• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Jumlah Hasil Tangkapan ikan dengan

BAB VIII HUBUNGAN PERUBAHAN PEREKONOMIAN

8.3 Hubungan Perubahan Ekonomi dengan Adaptasi Nelayan

8.3.4 Hubungan Jumlah Hasil Tangkapan ikan dengan

Satria (2009) menyebutkan bahwa salah satu strategi mata pencaharian yang bisa dilakukan adalah mengembangkan diversifikasi alat tangkap untuk bisa bertahan hidup di tengah rusaknya sumber mata pencaharian mereka dan pembatasan akses pemanfaatan akibat aktifitas swasta dan keberadaan zonasi oleh pemerintah. Nelayan Karimunjawa menggunakan dua alat tangkap, yaitu pancing dan kompressor. Alat tangkap dengan menggunakan kompressor memiliki teknologi lebih tinggi daripada alat tangkap pancing. Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa jumlah hasil tangkapan ternyata tidak mempengaruhi perubahan alat tangkap. Penggunaan alat tangkap kompressor justru berkurang ketika terjadi pengembangan pariwisata karena adanya penganjuran penghentian penggunaan kompressor karena merusak karang.

Nelayan non pariwisata juga tetap bertahan menggunakan alat tangkap pancing karena resikonya lebih kecil dari pada alat tangkap kompressor. Berikut disajikan data tentang hubungan perubahan jumlah hasil tangkapan dengan perubahan alat tangkap nelayan non pariwisata.

Tabel 38. Persentase Perubahan Alat Tangkap yang Dikembangkan Nelayan Non Pariwisata Berdasarkan Jumlah Hasil Tangkapan Nelayan di Desa Karimunjawa, Tahun 2012

Jumlah Hasil Tangkapan

Alat Tangkap Nelayan Non Pariwisata Sebelum

Total Sesudah

Total Pancing Kompresor Pancing Kompressor

Rendah 36.0 8.0 44.0 68.0 4.0 72.0

Sedang 32.0 0.0 32.0 4.0 24.0 28.0

Tinggi 0.0 24.0 24.0 0.0 0.0 0.0

Total 68.0 32.0 100.0 72.0 28.0 100.0

Hubungan antara perubahan jumlah hasil tangkapan dengan perubahan alat tangkap yang digunakan nelayan pariwisata juga tidak berbeda dengan kondisi nelayan non pariwisata. setelah adanya kegiatan pengembangan wisata, tangkapan nelayan semakin rendah, namun tidak diikuti dengan peningkatan teknologi alat tangkapnya. Berdasarkan analisis terlihat bahwa tidak ada nelayan yang mengganti alat tangkapnya walaupun ikan yang didapat semakin sedikit dan susah mendapatkannya. Nelayan pancing adalah nelayan yang bisa melaut sendiri, tanpa bergantung kepada kelompok sehingga waktu melautnya bisa fleksibel. Bekerja sebagai nelayan pancing juga tidak membutuhkan tenaga sebesar yang tenaga yang dibutuhkan oleh nelayan kompressor sehingga nelayan pancing bisa maksimal bekerja di bidang pariwisata. Berikut akan disajikan data mengenai persentase hubungan antara perubahan jumlah hasil tangkapan ikan dengan perubahan alat tangkap nelayan pariwisata, sebelum dan sesudah adanya pengembangan kegiatan pariwisata.

Tabel 39. Persentase Perubahan Alat Tangkap yang Dikembangkan Nelayan Pariwisata Berdasarkan Jumlah Hasil Tangkapan Nelayan di Desa Karimunjawa, Tahun 2012 Pancing Kompresor Pancing Kompressor

Rendah 44.0 0.0 44.0 92.0 0.0 92.0

Sedang 44.0 4.0 48.0 0.0 8.0 8.0

Tinggi 4.0 4.0 8.0 0.0 0.0 0.0

Total 92.0 8.0 100.0 92.0 8.0 100.0 8.3.5 Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Diversifikasi Pekerjaan Nelayan

Hipotesis penelitian menyatakan bahwa apabila tingkat pendapatan dalam sektor perikanan rendah, maka tingkat diversifikasi akan semakin tinggi. Namun hal ini tidak terjadi pada nelayan Karimunjawa. Sekitar 28 persen nelayan yang berpendapatan rendah dan 24 persen nelayan berpendapatan sedang tidak melakukan diversifikasi pekerjaan. Hal ini terjadi karena nelayan-nelayan tersebut lebih menyenangi bekerja sebagai nelayan walaupun hasilnya tidak pasti. Selain itu, ada juga yang beralasan malas, tidak memiliki keahlian lain dan merasa capek jika menambah pekerjaan lain. Sekitar 40 persen nelayan bependapatan rendah dan 8 persen berpendapatan sedang melakukan diversifikasi pekerjaan, namun dalam kategori sedang, yaitu memiliki satu pekerjaan di bidang non perikanan. Hal ini dilakukan untuk menutupi kekurangan pendapatan dari sektor perikanan.

Berbeda dengan nelayan non pariwisata, nelayan pariwisata justru melakukan diversifikasi pekerjaan. Sebanyak 68 persen nelayan yang memiliki pendapatan rendah memilih memiliki satu pekerjaan di bidang wisata dan sekitar 24 persen memiliki dua atau lebih pekerjaan di bidang wisata dan sekitar 8 persen nelayan berpendapatan sedang memiliki tingkat diversifikasi yang tinggi. Hal ini dipengaruhi oleh akses dan modal yang dimiliki nelayan pariwisata yang dapat dimanfaatkan dalam bekerja di industri pariwisata. Modal yang paling banyak dimiliki oleh nelayan pariwisata adalah kapal yang bisa disewakan untuk wisatawan. Namun tidak semua nelayan pariwisata memiliki keahlian menjadi tour leader, guide atau memiliki rumah yang bisa dijadikan homestay. Oleh sebab itu, tingkat diversifikasi nelayan pariwisata masih tergolong sedang. Berikut pada Tabel 41 akan disajikan data tentang persentase hubungan tingkat pendapatan dengan tingkat diversifikasi pekerjaan nelayan non pariwisata dan nelayan pariwisata setelah adanya pengembangan pariwisata di Desa Karimunjawa.

Tabel 40. Persentase Tingkat Diversifikasi Pekerjaan Sesudah Adanya Pariwisata yang Dikembangkan Nelayan Berdasarkan Tingkat Pendapatan Nelayan di Desa Karimunjawa, Tahun 2012

Tingkat Pendapatan

Diversifikasi Pekerjaan Sesudah adanya Pariwisata Nelayan Non Pariwisata

Total Nelayan Pariwisata

Total Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi

Rendah 28.0 40.0 0.0 68.0 0.0 68.0 24.0 92.0 Sedang 24.0 8.0 0.0 32.0 0.0 0.0 8.0 8.0 Tinggi 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 Total 52.0 44.0 0.0 100.0 0.0 68.0 32.0 100.0

8.3.6 Hubungan Perubahan Tingkat Pendapatan dengan Perubahan Alat Tangkap Nelayan

Hasil analisis menunjukkan bahwa rendahnya tingkat pendapatan ternyata tidak mempengaruhi perubahan alat tangkap nelayan pariwisata dan nelayan non pariwisata. Menurunnya jumlah tangkapan menyebabkan menurunnya jumlah pendapatan dari sektor perikanan. Namun nelayan tidak melakukan perubahan alat tangkapnya. Hal ini terjadi karena adanya larangan penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan seperti muroami, potassium dan alat tangkap yang merusak karang lainnya. Pengalaman sebagai nelayan tradisional yang telah turun temurun dilakoni nelayan Karimunjawa membuat mereka tetap bertahan menggunakan alat pancing tersebut. Berikut akan disajikan data mengenai hubungan perubahan jumlah pendapatan di sektor perikanan dengan perubahan alat tangkap nelayan non pariwisata.

Tabel 41. Persentase Perubahan Alat Tangkap yang Dikembangkan Nelayan Non Pariwisata Berdasarkan Tingkat Pendapatan Nelayan di Desa Karimunjawa, Tahun 2012

Tingkat Pendapatan

Alat Tangkap Nelayan Non Pariwisata Sebelum

Total Sesudah

Total Pancing Kompresor Pancing Kompressor

Rendah 64.0 4.0 68.0 68.0 0.0 68.0

Sedang 4.0 28.0 32.0 4.0 28.0 32.0

Tinggi 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

Total 68.0 32.0 100.0 72.0 28.0 100.0

Kondisi nelayan non pariwisata juga tidak jauh berbeda dengan kondisi nelayan non pariwisata. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa rendahnya tingkat pendapatan tidak mempengaruhi perubahan alat tangkap nelayan. Berikut akan disajikan data mengenai hubungan perubahan jumlah pendapatan di sektor perikanan dengan perubahan alat tangkap nelayan pariwisata sebelum dan sesudah adanya kegiatan pariwisata.

Tabel 42. Persentase Perubahan Alat Tangkap yang Dikembangkan Nelayan Pariwisata Berdasarkan Tingkat Pendapatan Nelayan di Desa Karimunjawa, Tahun 2012

Tingkat Pendapatan

Alat Tangkap Nelayan Pariwisata Sebelum

Total Sesudah

Total Pancing Kompresor Pancing Kompressor

Rendah 80.0 4.0 84.0 84.0 8.0 92.0

Sedang 4.0 4.0 8.0 8.0 0.0 8.0 Tinggi 8.0 0.0 8.0 0.0 0.0 0.0

Total 92.0 8.0 100.0 92.0 8.0 100.0

BAB IX PENUTUP

8.1 Kesimpulan

Pengelolaan TNKJ dilakukan berdasarkan sistem zonasi untuk mengakomodir semua kepentingan pengelolaan terutama dari aspek ekologis, sosial ekonomi, perikanan, konservasi dan pariwisata. Kegiatan pengembangan pariwisata di Desa Karimunjawa sudah dilakukan sejak Karimunjawa dijadikan sebagai kawasan cagar alam. Namun jumlah kunjungan wisatawan mulai meningkat sejak Tahun 2007.

Melalui sistem zonasi, kegiatan penangkapan ikan oleh nelayan dan kegiatan kepariwisataan bisa berjalan dengan baik dan tidak saling mengganggu. Menurunnya jumlah tangkapan membuat nelayan harus mencari alternatif pekerjaan lain untuk menambah pendapatan mereka. Pengembangan pariwisata di desa tersebut dimanfaatkan oleh nelayan untuk menambah penghasilannya.

Dampak pengembangan ekowisata bahari di Karimunjawa terhadap ekosistem setempat yang dirasakan oleh nelayan di lokasi penelitian adalah: (a) patahnya karang karena secara sengaja maupun tidak sengaja terinjak oleh wisatawan yang sedang melakukan snorkeling (b) onggokan sampah (c) perubahan ekosistem mangrove dengan adanya pembuatan paving (d) pembukaan lahan baru untuk pembangunan akomodasi (e) kekurangan air bersih apabila jumlah kunjungan wisatawan meningkat.

Daya dukung panjang pantai berpasir memenuhi standar sedangkan daya tampung untuk penginapan belum mencukupi. Begitu juga dengan kegiatan snorkeling di laut yang sering sekali mengalami overload pengunjung.

Perubahan ekologi yang sangat mempengaruhi perubahan ekonomi nelayan adalah jumlah ketersediaan ikan karang yang semakin menurun. Hal ini disebabkan oleh alat tangkap tidak ramah lingkungan berupa cantrang, muroami, kompressor dan panah yang pernah digunakan oleh nelayan Karimunjawa juga akibat permasalahan yang ditimbulkan oleh kegiatan pariwisata.

Perubahan di bidang perekonomian terlihat dari penurunan hasil tangkapan yang juga berdampak pada penurunan jumlah pendapatan nelayan di bidang perikanan. Jam kerja nelayan di bidang perikanan tidak terlalu mengalami perubahan di kedua kelompok nelayan karena setiap nelayan sudah mempunyai target waktu melautnya setiap hari. Namun perubahan ekologi mempengaruhi perubahan jumlah hari nelayan melaut selama satu bulan, khususnya nelayan pariwisata karena mereka menggunakan waktunya untuk bekerja di bidang wisata. Kehadiran kegiatan pariwisata memang telah membuka lapangan pekerjaan yang baru bagi nelayan seperti tour leader, guide, penyewa kapal, penyewa penginapan dan penjualan souvenir. Namun peluang ini belum dimanfaatkan oleh semua masyarakat Karimunjawa. Perubahan ekologi ini juga ikut mempengaruhi nelayan non pariwisata.

Selain melakukan diversifikasi pekerjaan, mereka juga memperluas daerah tangkapannya sesuai dengan ketersediaan bahan bakar kapal yang mereka miliki.

Perubahan sosial yang terjadi dengan adanya pengembangan kegiatan pariwisata. Munculnya berbagai organisasi seperti HPI serta paguyuban yang mengakomodir kegiatan wisata di Karimunjawa. Kegiatan gotong royong tetap dilakukan namun intensitasnya semakin berkurang karena adanya petugas kebersihan desa dari Dinas Kebersihan dan kesibukan nelayan dalam pekerjaannya di bidang wisata dan pekerjaan sampingan lainnya. Jumlah migrasi masuk dan migrasi keluar Desa Karimunjawa semakin meningkat. Migrasi keluar meningkat akibat banyaknya masyarakat desa yang melanjutkan pendidikannya di luar Desa Karimunjawa.

Migrasi masuk juga meningkat karena pengembangan wisata yang telah membuka lapangan kerja baru di desa tersebut.

Perubahan ekologis dibidang penurunan jumlah ketersediaan ikan karang membuat nelayan harus beradaptasi dengan melakukan diversifikasi pekerjaan di bidang wisata dan di bidang non wisata. Nelayan non pariwisata melakukan diversifikasi pekerjaan sebagai petani, tukang bangunan, berdagang, pembuat kapal dan penjaga keramba. Namun sekitar 48 persen nelayan tersebut tetap memilih menjadi nelayan. Nelayan pariwisata melakukan diversifikasi pekerjaan sebagai guide, tour leader, penyewa kapal, penyewa penginapan dan penjual souvenir. Selain

diversifikasi pekerjaan, nelayan juga melakukan adaptasi dengan perubahan alat tangkap ikan yang digunakan. Kehidupan perekonomian nelayan Karimunjawa tergolong rendah namun tidak diikuti dengan tingkat adaptasi yang tinggi. Hal ini terjadi karena nelayan lebih merasa nyaman bekerja di bidang perikanan dari pada bekerja disektor lain.

8.2 Saran

Saran yang dapat disampaikan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Pengembangan kegiatan, sarana dan prasarana masih terpusat di bagian timur dan pusat desa. Hal ini mengakibatkan bagian timur dan pusat desa tersebut menjadi lebih padat bangunan dan penduduknya di banding dengan bagian utara, selatan dan barat desa. Padatnya bangunan di bagian timur dan pusat desa juga sering menimbulkan permasalahan yaitu pengambilan garis pantai di daerah tersebut untuk pembangunan sarana dan prasarana pariwisata.

Selain itu masyarakat di bagian utara, selatan dan barat desa juga jarang sekali ditemukan berpartisipasi dalam kegiatan pariwisata, khususnya melakukan diversifikasi pekerjaaan di bidang pariwisata. Oleh sebab itu, perlu dilakukan penataan ulang kebijakan terkait pembangunan akomodasi sehingga tidak terpusat di bagian timur dan pusat desa saja.

2. Perlu dilakukan upaya untuk pembinaan wisatawan dan guide agar tidak menginjak karang dan menjaga lingkungan laut.

3. Terpusatnya pengembangan pariwisata di bagian timur dan pusat desa menyebabkan terjadinya distribusi ekonomi di bidang pariwisata yang tidak merata. Selain itu, teknik mempekerjakan guide, penyewa kapal dan penyewaan homestay dilakukan berdasarkan sistem kekeluargaan. Oleh sebab itu terjadi konflik antara nelayan non pariwisata dengan nelayan pariwisata serta nelayan pariwisata dengan nelayan pariwisata karena nelayan non wisata merasa tidak adil dengan sistem yang ada sekarang.

Maka untuk penelitian selanjutnya dapat dikaji tentang konflik antara

nelayan non pariwisata dan nelayan pariwisata dalam pemanfaatan kegiatan pariwisata serta distribusi pendapatan dari bidang pariwisata.

DAFTAR PUSTAKA

Amelia L. 2009. Dampak pengunjung kawasan wisata terhadap kelestarian sumberdaya Pantai Ancol, Jakarta Utara. [skripsi]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. 125hal.

Aryono B. 2003. Kajian peran pengembangan pariwisata bahari terhadap kesejahteraan nelayan di pulau Karimunjawa dan Pulau Kemujan Kabupaten Jepara, [tesis]. Semarang: Universitas Diponegoro. 132hal

[BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Jepara. 2011. Jepara dalam angka. Jepara [ID]: BPS Kabupaten Jepara.

[BTNKJ] Balai Taman Nasional Karimunjawa. 2008. Survei sosial ekonomi Desa Karimunjawa tahun 2008. Semarang [ID]: BTNKJ.

[BTNKJ] Balai Taman Nasional Karimunjawa. 2012. Zonasi Taman Nasional Karimunjawa tahun 2012. Semarang [ID]: BTNKJ.

Damanik J, Weber HF. 2006. Perencanaan ekowisata.Dari teori ke aplikasi. Andi Offset: Yogyakarta. 142hal

[DKP] Dinas Kelautan dan Perikanan. 2011. Laporan tahunan pelabuhan perikanan pantai Karimunjawa. Semarang [ID]: DKP.

Ginting SP. 1998. Konflik pengelolaan sumberdaya kelautan di Sulawesi Utara dapat mengancam kelestarian pemanfaataannya.Jurnal Pesisir dan Lautan. 01(02): 30-43.

Hanny P, Raymond Ch, Djadjeng P. 2011 November. Analisis penataan ruang kawasan pesisir.

Haryono TJS. 2005. Strategi kelangsungan hidup nelayan. Studi kasus tentang diversifikasi pekerjaankeluarga nelayan sebagai salahsatu strategi dalam mempertahankan kelangsungan hidup.Berkala Ilmiah Kependudukan [Internet].

[dikutip 24 Oktober 2011]: 07(02): 1-10. Dapat diunduh darihttp://www.journal.unair.ac.id/detail_jurnal.php?id=1352&med=25&bid=8

Khairunnisa W. 2011. Evaluasi pengelolaan lanskap wisata bahari Taman Nasional Bunaken Sulawesi Utara. [skripsi]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. 173 hal.

Marisa, Y. 2007. Dampak pariwisata bahari terhadap tingkat kesejahteraan keluarga nelayan dan perekonomian wilayah di Pulau Weh, Kota Sabang. [skripsi]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. 140 hal.

Masydzulhak. 2006. Pengelolaan sumberdaya pesisir dalam perspektif otonomi daerah: Studi kasus Kabupaten Bengkulu Selatan. Jurnal Pesisir dan Lautan.

07(02):1-13.

Mukhtosar. 2007. Pencemaran pesisir dan laut. Jakarta [ID]: Pradya Paramita. 332 hal.

Patanda M. 2006. Kajian manfaat penetapan kawasan konservasi terhadap perikanan tangkap di Taman Wisata Laut Kepulauan Kapoposang. [tesis]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor.

Prasetyo B, Jannah L. 2006. Metode penelitian kuantitatif. Jakarta [ID]: Raja Grafindo Persada. 252 hal.

Purba J. 2002. Pengelolaan ligkungan sosial. [Internet]. [dikutip 23 April 2012]. Obor Indonesia. Dapat diunduh dari: http://books.google.co.id/books?id=b?pengelolaan + lingkungan+sosial+yayasan+obor+indonesia+2002&source

Purnomowati R. 2001. Kajian pengelolaan sumberdaya pesisir berbasis masyarakat.Studi kasus Desa Pemongkong, Kecamatan Keruak, Kabupaten Lombok Timur-NTB. [tesis]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor.

Ramli I. 2003. Analisis kebijakan pengelolaan sumberdaya terumbu karang di kawasan Pulau Geleang dan Pulau Burung Kepulauan Karimunjawa, Jawa Tengah.

[tesis]. [Internet]. [dikutip 20 Juli 2012]. Semarang: UNDIP. 148 hal.

Raharto A, editor. 1999. Migrasi dan pembangunan di kawasan Timur Indonesia: isu ketenagakerjaan. Jakarta [ID]: PPT-LIPI. 173 hal.

Rusli, S. 2010. Pengantar ilmu kependudukan.164 hal.

Sahri M, Mushadi AY, Sukoharson EG. 2006. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi aksesibilitas sosial ekonomi nelayan kecil di Jawa Timur. Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial. 18(01): 1-13.

Satria A. 2002. Pengantar sosiologi masyarakat pesisir. Jakarta [ID]: Pustaka Cidesindo. 130 hal.

. 2009. Pesisir dan laut untuk rakyat. Bogor [ID]: IPB Press. 178 hal.

Singarimbun M, Effendi S. 1989. Metode penelitian survai. Jakarta [ID]: LP3ES. 336 hal.

Sjafi’i E. 2001. Analisis pemanfaatan ruang kawasan pesisir Teluk Manado, Sulawasi Utara.Jurnal Pesisir dan Lautan.04(1). 1-18

Solihin A, Satria A. 2007. Solusi perikanan berkelanjutan: studi kasus awig-awig di Lombok Barat. Jurnal TransdisiplinSosiologi, Komunikasi dan Ekologi Manusia.

01(01): 1-20.

Stefanus S, Supriharyono, Bambang A. Januari 2007. Pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut melalui pemberdayaan kearifan lokal di Kabupaten Lembata Provinsi Nusa Tenggara Timur. Jurnal Pesisir Laut. 2(2). 67-82.

Subri M. 2005. Ekonomi kelautan. Jakarta [ID]: PT Raja Grafindo Persada. 224 hal.

Tafalas M. 2010. Dampak pengembangan ekowisata terhadap kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat lokal.Studi kasus ekowisata bahari Pulau Mansuar Kabupaten Raja Ampat. [thesis]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. 135hal

Tuwo A. 2011. Pengelolaan ekowisata pesisir dan laut . Surabaya [ID]: Briliant Internasional. 412hal.

Wahyudiono. 2009. Kerentanan Terumbu Karang Akibat Aktivitas Manusia Menggunakan “Cell-Based Modelling” di Pulau Karimunjawa dan Pulau Kemujan, jepara, Jawa Tengah. [skripsi]. Bogor. Institut pertanian Bogor. 44 hal.

LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Nama Responden

No. Nelayan Non Pariwisata Nelayan Pariwisata

1 ED JN

2 HY MS

3 AL HS

4 ST KC

5 MD AN

6 BS SM

7 PT SP

8 MT LW

9 ES AM

10 KR TG

11 MK RS

12 NR ND

13 MA EP

14 AT AB

15 KK DJ

16 SD SK

17 MM SG

18 JL ZA

19 AZ SR

20 SS JL

21 NS LM

22 KD AR

23 TK ML

24 MM AF

25 HS YN

Lampiran 2. Peta Taman Nasional Karimunjawa, Kecamatan Karimunjawa, Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012

Lampiran 3. Daftar Toko Souvenir di Desa Karimunjawa

No Nama kios Pemilik Lokasi

1 Safi’i Safi’i Karimunjawa

2 Martoyo Martoyo Karimunjawa

3 Zaenal Wafa Zaenal Wafa Karimunjawa

4 Muslikan Muslikan Karimunjawa

5 Maurifin Maurifin Karimunjawa

6 Fendy Fendy Karimunjawa

7 La Biki La Biki Karimunjawa

8 Abdul Rahim Abdul Rahim Karimunjawa

9 Ari Ari Karimunjawa

10 Al-Badry Al-Badry Nyamplungan

11 Brewok Brewok Kemujan

12 An-Nur Safi’i Karimunjawa

13 Dewa Sakti Mustikan Karimunjawa

14 Mutiara Stigi Arif Hata Karimunjawa

15 Sahal Putra Ibu Isah Karimunjawa

16 Sumber Rejeki Zaenal Wafa Karimunjawa

17 Dewadaru Karisma Sukri Karimunjawa

18 Sutiati Ibu Sutiati Karimunjawa

19 La Biki La Biki Karimunjawa

20 Martoyo Pak Martoyo Karimunjawa

Lampiran 4. Data Kepemilikan Lahan di Pulau-Pulau Lingkup Desa Karimunjawa

Ipong 17.974 Kebun Sertifikat

PT Indo Karimun 414.360 Kebun (HGB)

Mursito 37.634 Kebun Sertifikat Kasiran 18.000 Kebun Sertifikat Jamu Jogo 52.732 Kebun Sertifikat PT Indo Karimun 10.130 Kebun Sertifikat 2. Menjangan

207.770 Kebun Sertifikat 4. Burung PT Indo Karimun 20.000 Zona

Ketua Nadzir 62.450 Wakaf (Kebun)

Sertifikat

8. Batu 5.000

Lampiran 5. Dokumentasi Kegiatan

Gambar 1. Wawancara dengan pihak Desa Karimunjawa

Gambar 3. Pelaksanaan FGD degan nelayan kompressor

Gambar 2. Wawancara dengan nelayan

Gambar 4. Pelaksanaan FGD dengan nelayan pancing

Gambar 5. Wawancara dengan nelayan yang juga memiliki toko souvenir dan homestay

Gambar 5. Pembuangan Sampah di Pinggir Jalan

Gambar 6. Pertunjukan seni tradisional Karimunjawa

Gambar 8. Papan pemberitahuan tentang larangan-larangan pada saat melakukan tour

Gambar 7. Kegiatan snorkeling di lau

Gambar 9. Nelayan pancing yang sedang memancing

Gambar 10. Pendaratan kapal nelayan

Gambar 11. Nelayan yang beristirahat ketika tidak melaut