• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Hasil penelitian

1. Motivasi Individu

Tabel 14. Frekuensi Tentang Faktor Motivasi Individu Terhadap Pendidikan

Jumlah Skor Kriteria Frekuensi Persentase (%)

21 – 25 17 – 20 13 – 16 9 – 12 5 – 8 Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah 11 3 4 52 14 13,09 3,57 4,76 61,91 16,67 Jumlah 84 100

Rata-rata skor = 11,68 (Rendah) Sumber : Hasil Penelitian 2011

Berdasarkan dari hasil penelitian (tabel 14), dapat diketahui bahwa skor rata-rata untuk motivasi individu masyarakat Dieng wetan terhadap pendidikan yaitu 11,68 atau dalam kriteria rendah. Artinya bahwa motivasi individu masyarakat Dieng Wetan pada pendidikan termasuk rendah. Kondisi ini dapat dilihat dari data yang telah dikumpulkan terdapat 14 orang atau

16,67% memiliki motivasi individu yang sangat rendah, 52 orang atau 61,91% memiliki motivasi individu rendah, 4 orang atau 4,76% memiliki motivasi individu yang sedang, 3 orang atau 3,57% memiliki motivasi tinggi dan hanya 11 orang atau 13,09% saja yang memiliki motivasi individu yang sangat tinggi terhadap pendidikan mereka.

Kondisi ini menunjukkan bahwa motivasi individu masyarakat Dieng untuk mengenyam pendidikan di sekolah hingga jenjang tinggi sangatlah rendah. Mereka kurang tertarik untuk memiliki pendidikan yanr tinggi, masyarakat lebih banyak memilih di pesantren atau bekerja daripada bersekolah formal.

2. Kondisi Sosial

Tabel 15. Frekuensi Tentang Faktor Kondisi Sosial Terhadap Pendidikan

Jumlah Skor Kriteria Frekuensi Persentase (%)

26 – 30 21 – 25 16 – 20 11 – 15 6 – 10 Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah 0 3 50 31 0 0 3,57 59,52 36,91 0 Jumlah 84 100

Rata-rata skor = 16,05 (Sedang) Sumber : Hasil Penelitian 2011

Berdasarkan tabel 15, dapat kita lihat kondisi sosial dari 84 responden terdapat 3 orang atau 3,57% termasuk dalam kondisi sosial yang tinggi, 50 orang atau 59,52% termasuk dalam kondisi sosial yang sedang, dan 31 orang atau 36,91% termasuk dalam kondisi sosial yang rendah. Rata-rata skor untuk kondisi sosial masyarakat Dieng Wetan adalah 16,05 atau dalam kriteria sedang. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi sosial masyarakat di Desa Dieng Wetan masih cukup baik.

Kondisi sosial masyarakat Desa Dieng Wetan masih tergolong cukup baik. Meskipun masyarakatnya adalah masyarakat petani yang memiliki kesibukan masing-masing, namun hubungan sosial masyarakat terutama di dalam keluarga dan tetangga terdekat masih cukup baik yaitu terhadap pendidikan mereka. Kondisi sosial ini berarti kondisi lingkungan keluarga responden dan kondisi lingkungan masyarakat yang meliputi interaksi antar anggota keluarga, interaksi dengan anggota masyarakat dan komunikasi antar keduanya.

3. Kondisi Ekonomi Keluarga

Tabel 16. Frekuensi Tentang Faktor Kondisi Ekonomi Keluarga

Jumlah Skor Kriteria Frekuensi Persentase (%)

30 – 35 24 – 29 18 – 23 12 – 17 7 – 11 Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah 2 79 3 0 0 2,38 94,05 3,57 0 0 Jumlah 84 100

Rata-rata skor = 26,38 (Tinggi) Sumber : Hasil Penelitian 2011

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 16, menunjukkan bahwa kondisi ekonomi keluarga di Desa Dieng Wetan termasuk tinggi. Keadaan ini dapat terlihat dari data penelitian menunjukkan bahwa dari 84 responden terdapat 2 orang atau 2,38% memiliki kondisi ekonomi sangat tinggi, 79 orang atau 94,05% memiliki kondisi ekonomi keluarga yang tinggi, dan sisanya sejumlah 3 orang atau 3,57% memiliki kondisi ekonomi keluarga yang sedang. Jika kita lihat dari skor rata-rata kondisi ekonomi keluarga adalah sebesar 26,38 atau termasuk dalam kriteria tinggi.

Rata-rata tingkat pendapatan masyarakat disana adalah Rp. 1.700.000,- sampai dengan Rp. 2.399.000,- per bulannya, dengan tingkat pemenuhan kebutuhan yang terpenuhi meskipun tidak sampai memiliki tabungan. Namun yang membuat mereka memiliki kondisi ekonomi yang cukup baik adalah jumlah anggota keluarga yang tidak terlalu banyak yaitu berkisar 4 sampai 5 orang saja dalam satu keluarga yang menjadikan beban keluarga tidak terlalu berat. Namun yang terjadi pada masyarakat Dieng tidaklah demikian. Kondisi ekonomi keluarga yang tergolong baik ini tidak kemudian turut mendorong masyarakatnya menempuh pendidikan setinggi mungkin.

4. Motivasi Orang Tua

Tabel 17. Frekuensi Tentang Faktor Motivasi Orang Tua dalam Pendidikan

Jumlah Skor Kriteria Frekuensi Persentase (%)

26 – 30 21 – 25 16 – 20 11 – 15 6 – 10 Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah 0 0 3 29 52 0 0 3,57 34,52 61,91 Jumlah 84 100 Rata-rata skor = 25,51

Sumber : Hasil Penelitian 2011

Motivasi orang tua merupakan salah satu hal yang sangat penting bagi pendidikan seseorang. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa motivasi dari orang tua masih sangat rendah dalam mendukung pendidikan anak-anak mereka. Berdasarkan tabel 17 terdapat 3 orang atau 3,57% orang tua memiliki motivasi yang sedang terhadap pendidikan anak, 29 orang atau 34,52% orang tua memiliki motivasi yang rendah terhadap pendidikan anak,

dan terdapat 52 orang atau 61,91% orang tua memiliki motivasi sangat rendah terhadap pendidikan anak.

Dilihat dari rata-rata skor motivasi orang tua yang didapatkan adalah 10,39 atau masuk dalam kriteria sangat rendah. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi orang tua masih sangat rendah dalam mendukung pendidikan anak-anak mereka. Secara umum orang tua masyarakat Desa memiliki harapan agar anak-anak mereka dapat menempuh pendidikan setinggi mungkin, namun pada kenyataannya orang tua kurang dapat memotivasi anak untuk bersekolah. Orang tua lebih menyerahkan keinginan bersekolah pada anak.

5. Budaya

Tabel 18. Frekuensi Tentang Faktor Budaya Terhadap Pendidikan

Jumlah Skor Kriteria Frekuensi Persentase (%)

30 – 35 25 – 29 19 – 24 13 – 18 7 – 12 Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah 0 0 18 64 2 0 0 21,43 76,19 2,38 Jumlah 84 100 Rata-rata skor = 27,88

Sumber : Hasil Penelitian 2011

Berdasarkanhasil penelitian pada tabel 18, diketahui bahwa budaya masyarakat Dieng Wetan dalam berpendidikan masih tergolong rendah. Hal ini dapat di lihat dari 84 responden terdapat 18 orang atau 21,43% memiliki budaya dalam pendidikan yang sedang, 64 orang atau 76,19% memiliki budaya dalam pendidikan yang rendah, dan 2 orang atau 2,38% memiliki kebudayaan yang masuk dalam kriteria sangat rendah. Sehingga dapat disimpulkan dari skor rata-rata budaya yaitu 14,02, menunjukkan bahwa

budaya masyarakat Dieng Wetan terhadap pendidikan masih tergolong rendah.

Kebiasaan yang sudah melekat di masyarakat Dieng adalah orang yang berpendidikan tinggi pada akhirnya mereka akan menjadi petani juga. Hal tersebut membuat masyarakat menjadi tidak tertarik untuk bersekolah tinggi-tinggi karena mereka menganggap percuma sekolah tinggi-tinggi jika akhirnya menjadi petani lagi di desa. Anggapan semacam ini sudah membudaya di masyarakat Dieng.

6. Aksesibilitas

Tabel 19. Frekuensi Tentang Faktor Aksesibilitas Terhadap Pendidikan

Jumlah Skor Kriteria Frekuensi Persentase (%)

26 – 30 21 – 25 16 – 20 11 – 15 6 – 10 Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah 5 35 43 1 0 5,95 41,67 51,19 1,19 0 Jumlah 84 0

Rata-rata skor = 20,84 (Tinggi) Sumber : Hasil Penelitian 2011

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 19, diketahui bahwa tingkat aksesibilitas Desa Dieng Wetan tergolong tinggi. Dari 84 responden, terdapat 5 orang atau 5,95% menunjukkan bahwa aksesibilitasnya sangat tinggi, 35 orang atau 41,67% menunjukkan bahwa tingkat aksesibilitas Desa Dieng Wetan termasuk tinggi, 43 orang atau 51,19% menunjukkan bahwa tingkat aksesibilitasnya sedang, dan hanya 1 orang atau 1,19% menunjukkan bahwa aksesibilitas Desa Dieng Wetan masuk dalam kriteria rendah. Jika dilihat dari nilai rata-rata skor untuk aksesibilitas adalah 20,08 atau dalam kriteria tinggi.

Artinya bahwa aksesibilitas di Desa Dieng Wetan masuk dalam kriteria tinggi.

Desa Dieng Wetan memiliki akses jalan yang sudah baik, sarana transportasi juga sangat mudah ditemukan karena Dieng merupakn objek wisata yang menarik. Kondisi jalan yang baik dan sarana transportasi angkutan yang banyak dan mudah ditemui menjadikan Dieng mudah untuk di jangkau. Dieng yang juga merupakan objek wisata yang terkenal hingga mancanegara menjadikan sarana dan prasarana transportasi di Dieng selalu diperbaiki.

C. Pembahasan

Berdasarkan data Kecamatan Kejajar dalam angka 2010, Desa Dieng Wetan merupakan daerah yang tingkat pendidikan penduduknya adalah rendah. Berdasarkan tabel 2. Penduduk menurut Tingkat Pendidikan (10 tahun ke atas) Desa Dieng Wetan Tahun 2009 sebanyak 44,15% penduduk Desa Dieng Wetan berpendidikan SD, 10,18% berpendidikan SLTP, berpendidikan SLTA sebanyak 10,32%, berpendidikan PT sebnayak 1,01%, tidak atau belum tamat SD sebanyak 15,76%, dan yang tidak pernah bersekolah adalah 2,63%. Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat Desa Dieng Wetan di duga dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu motivasi individu, kondisi sosial, kondisi ekonomi keluarga, motivasi orang tua, budaya dan aksesibilitas. Berikut akan dibahas untuk setiap faktor-faktor tersebut.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi individu masyarakat Dieng untuk mengenyam pendidikan di sekolah hingga jenjang tinggi sangatlah rendah. Diketahui bahwa rata-rata skor motivasi individu masyarakat Dieng adalah 11,68 yang termasuk dalam kriteria rendah, artinya bahwa motivasi masyarakat di Desa Dieng Wetan tergolong rendah dalam hal pendidikan. Masyarakat kurang berminat untuk bersekolah hingga jenjang tinggi, mereka lebih banyak memilih di pesantren atau bekerja daripada bersekolah formal. Keinginan masyarakat untuk bersekolah rendah, mereka lebih memilih untuk belajar agama di pesantren maupun bekerja menjadi petani membantu orang tua mereka. Selain itu cita-cita yang dimiliki individu juga tidak jauh dari pekerjaan orang tua yaitu menjadi petani, hanya beberapa yang punya harapan besar untuk keluar dari lingkaran petani.

Gambar 6. Seorang anak SD yang membantu orang tuanya bekerja di ladang. Klausmeier menyatakan bahwa perbedaan dalam intensitas motivasi berprestasi ditunjukkan dalam berbagai tingkatan prestasi yang dicapai oleh berbagai individu. Semakin besar motivasi seseorang untuk terus berprestasi, maka dia akan terus mencoba menggapai pendidikan mereka ke jejang yang lebih

tinggi (Djali, 2008:110). Kondisi yang terjadi di Dieng adalah masyarakatnya kurang memiliki motivasi individu untuk berprestasi dengan menempuh pendidikan yang tinggi. Sehingga perlu dorongan terutama dari pihak keluarga dalam hal ini orang tua untuk memotivasi anak-anak mereka agar dapat menempuh pendidikan setinggi mungkin. Selain itu juga diperlukan sosialisasi pada mereka tentang arti penting pendidikan dan manfaat serta tujuan pendidikan sekolah. Hal ini akan turut mendorong dan memotivasi mayarakat di Desa Dieng Wetan untuk menempuh pendidikan sekolah hingga jenjang tinggi.

Kondisi sosial dapat memberikan pengaruh pada norma sosial dalam masyarakat. Ini juga berlaku pada norma-norma yang berkaitan dengan pendidikan. Kondisi masyarakat dengan tingkat pendidikan yang rendah dan kurang mementingkan pendidikan formal, dapat menjadikan orang yang berada di dalam lingkungan tersebut juga mengakui dan terbiasa bahkan mengikuti hal tersebut. Hal ini ditegaskan oleh Sherif, bahwa interaksi sosial antaranggota suatu kelompok dapat menimbulkan suatu norma sosial dalam masyarakat yang berlaku dalam masyarakat tersebut (Gerungan, 2009:110).

Gambar 7. Kegiatan sehari-hari masyarakat Dieng yang menggambarkan kondisi sosial dan kegiatan ekonomi masyarakat

Kondisi sosial masyarakat Desa Dieng Wetan masih tergolong cukup baik. Meskipun masyarakatnya adalah masyarakat petani yang memiliki kesibukan masing-masing, namun hubungan sosial masyarakat terutama di dalam keluarga dan tetangga terdekat masih cukup baik terhadap pendidikan mereka. Kondisi sosial ini berarti kondisi lingkungan keluarga responden dan kondisi lingkungan masyarakat yang meliputi interaksi antar anggota keluarga, Interaksi dengan anggota masyarakat dan komunikasi antar keduanya.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kondisi sosial masyarakat di Desa Dieng Wetan masuk dalam kriteria sedang yaitu dengan skor rata-rata 16,05. keadaan ini menunjukkan bahwa kondisi sosial disana masih cukup baik meskipun mereka memiliki kesibukan masing-masing sebagai petani.

Ekonomi dalam dunia pendidikan memegang peranan yang cukup menentukan. Karena tanpa ekonomi yang memadai dunia pendidikan tidak akan bisa berjalan dengan baik. ini menunjukkan bahwa meskipun ekonomi bukan merupakan pemegang peranan utama dalam pendidikan, namun keadaan ekonomi dapat membatasi kegiatan pendidikan (Made Pidarta, 2007:255-256).

Jika kita lihat dari skor rata-rata kondisi ekonomi keluarga adalah sebesar 26,38 atau termasuk dalam kriteria tinggi, artinya bahwa kondisi ekonomi keluarga masyarakat di Desa Dieng Wetan tergolong tinggi. Rata-rata tingkat pendapatan masyarakat disana adalah Rp. 1.700.000,- sampai dengan Rp. 2.399.000,- per bulannya, dengan tingkat pemenuhan kebutuhan yang terpenuhi meskipun tidak sampai memiliki tabungan. Namun yang membuat mereka memiliki kondisi ekonomi yang cukup baik adalah jumlah anggota keluarga yang

tidak terlalu banyak yaitu berkisar 4 sampai 5 orang saja dalam satu keluarga yang menjadikan beban keluarga tidak terlalu berat. Sehingga dengan pendapatan tersebut cukup untuk menanggung kebutuhan keseluruhan anggota keluarga.

Faktor Ekonomi keluarga banyak menentukan dalam belajar anak. Misalnya anak dalam keluarga mampu dapat membeli alat-alat sekolah lengkap, sebaliknya anak-anak dari keluarga miskin tidak dapat membeli alat-alat itu. Dengan alat serba tidak lengkap inilah maka hati anak-anak menjadi kecewa, mundur, putus asa sehingga dorongan belajar mereka kurang (Ahmadi, 2007:266). Namun yang terjadi pada masyarakat Dieng tidaklah demikian. Kondisi ekonomi keluarga yang tergolong baik ini tidak kemudian turut mendorong masyarakatnya menempuh pendidikan setinggi mungkin. Masyarakat Dieng yang sebagian besar bekerja sebagai petani kentang seperti dimanjakan oleh keadaan alam mereka yang subur. Mereka sudah dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka dengan baik sebagai petani kentang, meskipun mereka tidak berpendidikan tinggi.

Motivasi orang tua menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi rendahnya tingakat pendidikan anak. Dilihat dari rata-rata skor motivasi orang tua yang didapatkan adalah 10,39 atau masuk dalam kriteria sangat rendah. Ini membuktikan bahwa motivasi orang tua masih sangat rendah dalam mendukung pendidikan anak-anak mereka. Motivasi orang tua dapat dilihat dari kesadaran orang tua akan arti penting pendidikan.

Kesadaran orang tua akan pentingnya pendidikan formal untuk anak mereka masih kurang. Orang tua beranggapan untuk apa menyekolahkan anak tinggi-tinggi jika nantinya anak juga menjadi petani. Selain itu orang tua kurang

tegas dalam menyekolahkan anak. Anak yang tidak ingin bersekolah dibiarkan tidak bersekolah dengan alasan mengikuti keinginan anak. Secara umum orang tua masyarakat Desa memiliki harapan agar anak-anak mereka dapat menempuh pendidikan setinggi mungkin, namun pada kenyataannya orang tua kurang dapat memotivasi anak untuk bersekolah. Orang tua lebih menyerahkan keinginan bersekolah pada anak.

Motivasi yang hadir dari orang tua memiliki dampak yang besar terhadap pendidikan anak-anak mereka. Kesadaran akan tanggung jawab mendidik dan membina anak secara terus-menerus perlu dikembangkan kepada setiap orang tua, sehingga pendidikan yang dilakukan tidak lagi berdasarkan kebiasaan yang dilihat dari orang tua, tetapi telah di dasari oleh teori-teori pendidikan modern, sesuai dengan perkembangan zaman (Hasbullah, 2009:46).

Berdasarkan hasil penelitian, skor rata-rata budaya yaitu 14,02 yang masuk ke dalam kriteria rendah. Kebudayaan masyarakat Dieng dalam berpendidikan sangatlah rendah, mereka kurang tertarik untuk memiliki pendidikan hingga jejang tinggi. Kebiasaan yang sudah melekat di masyarakat Dieng adalah orang yang berpendidikan tinggi pada akhirnya mereka akan menjadi petani juga. Hal tersebut membuat masyarakat menjadi tidak tertarik untuk bersekolah tinggi-tinggi karena mereka menganggap percuma sekolah tinggi-tinggi jika akhirnya menjadi petani lagi di desa. Anggapan semacam ini sudah membudaya di masyarakat Dieng. Hal inilah yang membuat masyarakat Dieng menjadi enggan untuk menyekolahkan anak sampai tingkat pendidikan yang tinggi.

Seseorang yang berada di lingkungan masyarakat yang mementingkan pendidikan maka dia juga akan terpengaruh untuk ikut mementingkan pendidikan. begitu juga sebaliknya, jika seseorang berada pada lingkungan masyarakat yang menganggap pendidikan tidak penting maka dia juga dapat terpengaruh dan ikut beranggapan bahwa pendidikan kurang penting. Lewat proses sosialisasi, seorang

individu menghayati, mendarahdagingkan (internalize) nilai-nilai, norma dan

aturan yang dianut kelompok dimana ia hidup (Ihromi, 2004:68).

Jika dilihat dari nilai rata-rata skor untuk aksesibilitas adalah 20,84, ini artinya bahwa aksesibilitas Desa Dieng Wetan termasuk dalam kriteria tinggi. Menurut Tamin dalam Miro (2005:18), Aksesibilitas adalah mudahnya suatu lokasi dihubungkan dengan lokasi lainnya lewat jaringan transportasi yang ada, berupa prasarana jalan dan alat angkut yang bergerak di atasnya.

Gambar 8. Kondisi jalan di Dieng (kanan) dan Mikrobus yang merupakan salah satu alat transportasi yang ada di Dieng (kiri)

Desa Dieng Wetan memiliki akses jalan yang sudah baik, sarana transportasi juga sangat mudah ditemukan karena Dieng merupakan objek wisata yang menarik. Kondisi jalan yang baik dan sarana transportasi angkutan yang

banyak dan mudah ditemui menjadikan Dieng mudah untuk di jangkau. Keterjangkauan Dieng dapat dilihat dari peta jaringan jalan pada lampiran. Dieng yang juga merupakan objek wisata yang terkenal hingga mancanegara menjadikan sarana dan prasarana transportasi di Dieng selalu diperbaiki. Artinya aksesibilitas di Desa Dieng sudah tergolong baik yaitu dengan di dukung prasarana jalan dan alat transportasi yang baik dan memadahi. Keadaan ini seharusnya dapat mendorong perkembangan yang baik pula pada bidang pendidikan disana.

Dilihat dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa faktor-faktor yang terbukti mempengaruhi rendahnya tingkat pendidikan masyarakat Desa Dieng Wetan antara lain faktor motivasi individu, faktor motivasi orang tua, dan faktor budaya. Motivasi individu dalam pendidikan masyarakat Dieng Wetan termasuk rendah, dibuktkan dari hasil penelitian hanya mendapatkan skor 11,68 atau dalam kriteria rendah. Begitu pula pada faktor motivasi orang tua dan faktor budaya dalam pendidikan yang juga tergolong rendah, yaitu untuk faktor motivasi orang tua hanya memperoleh skor 10,39 yang masuk dalam kriteria sangat rendah dan faktor budaya dengan skor 14,02 yang masuk dalam kriteria rendah.

Faktor kondisi sosial masyarakat Dieng Wetan masih cukup baik, terbukti dari hasil penelitian mendapatkan skor 16,05 atau dalam kriteria sedang. Sedangkan dua faktor yang lain yaitu faktor kondisi ekonomi keluarga dan faktor aksesibilitas tidak mempengaruhi rendahnya tingkat pendidikan masyarakat. Hal ini dikarenakan kondisi faktor ekonomi keluarga dan aksesibilitas daerah yang termasuk baik. Berdasarkan hasil penelitian, untuk faktor ekonomi keluarga

memperoleh skor 26,38 dalam kriteria tinggi, artinya mereka memiliki kondisi ekonomi yang baik. Sedangkan faktor aksesibilitas memperoleh skor 20,84 yang termasuk dalam kriteria tinggi, artinya aksesibilitas Desa Dieng Wetan tergolong baik.

59

BAB V PENUTUP

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor mempengaruhi rendahnya tingkat pendidikan masyarakat di Desa Dieng Wetan adalah faktor motivasi individu, faktor motivasi orang tua dan faktor budaya masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi individu masyarakat pada pendidikan mendapatkan skor 11,68 yang masuk dalam kriteria rendah. Motivasi orang tua dalam mendukung pendidikan anak juga sangat rendah, dapat dilihat dari hasil penelitian bahwa motivasi orang tua mendapatkan skor 10,39 dalam kriteria sangat rendah. Sedangkan untuk budaya mendapatkan skor 14,02 yang masuk dalam kriteria rendah, artinya budaya masyarakat dalam pendidikan masih rendah.

Faktor kondisi sosial masyarakat Desa Dieng Wetan masih cukup baik, dari hasil penelitian untuk kondisi sosial mendapatkan skor 16,05 atau masuk dalam kriteria sedang. Sedangkan dua faktor yang lain yaitu faktor kondisi ekonomi keluarga dan faktor aksesibilitas masing-masing memperoleh skor 26,38 dan 20,84 dimana keduanya masuk dalam kriteria tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi ekonomi dan aksesibilitas masyarakat Dieng termasuk tinggi. Sehingga faktor ekonomi dan faktor aksesibilitas tidak turut mempengaruhi rendahnya tingkat pendidikan masyarakat di Desa Dieng Wetan.

B. SARAN

Berdasarkan hasil kesimpulan dan pembahasan dalam penelitian ini, maka penulis menyarankan sebagai berikut:

1. Bagi orang tua, dapat menjadi peringatan agar memberikan perhatian dan

peranan yang lebih dalam mengarahkan dan mendukung baik secara moral maupun material terhadap pendidikan anak-anaknya, dalam upaya peningkatan sumberdaya manusia Indonesia.

2. Bagi masyarakat Dieng Wetan pada umumnya, diharapkan dapat lebih

mengerti arti penting, manfaat dan tujuan pendidikan. Sehingga diharapkan kesadaran akan pendidikan meningkat.

61

Dokumen terkait