah, r : rendah, t : tinggi, st : sangat tinggi, d : defisiensi, m : marginal, c : cukup.

tanaman berumur empat Minggu Setelah Tanam (4 MST). Air limbah dari masing- masing perlakuan dimasukkan ke dalam sprayer, selanjutnya disiramkan pada tanaman sesuai dengan label perlakuan. Sebelum digunakan, limbah diaduk terlebih dahulu agar semua material yang terkandung di dalamnya dapat tercampur secara merata. Pemeliharaan

Pemeliharaan yang dilakukan meliputi penyiraman tanaman sekali dalam sehari untuk perlakuan dan kontrol, penyiangan gulma serta pencegahan serangan hama dan penyakit. Penyiangan gulma dilakukan setiap dua minggu. Gulma yang tumbuh dicabut dengan tangan, baik yang berada dalam polybag maupun di sekitar bedengan. Selain itu, dilakukan juga penimbunan akar kecambah yang terbuka oleh air siraman. Pengamatan Tanaman

Pengamatan terhadap parameter pertumbuhan tanaman seperti tinggi, diameter batang, dan jumlah daun dilakukan setelah tanaman berumur 4 MST setiap dua minggu sampai tanaman berumur 12 MST. Sedangkan pengamatan terhadap biomassa tanaman dilakukan pada akhir percobaan, parameter yang diamati meliputi bobot kering akar dan tajuk tanaman. Akar tanaman kelapa sawit dibersihkan dari tanah dengan cara disemprotkan dengan air. Setelah akar bersih dari tanah, kemudian ditiriskan sampai air tidak menetes dari akar. Tanaman dipisahkan dari bagian atas (tajuk) dengan bagian bawahnya (akar). Kemudian tanaman dikeringkan dalam oven selama 48 jam pada suhu 80oC.

Analisis Data

Pengolahan data hasil pengamatan dilakukan dengan menggunakan program SAS 6.12. Uji perbandingan ganda Duncan dengan selang kepercayaan 95% dilakukan apabila terdapat perlakuan yang berbeda nyata pada tabel analisis ragam.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Tanah

Pemanfaatan limbah cair PKS pada lahan perkebunan diharapkan dapat meningkatkan kandungan hara di mintakat perakaran tanaman, sehingga dapat mengurangi atau bahkan dapat meniadakan pemakaian pupuk konvensional (Budianta 2004). Hasil analisis pengaruh LCPKS terhadap ketersediaan unsur hara disajikan pada tabel 1.

Tabel 1 menunjukkan bahwa secara umum tingkat kesuburan media tanam yang digunakan tergolong rendah. Hal ini berkaitan erat dengan tingginya tingkat kemasaman tanah dan kejenuhan Al serta rendahnya jumlah dan laju ketersediaan hara terutama N, P, K, Ca dan Mg. Pada kondisi tanah demikian sering mengakibatkan ketersediaan B, Cu, Zn dan Mo juga rendah (PPLH 2004).

Hasil analisis tanah pada awal dan akhir penelitian menunjukkan bahwa pemberian air limbah pada media tanam dapat meningkatkan pH tanah, N-Total dan P-tersedia. Selain itu , basa-basa dapat dipertukarkan (Ca, Mg dan K) juga mengalami peningkatan. Pemberian air limbah tidak mengakibatkan terjadinya peningkatan kandungan logam berat (Pb dan Cu). Hal ini dibuktikan pada hasil analisis tanah yang menunjukkan kandungan logam berat pada perlakuan relatif lebih rendah dibandingkan kontrol.

Tabel 1. Hasil analisis tanah pada awal dan akhir penelitian

Akhir Parameter Satuan Awal

K0 K1 K2 K3 pH - 4.70am 5,2am 5,6m 5.4m 5,3m C 3.07t 3,57t 3,6t 3.6t 4,02t N % 0.22s 0,31s 0.30s 0.32s 0,38s C/N 13.95s 12s 12s 11s 11s P2O5 7.60s 92,9st 171,9st 136.7st 116.3st K2O ppm 0.09sr 149st 287st 241st 253st Ca 0.40sr 5,12r 5,31r 5.78r 5,48r Mg 0.37sr 1,24s 2,15s 1.87s 1,66s KTK cmol (+) kg -1 13,50r 12r 12r 11r 11r Pb 0.00d 0,49 0,35 0,4 0,4 Cu ppm 0.00d 0,31m 0,25m 0,18d 0,22c

Keterangan : am : amat masam, m : masam, sr : sangat rendah, r : rendah, t : tinggi, st : sangat tinggi, d : defisiensi, m : marginal, c : cukup.

Tabel 2. Hasil analisis air limbah pada awal dan akhir penelitian Parameter perlakuan BOD5 N P K Ca Mg Pb Cu Awal 0.35 0.67 2.41 0.56 0.03 0.31 0.00 0.00 K0 Akhir 1.08 0.00 0.00 1.04 0.00 0.11 0.00 0.00 (%) 67.59* 100 100 46.15 100 64.52 0.00 0.00 Awal 978.57 38.00 15.44 114.25 3.54 8.75 0.07 0.00 K1 Akhir 161.85 4.03 8.74 30.58 1.43 1.93 0.00 0.05 (%) 83.46 89.41 43.42 73.23 87.00 77.94 100 100 * Awal 859.05 8.40 15.48 114.50 3.69 8.75 0.04 0.00 K2 Akhir 74.70 42.66 1.51 29.62 5.73 2.15 0.00 0.02 (%) 91.30 80.31 90.24 74.13 35.60 75.43 100 100* Awal 682.26 0.60 13.46 97.00 1.87 6.25 0.04 0.00 K3 Akhir 134.46 3.36 0.29 33.46 0.16 1.07 0.00 0.01 (%) 8.03 82.15 97.85 65.50 91.44 91.44 100 100*

Keterangan : * = terjadi peningkatan kandungan unsur hara

Manik (2000) menyatakan bahwa pemanfaatan limbah cair ke areal tanaman kelapa sawit selama lima tahun berturut-turut tidak berpengaruh terhadap sifat fisik tanah (tekstur, permeabilitas dan kerapatan isi tanah), meningkatkan pH tanah, kandungan C- Organik, N-Total, serta P, K dan Mg tersedia, tidak berpengaruh terhadap logam berat Cd, Pb dan Cu, tetapi meningkatkan kadar Fe dan Zn, serta dapat meningkatkan rata-rata produksi TBS sebesar 35,2 %. Aplikasi limbah cair selain limbah itu sendiri mengandung unsur hara, adanya air limbah dan mikroorganisme di dalam limbah dan tanah akan membantu terbentuknya unsur hara menjadi bentuk yang tersedia (Widhiastuti 2004).

Kemasaman tanah (pH) menentukan ketersediaan dan keseimbangan unsur-unsur hara dalam tanah. Brady (1990) menyatakan bahwa ada dua faktor yang menyebabkan pH tanah dapat berubah yaitu adanya peningkatan jumlah ion H dan basa yang terjerap. Penyiraman air limbah pada tanaman kelapa sawit dapat meningkatkan pH tanah.

Hasil analisis menunjukkan bahwa media tanam yang diberi air limbah kolam aerob (K3) memiliki nisbah C/N yang lebih rendah dibandingkan kontrol dan perlakuan lainnya. Bahan organik yang memiliki nisbah C/N rendah lebih cepat menyediakan hara bagi tanaman. Nitrogen yang dibutuhkan mikroorganisme tercukupi sehingga proses dekomposisi berjalan lebih cepat.

Novizan (2005) menyatakan bahwa KTK menunjukkan kemampuan atau kapasitas koloid tanah untuk memegang kation. Penyiraman air limbah pada media tanam

dapat meningkatkan nilai KTK tanah. Perlakuan K1 (air limbah berasal dari kolam anaerob primer) memiliki nilai KTK yang lebih tinggi dibandingkan kontrol dan perlakuan lainnya. Hal ini berkaitan dengan banyaknya kation yang terkandung dalam limbah tersebut.

Karakteristik Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit

Persentase penurunan kandungan BOD5, unsur hara (N, P, K, Ca dan Mg) dan logam berat (Pb dan Cu) disajikan pada tabel 2. Hasil analisis air limbah awal dan akhir penelitian dapat dilihat pada lampiran 1-4. BOD5 limbah cair masing-masing perlakuan mengalami penurunan.

Pengolahan limbah dengan cara biologis dapat dilakukan melalui dua cara yaitu aerob dan anaerob. Kedua metode ini disusun dalam IPAL secara seri dan memiliki proses yang berbeda karena metode aerob membutuhkan oksigen dalam prosesnya sedangkan anaerob harus meminimumkan oksigen sesedikit mungkin. Proses anaerobik tidak menghasilkan sesuatu yang sempurna melainkan hanya mampu mengolah limbah sampai pada batas tertentu yang cocok untuk proses aerob (Ginting 2007). Adanya kandungan oksigen pada kolam aerobik menyebabkan perombakan limbah dapat berlangsung dengan sempurna sehingga dalam pemanfaatannya unsur hara dalam limbah tersebut berada dalam keadaan yang lebih tersedia bagi tanaman.

Hasil analisis akhir air limbah menunjukkan bahwa nilai BOD5 air limbah yang berasal dari outlet masing-masing fase pengolahan mengalami pernurunan. Penurunan terbesar diperoleh pada perlakuan K2 (air limbah kolam anaerob primer) yaitu sebesar 91,30% sementara penurunan terkecil diperoleh pada perlakuan K3 (air limbah kolam aerob) sebesar 8,29%. Mc Kinney (1965) menyatakan bahwa Konsentrasi BOD menunjukkan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk menguraikan hampir semua zat organik yang terlarut dan sebagian zat-zat organik yang tersuspensi dalam air. Penurunan konsentrasi BOD disebabkan adanya aktivitas mikrob yang mampu mengoksidasi semua bahan- bahan organik pada kondisi yang sesuai dengan pertumbuhannya (Freeman 1984).

Dalam pemanfaatannya, sebaiknya air limbah tidak dibiarkan terlalu lama karena limbah akan mengalami degradasi terus- menerus sehingga nilai BOD akan semakin menurun akibat aktivitas bakteri. Nilai BOD yang terlalu rendah menyebabkan kadungan nutrisi limbah juga akan rendah (Budianta 2004). Jumlah nutrien yang tidak cukup, seperti nitrogen dan fosfor, cenderung menurunkan laju pertumbuhan mikroba, menurunkan laju penghilangan BOD dan melemahkan sifat pengendapan lumpur (Jeni dan Rahayu 1993).

Limbah cair PKS memiliki sejumlah kandungan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Hasil analisis menunjukan bahwa terjadi penurunan kandungan N, P, K, Ca dan Mg. Namun, pada akhir penelitian, kandungan unsur hara (N, P, K, Ca dan Mg) berfluktuasi.

Kandungan N-Total pada perlakuan K3 mengalami peningkatan yaitu sebesar 82.15% yang diikuti oleh K2 sebesar 80.31%. Sementara pada perlakuan K1 kandungan N- total mengalami penurunan sebesar 89.41%. Dalam air limbah N dapat ditemukan dalam bentuk N-organik dan anorganik. Dekomposisi air limbah yang berasal dari kolam aerob mampu meningkatkan kandungan N-Total dalam air limbah. Menurut Jeni dan Rahayu (1993), Oksidasi amonia menjadi nitrit dan nitrat disebut nitrifikasi dan berlangsung dibawah kondisi aerobik. Sedangkan pada perlakuan K1 terjadi proses denitrifikasi yaitu proses dimana N- nitrat dan nitrit direduksi menjadi gas nitrogen dan nitrogen oksida dibawah kondisi anaerob. Denitrifikasi memberikan kemungkinan untuk mereduksi kadar nitrogen dari effluent limbah

dengan menghasilkan fraksi nitrogen yang dilepaskan ke udara sebagai gas inert.

Kandungan unsur P pada air limbah mengalami penurunan. Tingkat penurunan terbesar diperoleh pada perlakuan K3 yaitu 97.85% dan terkecil diperoleh pada perlakuan K1 sebesar 43.42%. Penanganan biologik anaerobik, fosfat akan mengalami likuifikasi (pencairan) bahan organik dan senyawa fosfor anorganik akan dilepas dari senyawa organik.

Effluent dari unit anaerobik dapat

mengandung senyawa fosfor terlarut dalam konsentrasi kecil (Jeni dan Rahayu 1993).

Unsur K , Ca dan Mg pada masing- masing perlakuan mengalami penurunan. Perlakuan K2 mengalami penurunan terbesar terhadap unsur K yaitu seberar 74.13%. Kandungan Ca mengalami penurunan terbesar pada perlakuan K1 yang mencapai 87% sementara Mg penurunan terbesar diperoleh pada perlakuan K3 mencapai 91.44%.

Proses penguraian bahan organik akan mengurangi kandungan K, Ca dan Mg dalam air limbah. Hal ini disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme. Mikoorganisme, selain merombak kalium, kalsium dan magnesium juga menggunakan unsur tersebut untuk aktivitas metabolisme hidupnya.

Pertumbuhan Tanaman Kelapa Sawit A. Tinggi tanaman

Hasil pengamatan tinggi tanaman kelapa sawit selama 12 MST disajikan pada Lampiran 5. Analisis keragaman terhadap tinggi tanaman pada masing-masing perlakuan (Tabel 4) menunjukkan bahwa perlakuan penyiraman air limbah memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman.

Tanaman yang diberi perlakuan K3 (air limbah kolam aerob) menghasilkan rata-rata pertambahan tinggi terbesar yaitu 15.87 cm sementara nilai rata-rata terkecil diperoleh pada perlakuan K2 (air limbah kolam anaerob sekunder) yaitu 12.07 cm.

Berdasarkan uji Duncan pada tabel 3 terlihat bahwa tanaman yang diberi perlakuan K3 tidak berbeda nyata dengan kontrol tetapi berbeda secara nyata dengan K1 dan K2. Gambar 4 menunjukkan pertambahan tinggi tanaman yang diberi perlakuan K3 pada setiap pengamatan mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan kontrol dan perlakuan lainnya.

Kandungan unsur hara makro (N, P, K, Ca dan Mg) air limbah K3 lebih rendah dibandingkan K1 dan K2. Namun rata - rata pertambahan tinggi tanaman terbesar

diperoleh pada perlakuan K3. Dapat diasumsikan bahwa kandungan beberapa unsur hara makro pada K3 berada dalam keadaan yang tersedia bagi pertumbuhan tanaman kelapa sawit karena limbah tersebut telah terdekomposisi secara sempurna. Ketersediaan unsur hara didalam tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya seperti pH tanah, KTK, dan komposisi kation berkaitan dengan efek sinergisme maupun antagonisme di dalam tanah (Khaswarina 2001).

Ketidakseimbangan hara akan berakibat terganggunya ketersediaan salah satu hara tanaman. Hukum minimum Leibig menyebutkan bahwa laju pertumbuhan tanaman diatur oleh adanya faktor (unsur hara) yang berada dalam jumlah minimum.

0 5 10 15 20 25 30 35 4 6 8 10 12 Um ur tanam an (MST) ti nggi (c m) K0 K1 K2 K3

Gambar 4. Pengaruh perlakuan LCPKS terhadap pertambahan tinggi kelapa sawit selama 12 MST.

Setiap unsur hara yang terkandung dalam air limbah kolam aerob (K3) sangat berperan terhadap pertumbuhan tinggi tanaman. Nitrogen merupakan unsur esensial dalam proses pertumbuhan tanaman. Unsur hara yang tersedia bagi tanaman sangat berperan dalam meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman. Hal ini dijelaskan oleh Novizan (2005) bahwa pemupukan P dapat merangsang pembelahan sel untuk pertumbuhan awal bibit tanaman. Terakumulasinya unsur K yang cukup dalam daun akan meningkatkan tekanan turgor,

kemudian mendorong stomata untuk membuka, maka cahaya dan CO2 akan masuk

lebih banyak sehingga fotosintesis berlangsung lebih baik. Gardner et al. (1991) menyatakan bahwa fotosintat yang terbentuk selama proses fotosintesis sebagian digunakan untuk pembentukan sel-sel baru pada jaringan meristem ujung. Unsur Mg berperan sebagai penyusun klorofil, sedangkan Ca merupakan penyususn dinding sel dan esensial dalam proses pembelahan dan pemanjangan sel. B. Diameter tanaman

Hasil analisis keragaman pada tabel 5 membuktikan bahwa penyiraman air limbah pada tanaman memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertambahan diameter batang. Seperti halnya pada tinggi tanaman, pertambahan diameter batang selama 12 MST (gambar 5) juga memperlihatkan bahwa K3 adalah perlakuan yang memiliki penambahan diameter batang paling signifikan pada setiap pengamatan dengan rata-rata sebesar 0.77 cm. Perlakuan K2 menghasilkan rata-rata pertambahan diameter terkecil yaitu 0.46 cm.

Hasil pengamatan pertambahan diameter batang selama 12 MST disajikan pada lampiran 5. Uji Duncan pada tabel 3 menunjukkan bahwa perlakuan K3 tidak berbeda nyata dengan kontrol namun berbeda secara nyata dengan perlakuan K1 dan K2

Meskipun penyiraman K3 pada tanaman kelapa sawit menunjukkan rata-rata pertumbuhan diameter tanaman yang tidak berbeda secara nyata dengan kontrol, namun jika dilihat dari grafik pertumbuhan pada gambar 5 maka ada kecenderungan bahwa perlakuan K3 menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan kontrol dan perlakuan lainnya. Hal ini disebabkan air limbah dari kolam aerob mampu menyediakan unsur hara bagi tanaman secara kontinu. Kemudian ditambahkan oleh Marbun et al. (2004) bahwa limbah cair PKS merupakan salah satu bahan organik yang berperan sebagai unsur hara perangsang aktivitas mikroorganisme, memperbaiki struktur, meningkatkan aerasi serta retensi dan kelembaban tanah.

Tabel 3. Pengaruh pemberian limbah cair PKS terhadap rata-rata pertambahan tinggi, diameter batang dan jumlah daun tanaman dari 4 - 12 MST.

Perlakuan ∆ Tinggi tanaman (cm) ∆ Diameter batang (cm) ∆ Jumlah daun (helai) K0 14.23 ± 0.71ab 0.69 ± 0.30a 4.67 ± 0.21ab

K1 12.97 ± 0.79bc 0.57 ± 0.39b 4.5 ± 0.22b

K2 12.07 ± 0.62c 0.46 ± 0.16c 4.17 ± 0.31b

K3 15.87 ± 0.62a 0.77 ± 0.36a 5.33 ± 0.21a

Tabel 4. Analisis keragaman pengaruh perlakuan terhadap pertambahan tinggi tanaman

Sumber keragaman Derajat bebas Jumlah kuadrat Kuadrat tengah F hitung F tabel Perlakuan 3 489.40 163.13 5.77 3.09 Galat 20 565.73 282.87 Total 23 1055.13

Tabel 5. Analisis keragaman pengaruh perlakuan terhadap pertambahan diameter batang tanaman kelapa sawit Sumber keragaman Derajat bebas Jumlah kuadrat Kuadrat tengah F hitung F tabel Perlakuan 3 0.34 0.11 18.70 3.09 Galat 20 0.12 0.01 Total 23 0.46 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 4 6 8 10 12 Umur tanam an (MST) D ia m et er ( c m ) K0 K1 K2 K3

Gambar 5. Pengaruh perlakuan LCPKS terhadap pertambahan diameter tanaman kelapa sawit selama 12 MST.

Unsur hara yang tersedia bagi tanaman juga dapat menguatkan pertumbuhan diameter batang. Nitrogen yang terkandung pada K3 merupakan bahan yang esensial untuk pembelahan dan pembesaran sel (Gardner et al. 1991), sementara itu menurut Lingga dan Lubis (1986) dalam (Khaswarina 2001) unsur K berperan penting dalam dinding sel, dan menguatkan vigor tanaman. Sehingga unsur N dan K dapat mempengaruhi besar diameter batang tanaman. Pemberian P pada awal pertumbuhan dapat memperkuat batang (Soepartini 1979). Ditambahkan juga oleh Agustina (2004) yang menyatakan bahwa Ca berperan penting sebagai elemen struktural khususnya sebagai Ca pektat di dalam penyusun lamela tengah sehingga dapat memperkokoh batang tanaman.

C. Jumlah daun

Hasil analisis keragaman pada tabel 6 menunjukkan bahwa perlakuan penyiraman

air limbah pada tanaman memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertambahan jumlah daun tanaman kelapa sawit. Berdasarkan uji Duncan pada tabel 3 dapat dinyatakan bahwa perlakuan K3 tidak berbeda nyata dengan kontrol tetapi berbeda secara nyata dengan perlakuan K1 dan K2.

Hasil pengamatan pertambahan jumlah daun setiap pengamatan disajikan pada lampiran 5. Perlakuan K3 menghasilkan rata- rata petambahan jumlah daun terbesar yaitu 5.33 helai. Sementara nilai rata-rata pertambahan jumlah daun terkecil diperoleh pada perlakuan K2 yaitu 4.17 helai. Gambar 6 menunjukkan pengaruh masing-masing perlakuan terhadap rata-rata pertambahan jumlah daun tanaman pada setiap pengamatan selama 12 MST. Masing-masing perlakuan dan kontrol menunjukkan pertambahan jumlah daun yang hampir sama pada setiap pengamatan.

Pertambahan jumlah daun dipengaruhi oleh tersedianya unsur N bagi tanaman. Unsur N berperan menonjol terhadap bagian vegetatif tanaman (dedaunan dan pucuk) sehingga para petani menyebutnya dengan pupuk daun. Sementara unsur-unsur lainnya seperti P, K, Ca dan Mg berperan dalam menunjang pertumbuhan lebar daun. Tanaman yang diberi perlakuan K3 menghasilkan daun yang subur dan lebih luas.

Respon pertumbuhan tanaman kelapa sawit yang diberi perlakuan dengan tanpa perlakuan tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Hal ini disebabkan nutrisi organik yang berasal dari limbah mempunyai daya penyediaan hara yang rendah atau mempunyai peranan dalam jangka panjang (Budianta 2004).

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 4 6 8 10 12 Um ur tanam an (MST) Ju m lah d au n ( h el ai)

Tabel 6. Analisis keragaman pengaruh perlakuan terhadap pertambahan jumlah daun tanaman kelapa sawit Sumber keragaman Derajat bebas Jumlah kuadrat Kuadrat tengah F hitung F tabel Perlakuan 3 4.33 1.44 4.13 3.09 Galat 20 7.00 0.35 Total 23 11.33

Lakitan (2001) menyatakan bahwa sebagian besar nutrisi dalam bahan organik berikatan dengan molekul organik. Sebelum dapat diserap oleh tanaman. Bahan organik harus mengalami penguraian yang biasanya dilakukan oleh mikroorganisme. Unsur hara dalam bahan organik bersifat lambat tersedia bagi tanaman. Pahan (2007) menyatakan bahwa pada fase tanaman muda penggunaan pupuk yang lambat larut akan lebih efektif dan efisien daripada pupuk yang cepat larut.

K0 K1 K2 K3

Gambar 6. Pengaruh perlakuan LCPKS terhadap pertambahan jumlah daun tanaman kelapa sawit selama 12 MST.

Pertambahan tinggi, diameter batang dan jumlah daun tanaman kelapa sawit selama 12 MST terlihat bahwa pada perlakuan K1 dan K2 pertumbuhan tanaman lebih rendah dari kontrol. Hal ini terjadi karena K1 dan K2 mampu mensuplai unsur K secara berlebih kepada tanaman kelapa sawit sehingga Ca dan Mg tanah tertekan dan suplai unsur ini menjadi terhambat (Peter & Fisher, 1992). Unsur Ca dan Mg yang relatif rendah dapat menurunkan laju pertumbuhan vegetatif tanaman. Lakitan (2001) menyatakan bahwa Ca, Mg dan N diperlukan dalam pembentukan protein yang merupakan unsur utama dalam proses fotosintesis. Sementara kalium berguna sebagai aktifator dari berbagai enzim dalam reaksi fotosintesis.

Air limbah pada perlakuan K1 dan K2 mgandung Sludge yang cukup tinggi. Sludge

memiliki tekstur yang didominasi oleh debu akan menjadi buruk dan mempengaruhi pertumbuhan tanaman, terutama perakaran sangat terbatas , serapan hara terhambat, air menjadi kurang dan terjadi pembentukan senyawa anorganik beracun. Tekstur semacam ini sangat plastis, menjadi lekat bila basah dan keras membongkah bila kering.

D. Bobot kering akar dan tajuk

Tabel 9 menunjukkan bahwa penyiraman tanaman dengan air limbah memberikan pengaruh yang nyata terhadap berat kering akar tanaman. Perlakuan K3 menghasilkan rata – rata bobot kering akar tanaman tertinggi yaitu sebesar 15.5 gram sementara rata-rata bobot kering akar terendah diperoleh pada perlakuan K2 yaitu sebesar 7.3 gram. Hasil uji Duncan pada tabel 10 menunjukkan bahwa perlakuan K3 berbeda secara nyata dengan perlakuan K1 dan K2 namun tidak berbeda secara nyata dengan kontrol.

Perlakuan penyiraman air limbah juga memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot kering tajuk tanaman (Tabel 11). Nilai tertinggi rata-rata bobot kering tajuk tanaman diperoleh pada perlakuan K3 yaitu sebesar 51.83 gram dan terendah diperoleh pada perlakuan K1 yaitu sebesar 26.83 gram. Hasil uji lanjut dengan menggunakan uji Duncan pada tabel 12 menyatakan bahwa perlakuan K3 memberikan pengaruh yang berbeda secara nyata terhadap perlakuan K1, K2 dan K0. Hasil pengamatan bobot kering akar dan tajuk tanaman pada 12 MST disajikan pada lampiran 6.

Biomassa tanaman kelapa sawit terbentuk melalui proses fotosintesis. Dalam proses ini karbondioksida (CO2) dan air (H2O) diubah

menjadi karbohidrat (CH2O) dengan

menggunakan radiasi matahari yang diserap melalui klorofil. Karbohidrat digunakan oleh tanaman untuk mendukung keberadaan fungsi dirinya. Sebagian karbohidrat digunakan untuk transpor dan konversi karbohidrat menjadi bahan kering struktural serta penyerapan aktif unsur hara dari dalam tanah. Sementara sisanya digunakan untuk produksi bahan kering vegetatif (daun, batang dan akar) serta generatif (buah) (Pahan 2007).

Tabel 7. Pengaruh pemberian limbah cair PKS terhadap rata-rata bobot kering akar dan tajuk tanaman.

Perlakuan Bobot kering akar (gram) Bobot kering tajuk (gram)

K0 13.33±2.48a 41.33±0.95b

K1 7.97±2.29b 26.83±0.78c

K2 7.38±2.24b 28.00 ± 0.64c

K3 15.5±2.35a 51.83±0.88a

Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan 95%

Tabel 8. Analisis keragaman pengaruh perlakuan terhadap bobot kering akar tanaman kelapa sawit Sumber keragaman Derajat bebas Jumlah kuadrat Kuadrat tengah F hitung F tabel Perlakuan 3 28.780.45 9.593.48 24.29 3.09 Galat 20 78.975.00 3.948.75 Total 23 36.677.95

Tabel 9. Analisis keragaman pengaruh perlakuan terhadap bobot kering tajuk tanaman

Sumber keragaman Derajat bebas Jumlah kuadrat Kuadrat tengah F hitung F tabel Perlakuan 3 2.539.00 846.33 25.92 3.09 Galat 20 653.00 326.50 Total 23 3.192.00

Menurut Taufiq (2000) bobot kering tanaman (akar dan tajuk) menunjukkan tingkat efesiensi metabolisme dari tanaman tersebut. Berat kering total hasil panen tanaman merupakan penimbunan hasil bersih asimilasi CO2 selama pertumbuhan (Gardner et al1991).

Semakin tinggi bobot kering maka reaksi metabolisme semakin baik karena tanaman memiliki daun yang kokoh sehingga proses fotosintesis berjalan lancar. Phosfor akan mempengaruhi berat kering akar Sementara bobot kering akar tanaman kering tanaman secara keseluruhan pada perlakuan tersebut juga meningkat

Bailey (1986) menyebutkan bahwa unsur N dibutuhkan oleh tanaman sepanjang pertumbuhannya sehingga jumlah yang diambil berhubungan langsung dengan produksi berat keringnya. Unsur P dapat meningkatkan pemanjangan akar, kehalusan akar serta kerapatannya (Gardner et al. 2001). Phosfor akan mempengaruhi berat kering akar tanaman. Sementara unsur K, Ca dan Mg

Dokumen terkait