• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL

A. Perdagangan Lokal

1. Lokasi

Keempat lokasi pengamatan memiliki aktivitas perdagangan kura-kura (darat dan air tawar) yang cukup besar, utamanya dari jumlah jenis dan jumlah individu yang dijual. Jumlah penjual kura-kura darat dan kura-kura air tawar untuk setiap lokasi pengamatan tidak terlalu besar, tidak lebih dari 20% dengan keseluruhan penjual lainnya, kecuali untuk lokasi Kemang yang hanya terdiri atas 1 toko.

Gambar 3. Hasil pengamatan di Pasar Kemuning Jatinegara (searah jarum jam

dari kiri atas): (a) Suasana pasar; (b) Heosemys spinosa; (c) Suasana jual beli kura-kura & kelengkapannya; (d) Notochelys

platynota.

Lokasi Pasar Kemuning (Gambar 3) merupakan pasar yang didominasi penjual ikan hias dan kelengkapannya (air tawar dan air laut), beragam unggas (burung Merpati, burung-burung berkicau, burung Elang, burung Hantu, dll) serta mamalia (anjing, kucing, monyet ekor panjang, beruk, Macan dahan), bahkan

(a)

(c) (b)

jenis langka dan dilindungi seperti Kukang jawa Nycticebus coucang ditawarkan pula. Lokasi ini berada dalam satu gang di sebelah timur Pusat Grosir Jatinegara (PGJ) dan terletak dalam wilayah pusat perdagangan Jatinegara sehingga aktivitas di dalam pasar ini cukup ramai. Jumlah pedagang satwaliar yang ada lebih dari 50 orang dimana pedagang ikan hias dan mamalia sebagian besar menempati bagian luar gang sedangkan sebagian besar pedagang unggas menempati bagian dalam gang.

Gambar 4. Berbagai spesies Kura-kura yang diperdagangkan di Jalan Barito Jakarta (searah jarum jam dari kiri atas): (a) Malayemys subtrijuga;

(b) Macrochelodina rugosa; (c) Cuora amboinensis; (d) Carettochelys insculpta; (e) Geochelone elegans; (f) Indotestudo forstenii.

Lokasi Jalan Barito (Gambar 4), yang berdampingan dengan toko-toko bunga, merupakan lokasi penjualan ikan hias (air tawar dan air laut), kelengkapan akuarium (akuarium, alat-alat pemeliharaan, makanan, penyaring air, alat pemberi makan, lampu akuarium, karang hias, dll). Jenis-jenis ikan Hiu, ikan Pari, Belut laut serta ikan air tawar yang unik seperti ikan Paru, ikan Gar, dan ikan raksasa

Arapaima gigas juga dijual di tempat ini. Satwaliar langka dan dilindungi seperti Buaya muara Crocodylus porosus ditawarkan dengan harga Rp 1,5 juta/ekor. Sejak Januari 2008, lokasi Jalan Barito telah digusur oleh Pemda DKI Jakarta untuk difungsikan kembali sebagai taman kota.

(a) (b)

(c)

Gambar 5. Hasil pengamatan di Jalan Kartini (searah jarum jam dari kiri atas): (a) Orlitia borneensis; (b) Batagur baska; (c) Manouria emys; (d) Astrochelys radiata; (e) Chelus fimbriatus; (f) Toko-toko di Jalan Kartini.

Lokasi Jalan Kartini (Gambar 5) merupakan pusat penjualan beragam ikan air tawar seperti ikan Koi, ikan Arawana, ikan Gar (jenis asing); beragam ikan air laut seperti ikan Anemon, ikan Scorpion; karang hias; udang hias; kelengkapannya (akuarium, alat pemeliharaan, hiasan akuarium, dll); serta toko yang menjual ular, biawak, kadal, kodok dan beruk serta monyet ekor panjang. Keragaman jenis ikan hias air tawar dan air laut yang ditawarkan di lokasi ini tidak sebanyak yang terdapat di Jalan Sumenep namun jumlah pedagangnya jauh lebih banyak dan menawarkan harga yang lebih murah dibandingkan harga di Jalan Sumenep.

Para pedagang di Jalan Kartini memiliki karakteristik komoditi yang hampir sama dengan pedagang di Jalan Barito, dimana jenis kura darat dan kura-kura air tawar bukan merupakan dagangan utama dan hanya merupakan tambahan terhadap komoditi lainnya. Jenis-jenis yang ditawarkan bervariasi antara jenis asli dan jenis asing dengan harga penawaran yang cukup murah (kurang dari Rp 500 ribu), walaupun terdapat juga toko yang menawarkan kura darat dan kura-kura air tawar yang berharga jutaan rupiah. Hanya ada 1 toko eksklusif kura-kura-kura-kura darat dan kura-kura air tawar, dimana jenis-jenis yang dipajang umumnya merupakan jenis-jenis asing dan berharga mahal (di atas Rp 1 juta).

(a) (b) (c)

Gambar 6. Berbagai jenis Kura-kura yang diperdagangkan di Kemang (searah

jarum jam dari kiri atas): (a) Chelonoides carbonaria; (b) Geochelone sulcata; (c) Lissemys punctata; (d) Geochelone

elegans pyramiding; (e) Testudo graeca; (f) Stigmochelys pardalis

high-domed.

Di wilayah Kemang terdapat 1 toko eksklusif yang menjual kura-kura darat dan kura-kura air tawar (Gambar 6), dengan komoditi yang dijual umumnya merupakan jenis-jenis asing berharga tinggi. Beberapa jenis asing yang sangat menarik, seperti Geochelone elegans, Chelonoides carbonaria, Testudo graeca,

Stigmochelys pardalis dan G. sulcata merupakan komoditi yang banyak diminati (menurut keterangan pemilik toko) walaupun harga penawarannya cukup mahal (di atas Rp 1 juta). Toko ini juga menawarkan penataan tempat pemeliharaan kura-kura di rumah pembeli, menjual buku-buku mengenai kura-kura, bersedia melakukan perawatan kura-kura yang sakit serta bersedia pula menjualkan kembali kura-kura yang sudah tidak lagi ingin dipelihara oleh pemiliknya.

2. Jenis

Jenis kura-kura yang diperdagangkan sebanyak 48 jenis, 33.33% (16 jenis) adalah jenis asli sedangkan 66.67% (32 jenis) merupakan jenis asing (Tabel 1). Tiga jenis asli yang ditawarkan merupakan jenis yang dilindungi di Indonesia, yaitu Batagur baska, Orlitia borneensis dan Carettochelys insculpta.

(a) (b) (c)

(d) (e)

Tabel 1. Hasil pengamatan atas jenis kura-kura darat & kura-kura air tawar yang dijual di lokasi pengamatan.

Familia Sangat umum (>15

ekor)

Umum (6-15 ekor) Jarang (1-5 ekor) JENIS ASLI

Carettochelyidae Carettochelys insculpta

Geoemydidae Cuora amboinensis Notochelys platynota Batagur baska

Heosemys spinosa Callagur borneoensis

Siebenrockiella crassicollis

Malayemys subtrijuga Orlitia borneensis

Testudinidae Indotestudo forsteni

Manouria emys

Trionychidae Amyda cartilaginea

Dogania subplana

Chelidae Macrochelodina rugosa Chelodina parkeri

Chelodina sp.

3 jenis (6.25 %) 2 jenis (4.17 %) 11 jenis (22.92 %)

JENIS ASING

Chelydridae Chelydra serpentina Macrochelys temminckii

Emydidae Trachemys scipta elegans Clemys guttata

Graptemys barbouri Graptemys nigrinoda Graptemys

pseudogeographica

Malaclemys terrapin centrata Malaclemys terrapin terrapin

Geoemydidae Morenia ocellata Chinemys sp.

Mauremys sinensis Cuora mouhouti Geoclemys hamiltoni Kachuga sp.

Kinosternidae Sternotherus carinatus

Paltysternidae Platysternon megacephalum

Testudinidae Astrochelys radiate

Chelonoides carbonaria Geochelone elegans Geochelone sulcata Indotestudo elongate Pyxis arachnoids Stigmochelys pardalis Testudo graeca Testudo horsfieldii

Trionychidae Lissemys punctata

Pelodiscus sinensis

Chelidae Chelus fimbriatus

Phrynops geoffroanus Platemys platycephala

Pelomedusidae Pelomedusa subrufa

Podocnemididae Podocnemis unifilis

3. Jumlah

Berdasarkan hasil survei lapangan, terdapat 264 individu dari 48 jenis kura-kura darat dan kura-kura-kura-kura air tawar yang dijual di seluruh lokasi pengamatan (Tabel 2). Jumlah total jenis terbanyak berada di lokasi Jalan Kartini sedangkan yang paling sedikit di Pasar Kemuning Jatinegara. Jumlah total individu terbanyak ditemui di Pasar Kemuning Jatinegara sedangkan yang paling sedikit di Kemang.

Tabel 2. Hasil pengamatan atas jumlah jenis dan jumlah individu kura-kura darat dan kura-kura air tawar yang dijual di setiap lokasi pengamatan.

Asli Asing Total Kunj2)

Lokasi

Jenis Ind1) Jenis Ind1) Jenis Ind1)

Barito 5 56 5 11 10 67 4

Kartini 5 11 20 51 25 62 5

Kemang 1 1 22 36 23 37 1

Pasar Kemuning 5 52 1 46 6 98 4

Survei pendahuluan dan lokasi lainnya3)

- - - - - - 10

120 144 484) 264 24

Keterangan:

1) Jumlah individu; 2) Jumlah kunjungan;

3) Survei pendahuluan untuk mencari, melihat dan memilih lokasi penelitian serta pengamatan pada lokasi lainnya dimana tidak dilakukan pencatatan data (jumlah, jenis, ukuran, harga);

4) Jumlah jenis berdasarkan Tabel 1.

4. Ukuran

Berdasarkan pendugaan ukuran setiap individu kura-kura pada setiap lokasi pengamatan, maka persentase individu yang memiliki ukuran kecil (3-6 cm), sedang (6-10 cm) atau besar (>10 cm) dapat dilihat pada Gambar 7. Ukuran individu yang diperdagangkan pada semua lokasi, kecuali Jalan Barito, menunjukkan bahwa ukuran yang diminati atau yang tersedia adalah “kecil” (3-6 cm) yang diduga berkorelasi positif dengan harga penawaran (harga penawaran lebih murah). Namun, berdasarkan catatan penelitian, individu-individu berukuran “sedang” (6-10 cm) yang ditawarkan di Jalan Barito sebenarnya lebih mendekati ukuran kecil, yaitu antara 6-8 cm.

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% BARITO

KARTINI KEMANG JATINEGARA

UKURAN Kecil (3-6 cm) UKURAN Sedang (6-10 cm) UKURAN Besar (>10 cm)

Gambar 7. Persentase kura-kura yang diperdagangkan di setiap lokasi pengamatan berdasarkan ukuran.

5. Harga

Harga penawaran setiap individu kura-kura darat atau kura-kura air tawar tergantung pada jenis, ukuran, kondisi dan karakteristik uniknya. Jenis-jenis asing umumnya berharga mahal walaupun berukuran kecil, apalagi bila memiliki karakteristik khusus, misalnya Testudo graeca yag berwarna lebih keemasan atau disebut tipe golden graeca, Astrochelys radiata yang berwarna lebih kuning atau tipe high yellow. Selisih harga individu tipe khusus (atau berkarakter unik) dengan tipe biasa (tidak memiliki karakter unik) dapat mencapai Rp 2-3 juta. Sebagai contoh, individu yang memiliki kelainan albinisme (albino) dihargai cukup mahal dibandingkan harga pasarannya, misalnya Kura-kura brasil

Trachemys scripta elegans yang biasanya berharga Rp 10-25 ribu ditawarkan dengan harga Rp 1,5 juta karena memperlihatkan karakteristik albino yang sangat kuat. Gambar 8 hingga Gambar 11 memperlihatkan selang harga penawaran terendah dan tertinggi untuk setiap lokasi pengamatan.

0 500 1,000 1,500 2,000 2,500 Harga (x Rp 1,000) Astrochleys radiata Carettochelys insculpta Chelydra serpentina Cuora amboinensis Heosemys spinosa Indotestudo forsteni Macrochelys temminckii Siebenrockiella crassicollis Sternotherus carinatus Trachemys scipta elegans

Gambar 8. Selang harga penawaran terendah dan tertinggi untuk kura-kura di Jalan Barito (dalam Rp 1,000).

Harga penawaran tertinggi adalah untuk jenis Macrochelys temmincki, yang berasal dari Amerika Serikat sedangkan harga untuk jenis lain berkisar antara Rp 25 ribu hingga Rp 450 ribu. Harga penawaran yang cukup mahal tersebut disebabkan karena sebagian besar merupakan jenis asing yang diimpor ke Indonesia, sedangkan jenis berharga murah berasal dari dalam negeri.

0 5,000 10,000 15,000 20,000 25,000 30,000 35,000 Harga (x Rp 1,000) Amyda cartilaginea Astrochelys radiata Batagur baska Callagur borneoensis Carettochelys insculpta Chelodina parkeri Chelonoides carbonaria Chelus fimbriatus Chelydra serpentina Chinemys sp Geochelone elegans Geoclemys hamiltoni Indotestudo elongata Kachuga sp Macrochelodina rugosa Macrochelys temminckii Malayemys subtrijuga Manouria emys Morenia ocellata Mauremys sinensis Pelomedusa sp Phrynops geoffroanus Pyxis arachnoides Stigmochelys pardalis Testudo graeca

Gambar 9. Selang harga penawaran terendah dan tertinggi untuk kura-kura di Jalan Kartini (dalam Rp 1,000).

Harga penawaran termahal untuk kura-kura di Jalan Kartini adalah untuk jenis Astrochelys radiata, yang berasal dari Madagaskar dan dinilai sangat eksotis sehingga berharga mahal. Harga tertinggi tersebut terkait dengan ukuran individu yang ditawarkan cukup besar (>25 cm) sedangkan individu yang berukuran kecil umumnya berharga kurang dari Rp 6 juta.

0 5,000 10,000 15,000 20,000 25,000 30,000 35,000 Harga (x Rp 1,000) Astrochelys radiata Chelodina sp Chelydra serpentina Clemys guttata Cuora mouhouti Geochelone elegans Geochelone sulcata Geoclemys hamiltoni Graptemys barbouri Graptemys nigrinoda Graptemys pseudogeographica Lissemys punctata Macrochelys temmincki Malaclemys terrapin centrata Malaclemys terrapin terrapin Morenia ocellata Platemys platycephala Platysternon megacephalum Podocnemis unifilis Pyxis arachnoides Stigmochelys pardalis Testudo graeca Testudo horsfieldii

Gambar 10. Selang harga penawaran terendah dan tertinggi untuk kura-kura di Kemang (dalam Rp 1,000).

Jenis berharga termahal adalah Astrochelys radiata (Rp 32 juta), seperti juga yang ditawarkan di Jalan Kartini, berukuran cukup besar (>25 cm) dan diduga merupakan hasil peliharaan yang dijual kembali. Harga penawaran jenis lainnya tidak melampaui Rp 5 juta rupiah dan umumnya berukuran kecil (<6 cm).

0 10 20 30 40 50 60 70 80 Harga (x Rp 1,000) Cuora amboinensis Heosemys spinosa Notochelys platynota Orlitia borneensis Siebenrockiella crassicollis Trachemys scripta elegans

Gambar 11. Selang harga penawaran terendah dan tertinggi untuk kura-kura di Pasar Kemuning Jatinegara (dalam Rp 1,000).

Harga penawaran untuk jenis-jenis kura-kura yang ditawarkan di Pasar kemuning di bawah Rp 80 ribu dan semuanya, kecuali Trachemys scripta elegans, merupakan jenis asli. Ukuran yang ditawarkan umumnya kecil (< 6 cm) walaupun untuk Notochelys platynota, Cuora amboinensis, dan Orlitia borneensis

ukuran individu yang ditawarkan bisa mencapai 10 cm (ukuran sedang).

6. Pemanfaatan Lain

Penjualan kura-kura untuk pemanfaatan yang lain diobservasi di Pasar Petak Sembilan (Glodok), yaitu untuk konsumsi (mentah atau masak) serta pelepasan untuk tujuan religius. Jenis yang ditawarkan untuk konsumsi adalah Amyda cartilaginea dan Dogania subplana dengan harga penawaran Rp 60 ribu/kg (dijual dalam keadaan hidup dan dapat dipotong di tempat ini). Jenis yang ditawarkan untuk pelepasan religius adalah Cuora amboinensis dan Notochelys platynota dengan harga Rp 35 ribu/ekor. Selain daging mentah, minyak dan empedu dari A. cartilaginea dan D. subplana juga dijual sebagai bahan obat

dengan harga Rp 50 ribu/botol (minyak) dan Rp 40-60 ribu/kg (empedu). Tulang bulus masih berharga untuk dimanfaatkan sebagai bahan obat dengan harga Rp 15 ribu/kg.

Gambar 12. Hasil pengamatan di Petak Sembilan (searah jarum jam dari kiri atas): (a) Para pedagang di Pasar Petak Sembilan; (b) Penjual kura-kura; (c) Cuora amboinensis; (d) Minyak bulus; (e) Bulus & labi-labi hutan (A. cartilaginea & D. subplana); (f) C. amboinensis &

Notochelys platynota.

B. Pasar Maya (Cyber market)

Sejalan dengan perkembangan teknologi dan tersedianya jaringan internet

secara luas, maka pasar satwaliar berkembang pula ke dunia maya menjadi pasar maya (cyber market). Model penawaran yang tersedia melalui situs khusus (baik situs langsung atau portal/situs penghubung) maupun forum komunitas, walaupun ada juga blog pribadi yang dijadikan sarana penawaran kura-kura. Umumnya penawaran komoditi disertai dengan informasi mengenai komoditi (kondisi, harga, ukuran) dan dilengkapi dengan gambar serta cara menghubungi penjual (melalui e-mail (surat elektronik), nomor cellphone/mobile phone atau telepon rumah (fixed line phone) (Tabel 3).

(a) (b) (c) (d) (e) (f)

22 Tabel 3. Hasil penelusuran atas situs internet yang menawarkan berbagai jenis satwaliar, termasuk kura-kura.

Tipe Situs Alamat situs Komoditi Kelengkapan informasi Jenis akses Cara transaksi Keterangan

Portal turtleworld.multiply.com/market Berbagai jenis Foto, kondisi, harga Terbuka

Portal www.hewanpeliharaan .com Berbagai jenis Cara perawatan, halaman iklan melalui akses tertutup

Tertutup, akses masuk dng ID & password Portal www.jakartapets.com Ular, burung, anjing, kucing;

berbagai kelengkapan

Foto, kondisi, harga, ukuran, karakteristik khusus

Terbuka Telepon, e-mail

Portal www.jungleshop.be Berbagai jenis Foto Tertutup E-mail Luar negeri

Portal www.kuya2.com Berita tentang kura-kura

Portal www.ronsreptiles.com Berbagai jenis Foto, kondisi, harga, ukuran, karakteristik khusus

Terbuka Telepon, e-mail Luar negeri

Portal www.tokobagus.com Ular, burung, anjing, kucing; berbagai kelengkapan

Foto, kondisi, harga, ukuran, karakteristik khusus

Terbuka Telepon, e-mail

Portal www.turtlesale.com Berbagai jenis Foto, kondisi, harga, ukuran, karakteristik khusus

Terbuka Telepon, e-mail Luar negeri

Forum komunitas www.duniasatwa.com Berbagai jenis Tertutup, akses masuk

dng ID & password Forum komunitas forum.kafegaul.com Berbagai jenis Foto, kondisi, harga Laman penawaran ada,

akses masuk dng ID & password

Telepon, e-mail

Forum komunitas www.kaskus.us Berbagai jenis Foto, kondisi, harga Laman penawaran ada, akses masuk dng ID & password

Telepon, e-mail

Karakteristik pasar konvensional berbeda dalam banyak hal dengan pasar maya (cyber market)(Tabel 4), utamanya karena tidak adanya fisik pasar tempat penjual dan pembeli bertatap muka (face to face). Bentuk transaksi juga meniadakan tatap muka dengan memanfaatkan fasilitas transfer antar rekening bank. Tatap muka hanya berlangsung atas kesepakatan antara pembeli dan penjual yang saling mengenal dengan baik dan saling mempercayai.

Tabel 4. Perbandingan antara karakteristik pasar konvensional dan pasar maya (cyber market).

Jenis pasar Karakteristik

Konvensional Maya (Cyber)

Identitas pembeli Diketahui Tidak diketahui

Identitas penjual Diketahui Tidak diketahui

Lokasi pasti pasar/penjual Diketahui Diketahui/Tidak diketahui

Tempat perdagangan Bangunan fisik, eceran Situs, blog, forum (chatting,

mailinglist)

Tatap muka Ya Tidak

Presentasi barang Langsung (di toko atau

tempat pajangan)

Tidak langsung (lewat laman situs)

Serah terima barang Langsung Tidak langsung

Pemeriksaan mutu barang Langsung Tidak langsung

Pembayaran Tunai, elektronik Elektronik, tunai

C. Perdagangan Luar Negeri

Kuota yang ditetapkan setiap tahun oleh Dirjen PHKA adalah kuota tangkap untuk setiap wilayah provinsi berdasarkan usulan BKSDA setempat dan direkomendasikan LIPI setelah berdiskusi dengan para pihak (Dephut, pengusaha dan asosiasi eksportir, BKSDA). Kuota ekspor maksimal 90% dari kuota tangkap sedangkan sisa 10% ditujukan untuk memenuhi kebutuhan bibit penangkaran, penelitian dan keperluan lain.

Data kuota tahunan yang diterbitkan Ditjern PHKA dan realisasinya berdasarkan penerbitan SATS-LN (Surat Angkut Tumbuhan liar dan Satwa liar - Luar Negeri) antara tahun 2004-2007 (dengan tambahan kuota 2008) ditampilkan dalam Tabel 5. Dari penelusuran data perdagangan kura-kura darat dan kura-kura air tawar Indonesia dalam trade database CITES (Lampiran 2), tercatat 12 jenis yang telah diperdagangkan, dimana jenis Indotestudo forstenii adalah jenis yang paling awal tercatat diperdagangkan sejak 1983.

24 Tabel 5. Kuota (tangkap dan ekspor) serta Realisasi ekspor Kura-kura Indonesia tahun 2004-2007 (dengan tambahan kuota 2008).

Keterangan: 1) Kuota tangkap nasional

2) Kuota ekspor, maksimal 90% dari kuota tangkap, ± 10% untuk pemanfaatan lokal (bibit penangkaran, penelitian, dll) 3) Realisasi ekspor (berdasarkan penerbitan SATS-LN)

4) Persentase realisasi ekspor terhadap kuota ekspor

5) Sejak kuota 2005, ketiga jenis dimasukkan dalam Kuota Apendiks II

6) Dilindungi, tidak ada kuota namun ada realisasi ekspor dengan keterangan sebagai hasil breeding TAHUN 2004 2005 2006 2007 2008 Nama Jenis KT1) KE2) RE3) %E4) KT1) KE2) RE3) %E4) KT1) KE2) RE3) %E4) KT1) KE2) RE3) %E4) KT1) KE2) Apendiks II Cuora amboinensis 20,000 18,000 15,655 86,97 20,000 18,000 18,672 103.73 20,000 18,000 17,694 98.30 20,000 18,000 17,766 98.70 20,000 18,000 Heosemys spinosa 2,000 1,800 1,798 99,89 2,000 1,800 1,867 103.72 2,000 1,800 718 39.89 2,000 1,800 1,041 57.83 500 450 Indotestudo forstenii 500 475 614 129,26 500 475 820 172.63 500 475 613 129.05 500 475 470 98.95 300 270 Leucocephalon yuwonoi 200 100 100 100,00 200 100 96 96.00 200 100 87 87.00 200 100 98 98.00 0 0 Manouria emys 500 475 639 134,53 500 475 687 144.63 500 475 467 98.32 500 475 475 100.00 0 0 Pelochelys bibroni 100 90 85 94,44 100 90 89 98.89 100 90 59 65.56 100 90 78 86.67 100 90 Pelochelys cantorii 100 90 39 43,33 200 180 75 41.67 200 180 64 35.56 200 180 121 67.22 100 90 Siebenrockiella crassicollis 5,000 4,500 3,637 80,82 5,000 4,500 4,040 89.78 5,000 450 1,545 343.33 5,000 4,500 3,407 75.71 5,000 4,500 Amyda cartilaginea5) 10,000 9,000 28,000 27,000 27,766 102.84 28,000 27,000 26,965 99.87 28,000 27,000 26,710 98.93 28,000 25,200 Malayemys subtrijuga5) 2,500 2,250 500 475 89 18.74 500 475 341 71.79 200 180 Notochelys platynota5) 3,000 2,700 1,500 1,350 117 8.67 1,500 1,350 307 22.74 500 450 Chelodina parkeri 500 450 300 270 300 270 0.00 300 270 270 100.00 300 270 Non Apendiks Chelodina reimanni 500 450 200 180 200 180 0.00 200 180 178 98.89 200 180 Chelodina siebenrocki 5,000 4,500 2,000 1,800 2,000 1,800 0.00 2,000 1,800 385 21.39 2,000 1,800 Cyclemys dentata 20,000 18,000 15,000 15,000 15,000 13,500 0.00 15,000 13,500 11,408 84.50 15,000 13,500 Dogania subplana 3,000 2,700 5,000 5,000 5,000 4,500 0.00 5,000 4,500 2,598 57.73 5,000 4,500 Elseya schultzei 2,000 1,800 1,000 900 1,000 900 0.00 1,000 900 799 88.78 1,000 900 Emydura subglobosa 3,000 2,700 1,000 900 1,000 900 0.00 1,000 900 754 83.78 1,000 900 Carettochelys insculpta 0 0 0 0 0 0 576) 0 0 0 0 Callagur borneoensis 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Chelodina mccordi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Kuota tangkap dan kuota ekspor Kura-kura Indonesia pada tahun 2004-2007 (Tabel 5) menunjukkan bahwa ada jenis yang mengalami penambahan kuota, pengurangan kuota atau tidak mengalami perubahan kuota. Penambahan atau pengurangan kuota terjadi dari kuota tahun 2004 ke 2005, sedangkan kuota tahun 2006 dan 2007 tidak mengalami perubahan dan sama dengan kuota tahun 2005. Jenis-jenis yang mengalami penambahan kuota adalah Pelochelys cantorii, Amyda cartilaginea, dan Dogania subplana. Jenis-jenis yang mengalami penurunan kuota adalah Malayemys subtrijuga, Notochelys platynota, Chelodina parkeri,

Chelodina reimanni, Chelodina siebenrocki, Cyclemys dentata, Elseya schultzei, dan Emydura subglobosa.

Khusus untuk kuota tahun 2008 (yang baru diterbitkan pada bulan Januari 2008) dibandingkan dengan kuota tahun 2007, 7 jenis mengalami penurunan kuota, tidak ada jenis yang mengalami penambahan kuota, sedangkan jenis-jenis lainnya tidak mengalami perubahan kuota. Jenis-jenis yang mengalami penurunan kuota adalah Heosemys spinosa, Indotestudo forstenii, Leucocephalon yuwonoi, Manouria emys, Pelochelys cantorii, Malaymenys subtrijuga, dan

Notochelys platynota. Dua jenis di antaranya, yaitu Leucocephalon yuwonoi dan

Manouria emys tidak lagi mendapatkan jatah kuota (kuota=0).

Pada tahun 2006, Carettochelys insculpta yang dilindungi dan tidak memiliki jatah kuota (kuota=0) ternyata memiliki realisasi ekspor sebanyak 57 ekor. Ekspor tersebut dinyatakan sebagai hasil penangkaran namun sejauh ini belum tercatat secara resmi ada perusahaan yang telah melakukan penangkaran jenis ini dan berhasil melakukannya, sehingga ekspor tersebut diduga berasal dari tangkapan di alam (yang merupakan perbuatan melanggar hukum). Data perdagangan ditampilkan dalam Gambar 13 s/d Gambar 24 setelah dicek silang dan dilengkapi dengan data perdagangan (CITES Report) yang diterbitkan oleh Departemen Kehutanan.

1. Amyda cartilaginea Amerika Serikat 1.21% RRC 2.80% Lainnya (13 negara) 2.77% Prancis 3.77% Singapura 7.23% Hong Kong 32.00% Malaysia 50.22%

Gambar 13. Ekspor Amyda cartilaginea, termasuk dengan penamaan lain, dari Indonesia ke beberapa Negara pada tahun 1984-2005. Sumber: CITES.

Malaysia adalah pengimpor terbesar Amyda cartilaginea dari Indonesia (Gambar 13) namun diduga impor tersebut akan dikirim kembali (re-ekspor) ke China sebagai pasar terbesar kura-kura, utamanya untuk konsumsi. Ekspor ke Hong Kong dan Singapura yang lebih kecil diduga untuk memenuhi kebutuhan lokal walaupun sebagian mungkin dikirim pula ke pasar China. Ekspor langsung ke China juga ada walaupun kecil, sedangkan ekspor ke Prancis dan Amerika Serikat dan beberapa negara lainnya diduga untuk memenuhi kebutuhan etnik Tionghoa yang berdomisili di negara-negara tersebut.

2. Cuora amboinensis Amerika Serikat 54.50% Jepang 13.61% Hong Kong 11.65% Prancis 3.79% Spanyol 3.00% Jerman 2.66% Malaysia 1.70% Italia 1.67% Vietnam 1.31% Lainnya (19 negara)6.11%

Gambar 14. Ekspor Cuora amboinensis, termasuk dengan penamaan lain, dari Indonesia ke beberapa Negara pada tahun 1984-2005. Sumber: CITES.

Amerika Serikat adalah pengekspor terbesar Cuora amboinensis dari Indonesia (Gambar 14) untuk memenuhi kebutuhan sebagai peliharaan (pet), bahan makanan, pelepasan religius dan bahan obat-obatan tradisional China (TCM). Ekspor Jepang dan Hong Kong tidak sebesar ekspor Amerika Serikat namun cukup signifikan, diduga untuk memenuhi kebutuhan yang sama seperti pasar Amerika Serikat. Ekspor ke beberapa negara lainnya juga diduga untuk memenuhi kebutuhan serupa dengan pasar Amerika Serikat dan diduga terkait dengan etnik Tionghoa yang ada di negera-negara tersebut. Jenis ini cukup diminati diduga karena harganya yang lebih murah sehingga tidak terlalu mahal untuk dilepaskan kembali atau dikonsumsi sebagai bahan makanan serta jumlah yang tersedia cukup banyak di pasaran.

3. Heosemys spinosa Amerika Serikat 63.00% Jepang 14.11% Jerman 5.64% Hong Kong 5.35% Prancis 3.29% Taiwan 2.61% Lainnya (14 negara) 6.00%

Gambar 15. Ekspor Heosemys spinosa dari Indonesia ke beberapa Negara pada tahun 1990-2005. Sumber: CITES.

Jenis Heosemys spinosa adalah jenis kura-kura yang sangat menarik dengan karakteristik karapas yang berduri-duri lebar pada bagian tepinya (marginal) sehingga menyerupai matahari, yang diduga menyebabkan jenis ini disebut Kura-kura matahari di pasaran. Ekspor ke semua negara (Gambar 15) diduga untuk tujuan pemeliharaan (pet). Pasar Amerika Serikat menguasai lebih dari 60% jumlah ekspor H. Spinosa dari Indonesia sedangkan jumlah ekspor ke negara-negara negara-negara-negara-negara lainnya tidak terlalu besar.

4. Malayemys subtrijuga Amerika Serikat 43.82% Taiwan 21.35% Jepang 17.98% Jerman 11.24% Prancis 5.62%

Gambar 16. Ekspor Malayemys subtrijuga dari Indonesia ke beberapa Negara pada tahun 2005. Sumber: CITES.

Ekspor Malayemys subtrijuga (Gambar 16) diduga untuk memenuhi kebutuhan sebagai pet walapun jenis ini juga dimanfaatkan sebagai bahan makanan. Pasar Amerika Serikat menyerap porsi terbesar dari ekspor Indonesia walaupun Taiwan, Jepang dan Jerman juga cukup signifikan. Pasar Prancis adalah yang terkecil. Ekspor ke negara-negara lain mungkin juga terjadi namun data ekspornya tidak diketahui.

5. Callagur borneoensis Amerika Serikat 76.87% Jepang 19.13% Kanada 0.73% Swiss 1.28% Hungaria 0.73% Malaysia 0.73% Belanda 0.36% Russia 0.18%

Gambar 17. Ekspor Callagur borneoensis dari Indonesia ke beberapa Negara pada tahun 1990-2001. Sumber: CITES.

Ekspor Callagur borneoensis (Gambar 17) diduga untuk memenuhi kebutuhan sebagai pet. Jenis ini tidak memiliki karakteristik pewarnaan dan pemolaan karapas yang cukup menarik, namun nilai kelangkaan dan ukuran tubuhnya yang dapat terus bertumbuh besar diduga merupakan daya tarik bagi pembeli untuk memeliharanya.

6. Leucocephalon yuwonoi Amerika Serikat 81.60% Jepang 11.11% Jerman 3.82% Belanda 2.08% Swiss 1.39%

Gambar 18. Ekspor Leucocephalon yuwonoi dari Indonesia ke beberapa Negara pada tahun 2003-2005. Sumber: CITES.

Karakteristik pewarnaan karapas dan sifatnya yang tidak berbahaya (tidak menggigit) bagi pemelihara (merupakan karakter umum tortoise) serta endemisitasnya yang tinggi diduga merupakan daya tarik utama Leucocephalon yuwonoi sebagai satwa peliharaan (pet). Ekspor terbesar adalah ke Amerika Serikat dan mencapai lebih dari 80% dari keseluruhan ekspor Indonesia ke luar negeri (Gambar 18). Data ekspor sebelum tahun 2003 tidak diketahui, diduga karena tercantum dengan menggunakan nama lama L. yuwonoi, seperti

Geoemyda yuwonoi, namun tidak muncul dalam penelusuran data di situs CITES. Dugaan lainnya adalah ekspornya tidak ada atau diekspor melalui jalur lain

Dokumen terkait