• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antar Organisasi Terkait dengan Kebijakan Pelarangan Alat Tangkap Cantrang

TATA KERJA

4.3 Implementasi Kebijakan Pelarangan Alat Tangkap Cantrang di Desa Pasar Sorkam

4.3.3 Hubungan Antar Organisasi Terkait dengan Kebijakan Pelarangan Alat Tangkap Cantrang

Hubungan antara organisasi-organisasi merupakan suatu proses yang kompleks. Di dalam implementasi suatu program atau kebijakan, diperlukan hubungan maupun dukungan dan koordinasi dari setiap organisasi yang terlibat di dalamnya.Hubungan antar organisasi menunjukkan adanya tuntutan saling dukung antar institusi yang berkaitan dengan program atau kebijakan. Selain itu hubungan antar organisasi merupakan salah satu indikator yang paling penting dalam implementasi kebijakan, mengingat tanpa adanya komunikasi yang baik antar organisasi maka suatu kebijakan atau program yang dijalankan tidak dapat berjalan dengan baik pula.

Menurut Van Meter dan Van Horn Hubungan yang terkait dan kompleks diatas memang amat dimungkinkan terjadi dalam ranah implementasi kebijakan, sehingga penelitian implementasi kebijakan seharusnya tidak dilihat sebagai penelitian yang sederhana. Penelitian implementasi kebijakan menjadi menarik jika dapat menggambarkan yang terjadi antara variabel yang terdapat dalam model Van Meter dan Horn ini. Gambaran yang utuh serta detail nantinya akan sangat menarik dan terlihat amat dinamis (Indiahono 2009:41). Karena itu standar dan tujuan harus di komunikasi kan kepada para pelaksana. Komunikasi dalam

rangka penyampaian informasi kepada para pelaksana kebijakan tentang apa yang menjadi standar dan tujuan harus konsisten dan seragam.

Dengan demikian, prospek implementasi kebijakan yang efektif sangat di tentukan oleh antar organisasi kepada pelaksana kebijakan secara akurat dan konsisten.Disamping itu, koordinasi antar organisasi merupakan mekanisme yang mampu dalam implementasi kebijakan. Semakin baik koordinasi diantara pihak-pihak yang terlibat dalam implementasi kebijakan, maka kesalahan akan semakin kecil, demikian pula sebaliknya.

Berkaitan dengan hubungan antar organisasi dalam rangka pelaksanaan kebijakan pelarangan alat tangkap cantrang/pukat di Desa Pasar Sorkam Kecamatan Sorkam Barat Kabupaten Tapanuli Tengah selalu berkoordinasi dan bekerja sama kepada pihak Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tapanuli Tengah sebagai Kabid Penangkapan, Perizinan dan Pemberdayaan yang menyatakan :

‘’Hubungan kemasyarakat dari seluruh instansi yang terkait sesuai dengan harapan secara menyeluruh melakukan hubungan melalui sosialisasi baik itu dari Dinas Kelautan, pihak TNI angkatan laut dan konservasi penyu secara bersamaan melakukan hungan langsung kepda masyarakat nelayan agar sama-sama menjaga seluruh perkembangan biota laut yang masih kecil hingga penyu-penyu yang tersebar diseluruh lautan Desa Pasar Sorkam dapat berkembang biak dengan berhentinya operasional alat tangkap cantrang/trawl di Desa tersebut’’. (Hasil Wawancara Pada Hari Selasa Tanggal 10 April 2018, Transkip Wawancara Halaman 105)

Selain itu pihak Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tapanuli Tengah dalam menjalankan tugasnya yang berkaitan dengan kebijakan pelarangan alat tangkap cantrang/pukat memiliki hubungan kerja sama yang baik dimana kerja sama yang dilakukan antara Dinas Kelautan dan Perikanan, Pihak TNI angkatan laut, konservasi penyu Desa Pasar Sorkam serta Kepala Desa Pasar

Sorkam yang ada di lokasi tempat peneliti. Pegawai Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tapanuli Tengah selalu berkomunikasi dengan baik dengan pihak penyelenggara agar perlahan menemui hasil yang memuaskan dengan berkurangnya alat tankap cantrang/pukat.Pendapat dari Subbag Kepegawaian dan umum menyatakan :

‘’Melalui penyampaian surat Dinas Kelautan dan Perikanan kepada TNI angkatan laut yang beroperasi di perairan Desa Pasar Sorkam dalam proses pelaksanaannya, perlahan menemui hasil yang memuaskan dengan berkurangnya operasional alat tangkap cantrang/trawl setelah melakukan peringatan kepada masyarakat nelayan pengguna alat tangkap cantrang/trawl dan sekaligus melakukan operasi tangkap tangan kepada pengguna alat tangkap cantrang/trawl yang tidak memenuhi aturan PERMEN KP No 2 Tahun 2015’’. (Hasil Wawancara pada Hari Rabu Tanggal 11 April 2018, Transkip Wawancara Halaman 106)

Sedangkan koordinasi dan kerja sama pihak Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tapanuli Tengah dengan pihak konservasi penyu Desa Pasar Sorkam melalui sosialisasi yang dilakukan di Desa Pasar Sorkam pihak koservasi selalu hadir dalam acara tersebut demi untuk pemberian pembelajaran kepada msyarakat nelayan Desa Pasar Sorkam, menyatakan :

‘’Ya, Dengan melalui acara sosialisasi yang kami ikuti dalam beberaa kesempatan kami selalu di undang dan setiap acara tersebut selalu berjalan dengan baik sesuai prosedur yang direncanakan’’. (Hasil Wawancara Pada Hari Rabu Tanggal 25 April 2018, Transkip Wawancara Halaman 123)

Artinya hubungan dan koordinasi dalam kebijakan pelarangan alat tangkap cantrang/puka antara Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tapanuli Tengah serta masyarakat nelayan Desa Pasar Sorkam memiliki hubungan dan koordinasi yang baik, semua pihak berhubungan dan saling membutuhkan.Selain itu sebuah kebijakan yang hendak di implementasikan haruslah di komunikasikan kepada pihak pelaksana, terutama kepada pihak target atau pelaksana akhir dari

kebijakan. Salah satu cara untuk menyampaikan pesan adalah dengan menggunakan cara sosialisasi. Proses sosialisasi ini bertujuan agar pesan sampai kepada sasaran atau target. Jalur penyampaian pesan tersebut bisa melalui media dan tatap muka. Tentunya masyarakat yang akan menjalankan implementasi kebijakan pelaranga alat tangkap cantrang/pukat tersebut sangat tergantung dengan informasi dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tapanuli Tengah sebagai pelaksana awal demi terselenggaranya kebijakan ini.

Berkaitan dengan penelitian, sosialisasi kebijakan pelarangan alat tangap cantrang/trawl telah dilakukan dulu sebelum peraturan itu di implementasikan.

Sosialisasi yang ada pada awalnya oleh terkait kepala Desa Pasar Sorkam dan pihak konservasi penyu Desa Pasar Sorkam dimana Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tapanuli Tengah yang memfasilitasi kegiatan sosialisasi tersebut karena sosialisasi itu berasal dari pemerintah pusat dan Dinas Kelautan dan perikanan Kabupaten Tapanuli Tengah yang berwenang dalam menjembatani sosialisasi tersebut termasuk Ketua konservasi penyu yang menyatakan :

‘’Kami juga termasuk pihak yang terlibat dalam penilain kebijakan pelarangan alat tangkap cantrang/trawl ini, termasuk Dinas Kelautan dan Perikanan dan TNI angkatan laut serta Kepala Desa bersama masyarakat nelayan,sejauh ini kami seluruh pihak terkait selalu melakukan koordinasi dan kerja sama yang baik dalam penyelenggaraan kebijakan ini’’. (Hasil Wawancara pada hari Senin tanggal 23 April 2018, Transkip Wawancara Halaman 121)

Sejalan dengan Kepala Desa Pasar Sorkam menyatakan:

‘’Ya, soaialisasi memang sudah dilakukan dan kami turut di undang dalam acara sosialisasi ini’’ (Hasil Wawancara pada hari Senin tanggal 21 Mei 2018, Transkip Wawancara Halaman 137)

Kemudian menurut masyarakat nelayan desa pasar sorkam menyatakan hal yang serupa menyatakan bahwa :

‘’Perbedaannya, jelas kami lebih leluasa untuk mencari wilayah tangap yang semakin luas karena alat tangkap cantrang/trawl sudah di tiadakan’’.

(Hasil Wawancara pada hari Sabtu tanggal 2 Juni 2018, Transkip Wawancara Halaman 147)

Kemudian penulis akan memaparkan hasil dokumentasi hubungan antar organisasi terkait kebijakan pelarangan alat tangkap cantrang/pukat di Desa Pasar Sorkam Kecamatan Sorkam Barat Kabupaten Tapanuli Tengah

Gambar : 4.4 POS PSKP Sorkam

Sember : Dokumentasi Penelitian, 2018

Berdasarkan hasil dokumentasi peneliti dalam hal pelarangan alat tangkap cantrang/pukat semua pihak penyelenggara berkoordinasi dan bekerja sama dengan baik serta mengadakan pelatihan-pelatihan sebagai mekanisme untuk mendukung kebijakan tersebut. Sehingga sebagian masyarakat yang selama ini menggunakan alat tangkap cantrang/pukat sudah jauh berbanding terbalik pada

saat ini yang terlihat dari pengamatan peneliti hanya sebagian kecil masyarakat nelayan yang secara bersembunyi menggunakan alat tangkap cantrang/puka tersebut.Hal inilah yang sangat diharapkan agar semua masyarakat bisa sadar dengan pentingnya menjaga keadaan ekosistem laut agar menimbulkan dampak positif dalam jangka panjang.

4.3.4Karakteristik Agen Pelaksana Kebijakan Pelarangan Alat Tangkap