• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara Konsentrasi Klorofil-a dengan Hasil Tangkapan Kandungan klorofil-a pada suatu perairan sangat erat kaitannya dengan

FPI = (2) Keterangan :

4.5 Hubungan antara Konsentrasi Klorofil-a dengan Hasil Tangkapan Kandungan klorofil-a pada suatu perairan sangat erat kaitannya dengan

berjalannya rantai makanan. Kandungan klorofil-a yang tinggi pada perairan akan meningkatkan produktifitas zooplankton, sehingga tercipta suatu rantai makanan

yang menunjang produktifitas ikan diperairan. Tingginya konsentrasi klorofil dapat mengindikasikan perairan tersebut kaya akan sumberdaya ikan.

Ikan pelagis umumnya merupakan ikan filter feeder, yaitu: jenis ikan pemakan plankton. Ikan lemuru dan ikan tembang merupakan ikan-ikan yang dikenal dengan istilah ikan sardine (Nontji, 2005). Keberadaan plankton sebagai makanan utama sangat mempengaruhi keberadaan kedua ikan ini. Hubungan antara rata-rata konsentrasi klorofil-a di Laut Jawa dengan nilai CPUE ikan lemuru dapat dilihat pada Gambar 23. Nilai CPUE ikan lemuru akan meningkat pada musim barat dan musim peralihan 1 dimana pada bulan-bulan tersebut memiliki konsentrasi klorofil-a yang tinggi. Hal ini dapat dilihat terjadi pada bulan Desember-Februari 2008, 2009 dan 2010. Sebaliknya nilai CPUE ikan lemuru akan menurun pada musim timur dan musim peralihan 2 seperti yang terlihat pada bulan Juni-Oktober 2010.

Korelasi antara konsentrasi klorofil-a dengan CPUE ikan lemuru paling besar terjadi pada musim barat dengan nilai r sebesar 0.61 dan nilai sebesar 0.37. Sedangkan korelasi terendah terjadi pada musim peralihan 2 dengan korelasi pearson sebesar -0,01. Hal ini dapat terjadi karena pada musim barat dan musim peralihan 1 merupakan musim yang memiliki curah hujan yang tinggi sehingga masukkan zat hara dari aliran sungai yang bermuara di Laut Jawa membawa dampak meningkatnya konsentrasi klorofil-a.

Naiknya nilai konsentrasi klorofil-a tidak langsung berdampak pada naiknya nilai CPUE, tetapi membutuhkan beberapa waktu sehingga fitoplankton yang mengandung klorofil-a telah dimanfaatkan oleh zooplankton sebagai sumber makanan. Berikutnya zooplankton akan dimanfaatkan oleh ikan-ikan kecil sebagai bahan makanan atau dimakan langsung oleh ikan pelagis. Kejadian ini dapat terlihat pada hubungan antara konsentrasi klorofil-a dengan nilai CPUE ikan tembang (Gambar 24).

Dari Gambar 24 dapat dilihat terdapat jeda waktu antara naiknya nilai konsentrasi klorofil-a dengan naiknya nilai CPUE ikan tembang. Pada Bulan Februari 2009, konsentrasi klorofil-a di Laut Jawa mencapai nilai maksimum sedangkan nilai CPUE ikan tembang mulai naik pada bulan Maret dan mencapai puncaknya pada bulan April tahun yang sama. Terdapat rentang waktu sekitar satu sampai dua bulan antara mulai naiknya nilai CPUE ikan tembang dengan

konsentrasi klorofil-a maksimum diperairan Laut Jawa. Untuk korelasi antara kedua variabel paling besar terjadi pada musim peralihan 1 dengan nilai sebesar -0.76 dan koefisien korelasi sebesar 0.57. Hubungan antara klorofil-a dengan ikan tembang memiliki hubungan yang berbanding terbalik. Hal ini diduga terjadi karena adanya rentang waktu antara puncak dari konsentrasi klorofil-a dengan nilai maksimum CPUE ikan tembang sehingga menyebabkan korelasi antara kedua variabel bernilai minus.

Ikan tongkol merupakan ikan yang dapat hidup optimal pada suhu 29°C. Keberadaan ikan tongkol secara langsung kurang dipengaruhi oleh keberadaan konsentrasi klorofil-a. Dari Gambar 25 dapat dilihat kenaikan nilai CPUE ikan tongkol pada musim timur diiringi dengan penurunan konsentrasi klorofil-a. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, pada musim timur merupakan musim dimana konsentrasi klorofil-a rendah di perairan Laut Jawa. Pada bulan Juli – September 2006 dan bulan Agustus – Oktober 2010 terlihat terjadi kenaikan nilai CPUE ikan tongkol yang diikuti dengan penurunan konsentrasi klorofil-a.

Korelasi antara konsentrasi klorofil-a dengan nilai CPUE ikan tongkol paling besar terjadi pada musim timur dengan nilai sebesar -0,55 dan koefisien determinasi sebesar 0.30.

Gambar 25. Hubungan antara Klorofil-a dengan Hasil Tangkapan Ikan Tongkol

Ikan layang dan ikan banyar merupakan jenis ikan yang hidup pada perairan dengan salinitas tinggi dan merupakan faktor pembatas dalam

penyebaran kedua jenis ikan ini di Laut Jawa. Ikan layang dan ikan banyar akan meningkat nilai CPUEnya pada musim timur dimana perairan Laut Jawa

mendapat masukkan massa air dari Selat Makassar dan Laut Flores. Massa air ini memiliki salinitas yang tinggi jika dibandingkan dengan massa air yang masuk perairan Laut Jawa pada musim barat. Konsentrasi klorofil-a sendiri pada musim timur relatif rendah jika dibandingkan denga musim barat. Secara garis besar dapat dilihat pada Gambar 26 dan Gambar 27 dimana kenaikan nilai CPUE ikan layang dan ikan tembang akan diiringi dengan rendahnya nilai konsentrasi klorofil-a terutama pada musim timur.

Gambar 26. Hubungan antara Klorofil-a dengan Hasil Tangkapan Ikan Layang

60 5.1Kesimpulan

SPL rata-rata bulanan di Laut Jawa dari citra satelit Aqua MODIS tahun 2006 – 2010 berkisara antara 27,9°C – 31,4°C. SPL di Laut Jawa mengikut i pola angin musim yang terjadi di perairan Indonesia. Musim Barat memperlihatkan masuknya SPL bernilai rendah dari Laut Cina Selatan melewati Laut Jawa menuju Selat Makassar dan Laut Flores. Sedangkan Pada musim timur terjadi peristiwa sebaliknya dimana SPL bernilai rendah memasuki perairan Laut Jawa dari Selat Makassar dan Laut Flores dan mengarah ke Laut Cina Selatan. Secara umum SPL relatif lebih tinggi pada saat musim peralihan dibandingkan dengan musim barat dan musim timur. Sedangkan untuk musim barat, SPL lebih tinggi dari pada SPL musim timur. Secara derat waktu, terlihat terjadinya trend kenaikan SPL sebesar 1°C di Laut Jawa dalam kurun waktu 5 tahun terakhir. Sebaran SPL sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan seperti angin.

Konsentrasi klorofil-a di Laut Jawa cukup besar diwilayah pesisir pantai dan semakin menurun di perairan lepas pantai. Hal ini terjadi karena banyaknya masukan zat hara (runoff) dari sungai-sungai yang bermuara di Laut Jawa. Konsentrasi klorofil-a paling besar terdapat pada pesisir pantai seperti di pesisir pantai Selatan Pulau Kalimantan dan pesisir Utara Pulau Jawa. Pada perairan lepas pantai Laut Jawa memperlihatkan konsentrasi klorofil-a yang hampir seragam dengan nilai konsentrasi klorofil-a kecil dari 0.05 mg/m³. Konsentrasi klorofil-a pada wilayah penelitian berkisar antara 0,22 mg/m³- 1,15 mg/m³. Nilai konsentrasi klorofil-a setiap bulannya berfluktuasi mengikuti musim angin yang

sedang berlangsung. Nilai maksimum konsentrasi klorofil-a terjadi pada musim Barat dan nilai minimumnya terjadi pada musim peralihan 2.

Hasil tangkapan utama di Laut Jawa di dominasi oleh lima jenis ikan yaitu: ikan layang (Decapterus Spp.), lemuru (Sardinella sirm), tongkol

(Enthynnus affinis), banyar/kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta), dan tembang (Sardinella Spp) dimana ikan layang merupakan komuditas dengan hasil

tangkapan yang paling besar. Nilai CPUE dari setiap jenis ikan hasil tangkapan berfluktuasi setiap bulannya mengikuti pola musim penangkapan ikan.

Analisis hubungan antara SPL dan konsentrasi klorofil-a dengan nilai CPUE ikan hasil tangkapan ikan pelagis menunjukkan respon yang berbeda antara satu jenis ikan dengan jenis ikan lainnya. Ikan layang, banyar dan tembang

memiliki respon yang negatif terhadap SPL terutama pada musim timur. Hal ini diduga disebabkan karena masuknya massa air yang bersuhu rendah dan

bersalinitas tinggi dari Laut Flores dan Selat Makassar pada musim timur. Sedangkan untuk ikan lemuru dan ikan tembang menunjukkan tidak adanya hubungan langsung antara SPL dengan nilai CPUE hasil tangkapan. Respon ikan pelagis terhadap konsentrasi klorofil-a menunjukkan adanya respon positif pada komoditas ikan lemuru dan ikan tembang dimana kenaikan konsentrasi klorofil-a diikuti dengan kenaikan nilai CPUE. Untuk ikan layang, banyar dan tongkol kenaikan nilai konsentrasi klorofil-a tidak langsung berdampak pada naiknya nilai CPUE ketiga jenis ikan ini.

5.2Saran

Data hasil tangkapan ikan yang digunakan untuk menghitung nilai CPUE diharapkan langsung didapatkan dari kapal penangkap ikan. Hal ini bertujuan untuk menghindari kemungkinan adanya perubahan atau kesalahan dari perhitungasn data hasil tangkapan ikan.

VARIABILITAS KONSENTRASI KLOROFIL-A DAN SUHU