• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pola Arus Tiap Lapisan Kedalaman di Selat Makassar

Fluktuasi Arus dalam Ranah Waktu di Lokasi Mooring Stasiun 1

Pada bulan Desember 1996 – Februari 1997 yang merupakan puncak musim barat arah arus pada tiap lapisan kedalaman tidak memperlihatkan suatu perbedaan yang signifikan setiap bulan. Sepanjang musim aliran cenderung mengalir ke arah tenggara dan selatan sebagaimana disajikan dalam grafik

stickplot pada Gambar 8. Kecepatan arus melemah sejalan dengan bertambahnya kedalaman. Kecepatan maksimum 48,60 cm/det pada lapisan kedalaman 205 m dan minimum 1,20 cm/det pada kedalaman 755 m. Kecepatan rata-rata arus pada musim ini sebesar 27,23 cm/det.

Pada bulan Maret – Mei 1997 yang merupakan masa peralihan pertama menuju musim timur, pola arus masih belum mengalami perubahan yang signifikan. Pola arus pada musim ini dapat dilihat pada grafik stickplot

sebagaimana disajikan pada lampiran 4. Kecepatan maksimum 43,08 cm/det pada lapisan kedalaman 255 m dan minimum 29,37 cm/det pada lapisan kedalaman 355 m. Kecepatan rata-rata 31,19 cm/det. Data pada musim peralihan 1 mengalami kekosongan pada kedalaman 750 m. Penyimpangan arah arus terjadi ke arah barat daya dan utara dari arah arus umumnya sepanjang musim. Penyimpangan ini terjadi dengan kecepatan yang cukup lemah. Kecepatan arus rata-rata pada musim peralihan pertama ini mencapai 23,50 cm/det.

Selanjutnya pada bulan Juni – Agustus 1997 yang merupakan puncak musim timur kecepatan arus maksimum cukup tinggi yaitu 47,63 cm/det ke arah tenggara dan selatan pada lapisan kedalaman 205 m. Kecepatan minimum sebesar 10,55 cm/det pada lapisan kedalaman 750 m dengan kecepatan rata-rata sebesar 33,59 cm/det. Arah arus mengalami penyimpangan ke arah barat daya dan utara pada kedalaman 350 meter terutama pada bulan Juni. Gambaran fenomena ini disajikan dalam Gambar 9.

Memasuki musim peralihan kedua yaitu bulan September – November 1997 arah arus mulai bergerak tidak menentu terutama pada lapisan di bawah 255 meter dan kecepatan arus cenderung mengecil dibandingkan periode musim

sebelumnya. Pada lapisan kedalaman 350 m dan 750 m memperlihatkan arah arus yang cenderung bergerak ke arah barat laut dan utara sebagaimana disajikan dalam Gambar pada Lampiran 4. Kecepatan maksimum mencapai 42,23 cm/det pada lapisan kedalaman 205 m. Kecepatan minimum sebesar 2,85 cm/det dengan kecepatan rata-rata sebesar 22,69 cm/det.

Desember 1996

Januari 1997

Februari 1997

Gambar 8 Grafik stickplot arah dan kecepatan arus pada Bulan Desember 1996 – Februari 1997 (Musim Barat, Fase La-Nina) di lapisan kedalaman 350 meter (stasiun 1)

Lebih lanjut pada puncak musim barat berikutnya yaitu pada Desember 1997, Januari 1998 dan Februari 1998 sebagaimana disajikan dalam Gambar 10 memperlihatkan kecepatan arus terlemah dari periode-periode sebelumnya. Kecepatan arus maksimum hanya mencapai 40,94 cm/det pada kedalaman 205 m dan minimum 9,50 cm/det pada kedalaman 755 m. Kecepatan arus rata-rata pada periode musim ini adalah sebesar 20,31 cm/det. Grafik stickplot arus pada stasiun 1 sebagaimana disajikan dalam Gambar 8, 9 dan 10 memperlihatkan kecepatan arus tertinggi terdapat pada musim timur yaitu sebesar 33,59 cm/det (Juni 1997 – Agustus 1997). Namun demikian terdapat keunikan pada musim barat (Desember 1996 – Februari 1997, Gambar 8) dengan kecepatan arus rata-rata yang sangat

30

tinggi jika dibandingkan dengan musim barat (Desember 1997 – Februari 1998). Peristiwa ini diduga karena pada musim tersebut adalah fase La-Nina sebagaimana diperlihatkan pada nilai Southern Oscillation Index (SOI) yang disajikan dalam Gambar 11.

Juni 1997

Juli 1997

Agustus 1997

Gambar 9 Grafik stickplot arah dan kecepatan arus pada Bulan Juni 1997 – Agustus 1997 (Musim Timur) di lapisan kedalaman 350 meter (stasiun 1)

Nilai indeks pada Desember 1996 sampai Februari 1997 adalah positif yang berarti masa terjadinya La-Nina. Index ini mengindikasikan kekuatan angin pasat dimana jika nilai indeks tinggi, gradien tekanan antara timur dan barat pasifik tropis juga tinggi (Stewart 2003). Hal ini mengakibatkan angin pasat yang kuat sehingga mendorong massa air menumpuk di barat pasifik tropis dan menaikkan paras laut di wilayah tersebut. Akibatnya terbentuk kemiringan yang curam mengarah ke pantai selatan Jawa dan Sumbawa. Fenomena inilah yang mengakibatkan aliran arus yang kuat menuju ke selatan. Gordon et al. (1999) juga menyebutkan bahwa transpor Arlindo menguat pada fase La-Nina.

Desember 1997

Januari 1998

Februari 1998

Gambar 10 Grafik stickplot arah dan kecepatan arus pada Bulan Desember 1997 – Februari 1998 (Musim Barat, fase El-Nino) di lapisan kedalaman 350 meter (stasiun 1)

Gambar 11 Indeks Osilasi Selatan (Southern Oscillation Index) tahun 1991 - 1999

Terdapat pola pergantian arah arus dalam periode mingguan (7 - 15 hari). Fenomena ini terjadi terutama pada lapisan kedalaman 1500 meter sebagaimana disajikan dalam Gambar 12, 13 dan 14. Hal ini diduga oleh karena gerakan kompensasi yang mengimbangi kontinuitas aliran kuat yang terjadi pada kanal yang sempit (recirculate). Selain itu juga fenomena ini diduga merupakan signal komponen pasut periode panjang Mm dan Mf yaitu lebih dari seminggu hingga 30 hari. Sebagaimana Lisitzin (1974) menyebutkan bahwa perairan yang posisinya berada pada 0 -10° S komponen Mm dan Mf memberikan kontribusi yang relatif besar yaitu masing- masing sekitar 22,31% dan 41,11%. Kondisi ini menunjukkan

32

bahwa pengaruh komponen pasut periode panjang terhadap dinamika laut seperti perairan Indonesia cukup besar.

Desember 1996

Januari 1997

Februari 1997

Gambar 12 Grafik stickplot arah dan kecepatan arus di lapisan kedalaman 1500 meter Bulan Desember 1996 – Februari 1997 yang menunjukkan arah arus mengalami penyimpangan (reversal) yang diduga karena gerakan kompensasi terhadap kontinuitas pada kanal yang sempit Arah arus yang sesekali bergerak tak menentu arah hingga persisten ke arah utara dan barat laut juga terjadi terutama pada lapisan 350 meter sebagaimana disajikan dalam Gambar 13. Fenomena ini diduga kuat oleh karena propagasi Kelvin Wave dari Samudera India yang merambat masuk melalui Selat Lombok. Sprintall at al. (2000) menyebutkan bahwa signal Gelombang Kelvin ditemukan di Lintasan Arus Pantai Jawa (APJ) dan berbelok ke utara melalui Selat Lombok dan memasuki Selat Makassar.

Mei 1997

Juni 1997

Gambar 13 Grafik stickplot arah dan kecepatan arus di lapisan kedalaman 350 meter Bulan Mei dan Juni 1997 yang menunjukkan arah arus mengalami penyimpangan (reversal) yang diduga karena propagasi dari Gelombang Kelvin

Juni 1997

Juli 1997

Agustus 1997

Gambar 14 Grafik stickplot arah dan kecepatan arus di lapisan kedalaman 1500 meter Bulan Juni 1997 – Agustus 1997 yang menunjukkan arah arus mengalami penyimpangan (reversal) yang diduga karena gerakan kompensasi terhadap kontinuitas pada kanal yang sempit.

34

Desember 1997

Januari 1998

Februari 1998

Gambar 15 Grafik stickplot arah dan kecepatan arus di lapisan kedalaman 1500 meter Bulan Desember 1997 – Februari 1998 yang menunjukkan arah arus mengalami penyimpangan (reversal) yang diduga karena gerakan kompensasi terhadap kontinuitas pada kanal yang sempit.

Fluktuasi Arus dalam Ranah Waktu di Lokasi Mooring Stasiun 2

Seperti halnya lokasi mooring sebelumnya, mooring stasiun 2 memperlihatkan pola arus yang relatif sama (Gambar 16,17 dan 18). Pada bulan Desember 1996, Januari 1997 dan Februari 1997 (Gambar 16) yang merupakan awal pengamatan menampakkan kecepatan arus yang lebih tinggi dibandingkan dengan kecepatan arus pada stasiun 1. Kecepatan arus tertinggi mencapai 52,15 cm/det pada kedalaman 250 m dan kecepatan minimum 0,32 cm/det pada kedalaman 750 meter dengan kecepatan rata-rata sebesar 30,05 cm/det. Pada lapisan 1500 m arah arus berbalik 180° menuju ke arah barat laut dan utara dengan kecepatan yang sangat lemah.

Berikut pada bulan Maret, April dan Mei 1997 yang merupakan fase peralihan 1 menuju ke musim timur, kecepatan arus pada lapisan 200 m hingga 350 meter masih cukup tinggi. Grafik stickplot pada periode musim peralihan 1 dapat dilihat pada Lampiran 5. Kecepatan maksimum arus hingga mencapai 49,17

cm/det dengan arah yang konsisten ke selatan, tenggara dan barat daya. Kecepatan minimum hanya 2,68 cm/det pada lapisan kedalaman 1500 m dengan kecepatan rata-rata sebesar 28,38 cm/det. Mulai dari lapisan kedalaman 350 meter arah arus mulai berbalik ke utara dengan kecepatan yang melemah dibandingkan dengan pada lapisan 200 meter.

Periode puncak musim timur yaitu pada bulan Juni, Juli dan Agustus 1997 memperlihatkan arah arus yang unik. Pada minggu pertama bulan Mei dan Juni arah arus sesekali mengarah ke barat laut hingga ke utara pada kedalaman 350 meter (Gambar 17). Kecepatan arus maksimum pada musim ini mencapai 53,07 cm pada kedalaman 350 m dan minimum 0,63 cm/det pada kedalaman 1500 m. Kecepatan rata-rata arus pada musim ini adalah sebesar 29,85 cm/det.

Pada periode September, Oktober dan November 1997 yang merupakan fase peralihan 2 menuju musim barat kecepatan arus perlahan melemah dengan arah yang konsisten ke selatan dan tenggara. Kecepatan arus maksimum masih cukup tinggi hingga mencapai 45,14 cm/det pada kedalaman 250 m dan minimum adalah 4,42 cm/det pada kedalaman 1500 m. Kecepatan arus rata-rata lebih rendah dari periode musim timur yaitu hanya 20,57 cm/det.

Desember 1996

Januari 1997

Februari 1997

Gambar 16 Grafik stickplot arah dan kecepatan arus pada Bulan Desember 1996 – Februari 1997 (Musim Barat, fase La-Nina) di lapisan kedalaman 350 meter (stasiun 2)

36

Juni 1997

Juli 1997

Agustus 1997

Gambar 17 Grafik stickplot arah dan kecepatan arus pada Bulan Juni 1997 – Agustus1997 (Musim Timur) di lapisan kedalaman 350 meter (stasiun 2)

Desember 1997

Januari 1998

Februari 1998

Gambar 18 Grafik stickplot arah dan kecepatan arus pada Bulan Desember 1997 – Februari 1998 (Musim Timur) di lapisan kedalaman 350 meter (stasiun 2)

Pada musim barat berikutnya yaitu bulan Desember 1997 – Februari 1998 kecepatan arus melemah dengan nilai maksimum hanya mencapai 40,47 cm/det pada kedalaman 250 m. Gambaran kekuatan dan arah arus untuk periode musim

ini disajukan dalam Gambar 18. Kecepatan ini merupakan terlemah dari periode- periode lainnya. Kecepatan minimum mencapai 3,93 cm/det pada kedalaman 1500 m. Kecepatan arus rata-rata pada periode musim ini hanya mencapai 18,43 cm/det. Arah arus masih menunjukkan keunikan pada lapisan 1500 m yang mengarah ke utara, hal ini menyimpang dari karakter Arlindo sebenarnya sebagaimana digambarkan dalam Gambar 20.

Hasil stickplot pada stasiun 2 memberikan gambaran yang relatif sama dengan fenomena yang terjadi pada satsiun 1. Namun demikian kecepatan arus pada stasiun 2 cenderung lebih kuat. Arah dan kecepatan arus masih menunjukkan karakter yang sama dimana kecepatan arus melemah dengan bertambahnya kedalaman sedangkan arah arus konsisten ke selatan dan tenggara serta pada periode musim tertentu dan lapisan tertentu mengarah ke utara. Menurut Susanto dan Gordon (2003) mengarahnya aliran arus ke utara pada kedalaman 200 m - 350 m pada bulan September 1997 – Februari 1998 diduga akibat pengaruh ENSO yang kuat pada bulan-bulan tersebut. Mereka juga menyebutkan bahwa selama puncak El-Nino September 1997 – Februari 1998 aliran mengarah ke utara inilah yang mereduksi total transpor ke selatan. Pada akhir Mei dan Juni 1997 juga terlihat arah arus mengarah ke utara pada lapisan kedalaman 350 meter (Gambar 19). Sedangkan Sprintall et al. (2000) menyebutkan bahwa pada periode waktu yang relatif singkat yaitu dari Akhir Mei sampai awal Juni, di sisi timur Selat Makassar terdapat arus yang mengarah ke utara. Aliran arus ke utara ini berhubungan dengan tibanya Gelombang Kelvin di Selat Makassar yang merambat dari Selat Lombok. Dalam penelitian ini ditemukan aliran yang mengalami pembalikan arah tidak hanya terjadi pada bulan-bulan tertent u tretapi sepanjang tahun terutama di lapisan dalam (750 m – 1500 m). Sehingga diduga kuat pembalikan ini bukan disebabkan karena El-Nino tetapi oleh karena gerakan kompensasi terhadap suatu kontinuitas sebagaimana disajikan dalam Gambar 21 dan 22.

Sebaga imana telah disebutkan sebelumnya yaitu terdapat keunikan seperti pada dua periode musim barat yaitu Desember 1996 – Februari 1997 (Gambar 16) dan Desember 1997 – Februari 1998 (Gambar 18). Periode musim barat pada Desember 1996 – Februari 1997 menunjukkan kecepatan arus yang cukup tinggi

38

dibandingkan periode musim barat pada Desember 1997 – Februari 1998. Padahal kecepatan arus maksimum di Selat Makassar terjadi pada saat angin musson tenggara antara Juli – September dan minimum saat Muson Barat Laut antara November – Februari sebagaimana dikemukakan oleh (Meyers et al. 1995; Gordon et al. 1999; Molcard et al. 2000; Hautala et al. 2001).

Mei 1997

Juni 1997

Gambar 19 Grafik stickplot kecepatan dan arah arus pada bulan Mei dan Juni 1997 dimana terjadi penyimpangan (reversal) arah arus ke utara dan barat laut yang diduga karena propagasi Gelombang Kelvin

Desember 1996

Januari 1997

Februari 1997

Gambar 20 Grafik stickplot arah dan kecepatan arus di lapisan kedalaman 1500 meter Bulan Desember 1996 – Februari 1997 yang memperlihatkan arah arus mengalami penyimpangan (reversal) yang diduga karena gerakan kompensasi terhadap kontinuitas pada kanal yang sempit

Juni 1997

Juli 1997

Agustus 1997

Gambar 21 Grafik stickplot arah dan kecepatan arus di lapisan kedalaman 1500 meter Bulan Juni 1997 – Agustus 1997 yang menunjukkan arah arus mengalami penyimpangan (reversal) yang diduga karena gerakan kompensasi terhadap kontinuitas pada kanal yang sempit

Desember 1997

Januari 1998

Februari 1998

Gambar 22 Grafik stickplot arah dan kecepatan arus di lapisan kedalaman 1500 meter Bulan Desember 1997 – Februari 1998 yang menunjukkan arah arus mengalami penyimpangan (reversal) yang diduga karena gerakan kompensasi terhadap kontinuitas pada kanal yang sempit Fenomena ini diduga kuat karena pada akhir 1996 – pertengahan Februari 1997 adalah fase La-Nina dimana pada bulan-bulan tersebut menguatnya angin pasat yang mengangkut massa air dari Samudera Pasifik Tropis bagian tengah

40

menuju ke bagian barat Pasifik. Akibatnya paras laut di Barat Pasifik menaik sehingga kemiringan yang mengarah ke Samudera India (selatan Jawa dan Sumbawa) semakin curam. Fenomena inilah yang merupakan indikasi menguatnya aliran pada musim tersebut. Kejadian sebaliknya terjadi pada musim barat (Desember 1997 – Februari 1998) dengan lemahnya aliran yang diduga desebabkan karena pada bulan-bulan tersebut adalah masa terjadinya ENSO yang cukup kuat (Indeks SOI menunjukkan nilai negatif, Gambar 11) yang berarti lemahnya angin pasat. Jika hal ini terjadi maka paras laut di barat pasifik menurun, sehingga kemiringan yang mengarah ke Samudera India tidak terlalu curam. Hal ini yang merupakan indikasi lemahnya aliran pada musim tersebut.

Fluktuasi Arus dalam Ranah Frekuensi di Selat Makassar Spektrum Densitas Energi Arus

Hasil analisis Spektrum Densitas Energi Arus (SDEA) dari dua lokasi

mooring Aanderaa (Stasiun 1 dan Stasiun 2) yang memotong Selat Makassar disajikan dalam Gambar 23 – 29. SDEA kedua mooring yang disajikan pada gambar menunjukkan variasi yang sangat besar antara kedua komponen u (timur - barat) dan v (utara – selatan). Periode dan densitas energi dari fluktuasi arus yang dominan di Selat Makassar juga disajikan dalam Tabel 1. Gambar 23 – 29 memperlihatkan untuk stasiun 2 SDEA lebih tinggi dibandingkan dengan stasiun 1. Hal ini konsisten dengan stickplot arus hasil analisis dalam ranah waktu dimana kecepatan arus lebih kuat pada stasiun 2 dibandingkan dengan stasiun 1.

Hasil SDEA pada stasiun 1 (lapisan kedalaman 205 m), untuk komponen u terlihat (Gambar 23 (a)) Spektrum Densitas Energi Arus (SDEA) yang signifikan adalah pada periode tahunan (annually) dan antar- musiman (intra-seasonal). Hal yang sama juga terjadi untuk komponen v namun dengan densitas energi yang lebih tinggi dibandingkan dengan komponen u. Untuk komponen u spektrum densitas energi signifikan pada periode 40 harian hingga 340 harian. Berikut pada lapisan kedalaman 250 meter hingga lapisan kedalaman 355 meter menunjukkan signal yang sama yaitu mulai dari 80 harian hingga 340 harian.

Tabel 1 Periode dan densitas energi dari fluktuasi arus yang dominan di Selat Makassar dari Desember 1996 – Februari 1998

Komponen u ( timur – barat) Komponen v (utara – selatan)

No Periode Fluktuasi (hari) Densitas Energi (cm2/siklus per jam) Keterangan No Periode Fluktuasi (hari) Densitas Energi (cm2/siklus per jam) Keterangan Stasiun 1 Lapisan 205 meter 1 341.33 4060 Tahunan 1 341.33 22.923 Tahunan 2 227.55 8189 Semi-tahunan 2 227.55 17.386 Semi-tahunan 3 170.66 9779 Antar-musiman 3 170.66 29.950 Antar-musiman 4 136.35 7552 Musiman 4 136.53 45.069 Musiman 5 52.51 3993 Bulanan 5 113.00 31.603 Musiman 6 48.76 4830 Bulanan 6 97.52 20.776 Bulanan Lapisan 255 meter 1 341.33 4650 Tahunan 1 341.33 38.382 Tahunan 2 227.55 3814 Semi-tahunan 2 227.55 39.942 Semi-tahunan 3 170.00 3741 Antar-musiman 3 170.66 75.312 Antar-musiman 4 136.53 4290 Musiman 4 136.53 96.536 Musiman 5 113.37 4003 Musiman 5 113.77 53.542 Musiman 6 97.57 3157 Musiman 6 97.52 20.798 Musiman Lapisan 355 meter 1 227.55 3182 Semi-tahunan 1 341.33 97.627 Tahunan 2 170.66 4766 Antar-musiman 2 227.55 80.552 Semi-tahunan 3 136.53 6513 Antar-musiman 3 170.66 88.012 Antar-musiman 4 113.77 6095 Antar-musiman 4 136.53 90.570 Antar-musiman 5 97.52 5261 Bulanan 5 113.77 54.798 Antar-musiman 6 85.33 8381 Bulanan 6 85.33 84.075 Bulanan Stasiun 2 Lapisan 200 meter 1 341.33 21.011 Tahunan 1 341.33 66.478 Tahunan

2 260.66 13.288 Semi-tahunan 2 227.55 72.321 Semi-t ahunan

3 170.66 7601 Antar-musiman 3 170.66 40.330 Antar-musiman 4 136.53 5521 Antar-musiman 4 136.53 14.710 Antar-musiman 5 113.77 4498 Antar-musiman 5 97.52 16.609 Bulanan 6 97.52 5154 Bulanan 6 85.33 30.510 Bulanan Lapisan 250 meter 1 3341.33 49.887 Tahunan 1 341.33 241.155 Tahunan 2 227.54 30.526 Semi-tahunan 2 227.54 205.749 Semi-tahunan 3 170.66 16.447 Antar-musiman 3 170.66 149.738 Antar-musiman 4 136.53 14.987 Antar-musiman 4 136.53 150.303 Antar-musiman 5 113.37 11.029 Antar-musiman 5 113.77 124.703 Antar-musiman 6 97.52 5154 Bulanan 6 97.52 98.630 Bulanan Lapisan 350 meter 1 341.33 98.136 Tahunan 1 341.33 878.645 Tahunan 2 227.55 68.164 Semi-tahunan 2 227.55 636.861 Semi-tahunan 3 170.66 45.914 Antar-musiman 3 170.66 403.158 Antar-musiman 4 136.53 43.365 Antar-musiman 4 136.53 341.844 Antar-musiman 5 113.77 28.744 Antar-musiman 5 113.77 251.007 Antar-musiman 6 97.52 16.303 Bulanan 6 97.52 159.567 Bulanan Lapisan 1500 meter 1 341.33 2003 Tahunan 1 68.26 15.134 Bulanan 2 227.55 1866 Semi-tahunan 2 62.06 33.286 Bulanan 3 170.66 958 Antar-musiman 3 52.51 38.931 Bulanan 4 62.06 1174 Bulanan 4 48.76 33.211 Bulanan 5 68.26 1067 Bulanan 5 45.51 18.940 Bulanan 6 56.88 948 Bulanan 6 42.66 14.283 Bulanan

42

Data yang digunakan dalam penelitian ini mengalami kekosongan yang cukup banyak pada lapisan kedalaman 750 m sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisa Spektrum Densitas Energi Arus. Selanjutnya hasil SDEA di stasiun 2, untuk komponen u (kedalaman 200 m) memperlihatkan SDEA signifikan pada periode 40 harian hingga 340 harian. Namun demikian densitas energi memperlihatkan SDEA pada stasiun cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan SDEA pada stasiun 1. Spektrum densitas energi arus melemah pada kedalaman 1500 m, pelemahan ini juga konsisten dengan stickplot hasil analisis dalam ranah waktu yang mmperlihatkan kecepatan arus pada lapisan kedalaman ini sangat lemah.

Pada kedua kelompok SDEA ini terlihat dominasi salah satu komponen yaitu komponen v (utara – selatan) yang lebih signifikan dibandingkan dengan komponen u (timur- barat). Oleh karena itu dapat dikatakan komponen v (utara- selatan yang mendominasi aliran Arlindo di Selat Makassar. Melemahnya energi spektrum pada komponen timur-barat ini juga didukung oleh grafik stickplot yang menunjukkan karakter kecepatan arus yang lemah ke arah timur dan barat. Sebaliknya, menguatnya spektrum energi dengan puncak-puncak yang signifikan untuk komponen v (utara – selatan) pun konsisten dengan grafik stickplot arus. Fenomena ini juga diduga mencerminkan karakter Arlindo yang sepanjang tahun mengalir dari utara ke selatan meskipun mengalami pelemahan pada periode- periode tertentu.

Hasil analisis spektrum energi arus pada kedua mooring Aanderaa terlihat perbedaan energi spektral dimana stasiun 2 menunujukkan energi spektral tertinggi dibandingkan stasiun 1. Kelompok data komponen v menunujukkan energi spektral tertinggi untuk tiap lapisan kedalaman. Hal ini menandakan bahwa aliran arus di Selat makassar didominasi oleh sinyal arus yang mengalir utara – selatan. Sebagaimana diketahui bahwa Selat Makassar adalah lintasan utama Arlindo dimana sepanjang tahun aliran mengalir ke selatan meskipun pada periode-periode tertentu aliran mengalami penyimpangan. Seperti halnya pada bulan-bulan tertentu (Mei – Juni) aliran mengalami pembalikan arah ke utara meskipun dengan kecepatan yang lemah sebagaimana dikemukakan oleh Gordon dan Susanto (2003).

Arus yang mengalir di perairan Selat Makassar memiliki beberapa sinyal yang mempunyai nilai spektrum energi tinggi. Nilai spektrum energi yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan nilai spektrum energi lainnya menandakan bahwa sinyal arus tersebut relatif lebih dominan dibandingkan sinyal-sinyal arus lainnya. Dari hasil penelitian ini ditemukan beberapa signal arus yang mendominasi variabilitas arus di Selat Makassar.

Periodesitas utama yang ditemukan pada spektrum energi arus dengan nilai signifikan antara lain periode 40 harian yang diperkirakan merupakan signal Gelombang Rossby, hal yang sama juga ditemukan Susantio et al (2000). Signal 90 harian diduga kuat merupakan signal yang merepresentasikan Gelombang Kelvin yang merambat melalui Selat Lombok meskipun telah mengalami pelemahan ketika memasuki Selat Makassar. Susanto et al. (2000) menyebutkan bahwa dari data paras laut dan mooring di Selat Makassar terdapat variabilitas

intra-seasonal yang kemungkinan merupakan respon Gelombang Kelvin dari Samudera India melalui Selat Lombok.

(a) (b)

Gambar 23 Spektrum densitas energi arus pada lapisan kedalaman 205 m stasiun 1 yang telah ditapis 50 jam. (a) Komponen u (timur-barat), (b) Komponen v (utara – selatan. Garis putus-putus (merah) adalah batas signifikan pada selang kepercayaan 95%

44

(a) (b)

Gambar 24 Spektrum densitas energi arus pada lapisan kedalaman 255 m stasiun 1 yang telah ditapis 50 jam. (a) Komponen u (timur-barat), (b) Komponen v (utara – selatan. Garis putus-putus (merah) adalah batas signifikan pada selang kepercayaan 95%

(a) (b)

Gambar 25 Spektrum densitas energi arus pada lapisan kedalaman 355 m stasiun 1 yang telah ditapis 50 jam. (a) Komponen u (timur-barat), (b) Komponen v (utara – selatan. Garis putus-putus (merah) adalah batas signifikan pada selang kepercayaan 95%

.

(a) (b)

Gambar 26 Spektrum densitas energi arus pada lapisan kedalaman 200 m stasiun 2 yang telah ditapis 50 jam. (a) Komponen u (timur-barat), (b) Komponen v (utara – selatan. Garis putus-putus (merah) adalah batas signifikan pada selang kepercayaan 95%

(a) (b)

Gambar 27 Spektrum densitas energi arus pada lapisan kedalaman 250 m stasiun 2 yang telah ditapis 50 jam. (a) Komponen u (timur-barat), (b) Komponen v (utara – selatan. Garis putus-putus (merah) adalah batas signifikan pada selang kepercayaan 95%

46

(a) (b)

Gambar 28 Spektrum densitas energi arus pada lapisan kedalaman 350 m stasiun 2 yang telah ditapis 50 jam. (a) Komponen u (timur-barat), (b) Komponen v (utara – selatan. Garis putus-putus (merah) adalah batas signifikan pada selang kepercayaan 95%

(a) (b)

Gambar 29 Spektrum densitas energi arus pada lapisan kedalaman 1500 m stasiun 2 yang telah ditapis 50 jam. (a) Komponen u (timur-barat), (b) Komponen v (utara – selatan. Garis putus-putus (merah) adalah batas signifikan pada selang kepercayaan 95%

Signal dengan periodesitas 136 harian (4 bulanan) merupakan signal bulanan yang merepresentasikan periode pergantian musim yakni dari musim barat ke peralihan 1, peralihan 1 ke musim timur, musim timur ke peralihan 2 dan selanjutnya kembali ke musim barat. Hal ini juga dikemukakan oleh Purba dan Atmadipoera (2005) yang menemukan fluktuasi paras laut di Selat Makassar dengan periodesitas yang sama.

Lebih lanjut periodesitas 340 harian (tahunan) diduga merupakan signal tahunan yang merepresentasikan perbedaan kekuatan musim. Hal ini mengandung arti bahwa naik turunnya muka laut di Barat Pasifik dan Timur Laut Samudera India pada musim yang berbeda selalu tidak sama. Misalnya dari periode musim barat yang satu ke musim barat berikutnya. (Purba dan Atmadipoera 2005) melalui analisa anomali paras laut menyebutkan bahwa setiap tahun terdapat perbedaan kekuatan musim yang menimbulkan perbedaan paras laut antara bagian utara dan selatan Selat Makassar.

Hasil analisis spektrum energi arus pada kedua stasiun ini menunjukkan bahwa energi signifikan dengan densitas energi tertinggi terdapat pada lapisan kedalaman 250 - 350 meter yang merupakan lapisan termoklin dengan periodesitas 90 – 340 harian. Hal ini menunjukkan bahwa aliran Arlindo mencapai nilai maksimum pada lapisan kedalaman 250 - 350 meter. Aung (1995); Gordon et al. (1999); Gordon and Susanto (1999) mengungkapkan bahwa aliran Arlindo dominan ke selatan dan terkonsentrasi pada lapisan termoklin.

Transpor Massa Air yang Melintasi Selat Makassar (Desember 1996 – Februari 1998)

Hasil perhitungan volume transpor yang merupakan penjumlahan semua volume massa air yang melewati 9 penampang di mana Andeera ditempatkan pada kedua stasiun disajikan pada Tabel 2. Stasiun 1 pada kedalaman 205 m, 255 m, 355 m dan 750 m sedangkan stasiun 2 masing- masing pada kedalaman 200 m, 250 m, 350 m, 750 m dan 1500 m. Dari Tabel tersebut juga dapat dilihat bahwa ternyata volume transpor maksimum ditemukan pada bulan Januari 1997 yaitu sebesar 12,7 Sv dan transpor minimum ditemukan pada bulan Oktober 1997

Dokumen terkait