• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Penghargaan Dengan Perilaku Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) di Industri Pengelasan Informal di Kelurahan

B. APD Pengelasan Tambahan

3. Alat Pelindung Hidung (Respirator)

6.11. Hubungan Antara Penghargaan Dengan Perilaku Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) di Industri Pengelasan Informal di Kelurahan

Gondrong, Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang Tahun 2013.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada pekerja di Kelurahan Gondrong, Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang tahun 2013 didapatkan para pekerja yang bekerja di bengkel las yang mempunyai penghargaan dan menggunakan APD sebanyak 17 orang (70,8%), pekerja yang bekerja di bengkel las yang mempunyai penghargaan namun tidak menggunakan APD sebanyak 7 orang (29,2%), pekerja yang bekerja di bengkel las mempunyai penghargaan dan menggunakan APD sebanyak 4 orang (31,8%) sedangkan pekerja yang bekerja di bengkel las yang

mempunyai penghargaan dan tidak menggunakan APD sebanyak 15 orang (68,2%). Berdasarkan hasil uji statistik, dengan menggunakan uji Chi Square (X2) pada variabel penghargaan didapatkan pvalue yaitu 0,008 yang berarti nilai Pvalue < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara penghargaan dengan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada industri pengelasan informal di Kelurahan Gondrong, Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang Tahun 2013.

Sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Syaaf (2008) didapatkan P = 0,000 (Pvalue <0,05) sehingga menunjukkan ada hubungan bermakna antara penghargaan dan perilaku penggunaan APD. Kemungkinan bias pada variabel ini adalah penghargaan yang diberikan kepada pekerja hanya bersifat stimulant untuk bekerja lebih giat berupa pujian dan bertambahnya pendapatan dari pemilik usaha.

Hasil ini sesuai dengan pendapat Green dalam Notoadmojo (2005) yang menyatakan ketersediaan APD merupakan salah satu faktor penguat (reinforcement factors) yang mendorong atau menghambat individu untuk berperilaku (dalam hal ini penggunaan APD). Pendapat ini juga dikemukan melalui Model ABC, penghargaan sebagai konsekuensi dari peristiwa lingkungan yang memberikan hasil positif akibat suatu pekerjaan yang dilakukan.

Peraturan yang diterapkan oleh pemilik usaha kepada para pekerja bersifat lisan, sehingga terdapat kemungkinan pekerja melakukan pekerjaan dengan baik. Kalau pekerja melakukan pekerjaan dengan baik, reward yang diberikan tidak signifikan atau berarti karena penghargaan hanya berupa

penambahan pendapatan saja. Adapun bengkel las memiliki penghargaan terhadap penggunaan APD di tempat kerja, masih ada pekerja yang tidak menggunakan APD.

7.1. Simpulan

1. Gambaran Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada pekerja di industri pengelasan informal Kelurahan Gondrong, Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang tahun 2013 bahwa pekerja pengelasan di bengkel las informal yang menggunakan APD adalah sebanyak 24 orang. Sedangkan pekerja pengelasan di bengkel las informal yang tidak menggunakan APD adalah sebanyak 22 orang.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pekerja dalam penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada industri pengelasan informal di Kelurahan Gondrong, Kecamatan Cipondoh

2.1. Faktor Predisposing

a. Gambaran pekerja yang memiliki pengetahuan baik lebih banyak yaitu 36 orang (78,3%) daripada pekerja yang memiliki pengetahuan kurang baik yaitu 10 orang (21,7%) dalam penggunaan APD.

b. Gambaran pekerja yang pernah mendapatkan pelatihan lebih sedikit yaitu 21 orang (45,7%) daripada pekerja yang tidak pernah mendapatkan pelatihan yaitu 25 orang (54,3%) dalam penggunaan APD.

c. Gambaran pekerja yang memiliki sikap setuju lebih banyak yaitu 39 orang (84,8%) daripada pekerja yang memiliki sikap tidak setuju yaitu 7 orang (15,2%) dalam penggunaan APD.

d. Gambaran pekerja yang memiliki motivasi lebih banyak yaitu 29 orang (63,0%) daripada pekerja yang tidak memiliki motivasi yaitu 17 orang (37,0%) dalam penggunaan APD.

e. Gambaran pekerja yang memiliki komunikasi baik lebih banyak yaitu 28 orang (60,9%) daripada pekerja yang memiliki komunikasi kurang baik yaitu 8 orang (39,1%) dalam penggunaan APD.

2.2. Faktor Enabling

a. Gambaran pekerja yang bekerja dengan APD lengkap lebih sedikit yaitu 22 orang (47,8%) daripada pekerja yang bekerja dengan APD kurang lengkap yaitu 24 orang (52,2%) dalam penggunaan APD. 2.3. Faktor Reinforcing

a. Gambaran pekerja yang bekerja di bengkel las yang memiliki pengawasan lebih sedikit yaitu 17 orang (37,0%) daripada pekerja yang bekerja di bengkel las yang tidak memiliki pengawasan yaitu 29 orang (63,0%) dalam penggunaan APD.

b. Gambaran pekerja yang bekerja di bengkel las yang memiliki hukuman lebih banyak yaitu 27 orang (58,7%) daripada pekerja yang bekerja di bengkel las yang tidak memiliki hukuman yaitu 19 orang (41,3%).

c. Gambaran pekerja yang bekerja di bengkel las yang memiliki penghargaan lebih banyak yaitu 27 orang (58,7%) daripada pekerja yang bekerja di bengkel las yang tidak memiliki penghargaan yaitu 19 orang (41,3%).

3. Hubungan antara faktor Predisposing (pengetahuan, pelatihan, sikap, motivasi dan komunikasi) dengan perilaku pekerja dalam penggunaan Alat Pelindung Diri (APD).

a. Terdapat hubungan antara pengetahuan dengan perilaku pekerja dalam penggunaan Alat Pelindung Diri (APD).

b. Terdapat hubungan antara pelatihan dengan perilaku pekerja dalam penggunaan Alat Pelindung Diri (APD).

c. Terdapat hubungan antara sikap dengan perilaku pekerja dalam penggunaan Alat Pelindung Diri (APD).

d. Tidak terdapat hubungan antara motivasi dengan perilaku pekerja dalam penggunaan Alat Pelindung Diri (APD).

e. Tidak terdapat hubungan antara komunikasi dengan perilaku pekerja dalam penggunaan Alat Pelindung Diri (APD).

4. Tidak terdapat hubungan antara faktor Enabling (ketersediaan APD) dengan perilaku pekerja dalam pengunaan Alat Pelindung Diri (APD). 5. Hubungan antara faktor Reinforcing (pengawasan, hukuman dan

penghargaan) dengan perilaku penggunaan Alat Pelindung Diri (APD). a. Terdapat hubungan antara pengawasan dengan perilaku pekerja

dalam penggunaan Alat Pelindung Diri (APD).

b. Terdapat hubungan antara hukuman dengan perilaku pekerja dalam penggunaan Alat Pelindung Diri (APD).

c. Terdapat hubungan antara penghargaan dengan perilaku pekerja dalam penggunaan Alat Pelindung Diri (APD).

7.2. Saran

1. Bagi industri pengelasan informal

a. Meningkatkan pengetahuan pekerja mengenai risiko dan bahaya yang ada ditempat kerja dengan cara memberikan informasi dan pengalaman yang dimiliki dalam mengenali potensi bahaya ditempat kerja sebelum pekerja melakukan pengelasan.

b. Memperhatikan sikap para pekerja yang setuju dalam penggunaan APD dengan menyediakan peralatan APD yang standar dan nyaman digunakan oleh pekerja di tempat kerja sehingga pekerja dapat bekerja dengan aman.

c. Perlu adanya pemberian reward dan punisment bagi pekerja yang telah bekerja dengan baik sesuai dengan peraturan yang ada, sehingga pekerja mempunyai motivasi untuk melakukan pekerjaaan dengan aman dan baik.

d. Perlu melakukan peningkatan intensitas pengawasan sesering mungkin dan menjalin komunikasi yang dilakukan oleh pemilik usaha sehingga tidak terjadi kesalahpahaman antara pemilik usaha dan pekerja.

e. Pemilik usaha harus mempersiapkan APD yang lengkap dan sesuai dengan standar sebelum pekerja melakukan pengelasan agar pekerja sebagai investasi peralatan usaha tidak mengalami hal yang tidak diinginkan.

f. Melakukan pembinaan kepada para pemilik usaha dan pekerja di bengkel las agar semua pihak mulai menyadari bahwa pekerja merupakan investasi yang berharga.

2. Bagi pemerintah Daerah setempat

a. Pemerintah diharapkan memberikan pengarahan dalam penggunaan APD dengan memasukkan bagian APD dalam aturan dan Surat Izin Usaha dan Pembangunan (SIUP).

b. Perlu meningkatkan pelatihan yang telah ada dengan memperhatikan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dilingkungan industri pengelasan informal.

c. Lebih memperhatikan industri pengelasan informal guna meningkatkan kesadaran akan pentingnya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). Hal ini sesuai dengan UU Ketenagakerjaan RI no. 25 tahun 1997 Bab XI mengenai Tenaga Kerja di Dalam Hubungan Kerja Sektor Informal dan di Luar Hubungan Kerja pasal 158-160.

d. Melakukan pengawasan berkala dan sesering mungkin pada industri pengelasan informal agar dapat meningkatkan keselamatan dan kesejahteraan pekerja.

e. Penyediaan APD yang tidak bisa disediakan oleh pemilik usaha sebagai upaya pemerintah mewujudkan kebijakan dan peraturan mengenai izin usaha (SIUP).

Amran, Yuli. 2012. Pengolahan dan Analisis Data Statistik di Bidang Kesehatan. Ciputat: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Anonim. Personal Protective Equipment (PPE) Guide Volume 1: General PPE F417-207-000. Washington: Washington State Department of Labor and

Industries. Dapat diakses di : http://www.phpa.com.au/About-us/Corporate-

Governance/Document-Library/pdf/PR_-_HS020_-_Personal_Protective_Equipment_(PPE)_P.aspx. Diakses pada 14 April 2013 pukul 21.31 WIB

Anonim. Tapi APD Bukan Hiasan. Online pada

http://www.semengresik.com/ina/post/APD-Bukan-Hiasan.aspx. diakses

pada 18 April 2013

Asriyani. 2011. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada Pekerja Bagian Sistem Telepon Otomatis (STO) PT.

Telekomunikasi,Tbk Riau-Daratan Kota Pekanbaru. Jakarta: Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Pembangunan Nasional (Veteran) Jakarta.

Astute, Yunani Sri. 2001. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Motivasi Perawat Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Untuk Mengikuti Pendidikan, Suatu

Budiarto, Eko. 2002. Biostatistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC.

Budiono, Sugeng. 2005. Bunga Rampai Hiperkes dan Keselamatan Kerja : Higiene Perusahaan, Ergonomi, Kesehatan Kerja dan Keselamatan Kerja. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Cassell, Erin, dkk. Gear Up: Motivation and Barriers to the Wearing of Personal Protective Equipment by Youth Skaters in Council Skateparks. Monash: Monash University Journal. 2005. Dapat diakses di :

http://www.health.vic.gov.au/injury/downloads/skaters.pdf. Diakses pada 10 April 2013 pukul 14.49 WIB

Chahaya S., Indra. 2006. Perilaku tentang Pemakaian Alat Pelindung Diri Serta Keluhan Kesehatan Petugas Penyapu Jalan di Kecamatan Medan Amplas,

Kota Medan hal 167-173. Departemen Kesehatan Lingkungan FKM USU. Jurnal Volume X, Nomor 2, Desember 2006, Halaman 101 – 205 Terakreditasi No. 26/DIKTI/Kep/2005. ISSN 1410-6434.

Departemen Kesehatan, 2002, Perencanaan Strategis Program Kesehatan Kerja 2002-2004. Jakarta: Litbangkes Depertemen Kesehatan.

Deutsche Industrie Normen (DIN). 2008. Pengelasan. Germany: Deutsche Industrie Normen. Dapat diakses melalui http://www.din.de/. Diakses pada 16 April 2013 pukul 21.03 WIB.

Dwi. 2008. Kecelakaan kerja RI terbesar kedua. 3 April 2008. [Publised 15

http://finance.groups.yahoo.com/group/fpsmi/message/1953. Diakses pada 10 April 2013 pukul 14.15 WIB

Gardiner dkk. 2007. Occupational Helath. United Kingdom: Blackwell Publishing Ltd.

Harson, Wiryosumarto. 2000. Teknologi Pengelasan Logam. Jakarta: Pradnya Paramita. Dapat diakses :

http://www.kesmas-unsoed.info/2011/01/hubungan-perilaku-keselamatan-dan.html. 27

Februari 2013 jam 10.14 WIB.

International Labour Office. 1989. Buku Pedoman Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo.

ILO. 2010. World Of Work Report. Dapat diakses http://www.ilo.org/. Diakses pada 27 November 2013 jam 13.25 WIB

Jamsostek. 2011. Kasus Kecelakaan Kerja Tahun 2011. Dapat diakses

http://www.jamsostek.co.id/content_file/ar_jamsostek_lores_8812.pdf. Diakses pada 27 November 2013 jam 13.05 WIB.

Kementerian Tenaga Kerja dan Transportasi. 2012. Tipe Kecelakaan Kerja di Indonesia Menurut Provinsi Triwulan II – Tahun 2012. Dapat diakses melalui http://pusdatinaker.balitfo.depnakertrans.go.id/. Diakses pada 27 November 2013 pukul 21.13 WIB.

Leka, Stavroula & Houdmont, Jonathan. 2010. Occupational Helath Psycology. United Kingdom: Blackwell Publishing Ltd.

Lewis, Joan & Thornbory, Greta. 2010. Employment Law & Occupational Helath. United Kingdom: Blackwell Publishing Ltd.

Linggasari. 2008. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Perilaku Penggunaan Alat Pelindung Diri di Departemen Engineering PT. Kiat Pulp & Paper Tbk.

Tangerang tahun 2008. Depok: Skripsi Program Sarjana Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Maanaiya, Imam, 2005, Faktor-faktor Yang Berhubungan dengan Tindakan Tidak Aman (Unsafe Act/Substandarf Practice) Pekerja di Bagian Press PT.

YIMM. Depok: Thesis Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Notoadmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta

____________________. 2003. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: PT. Rineka Cipta

____________________. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Prabowo, Riyadi. 2007. Analisis Risiko Kegiatan Proses Pengelasan Dengan Menggunakan Mesim Las PSW (Portable Spot Welding) welding PT.

Indomobil Suzuki International Plant Tambun II Tahun 2007. Depok: Skripsi Program Sarjana Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Purwanto, Bambang Y. 2009. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Raya Kelapa Dua Tanggerang. Depok: Skripsi Program Sarjana Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Rawar P., Dian. 2010. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kapasitas Vital Paru Pada Pekerja Bengkel Las di Pisangan Ciputat Tahun 2010. Jakarta: Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Republik Indonesia. 2002. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/MENKES/SK/XI/ Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri.

Sandjaja, B., Heriyanto, Albertus. 2006. Panduan Penelitian. Jakarta: Pretasi Pustaka Publisher.

Santoso. 2010. Statistik Parametrik. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Setyawati. 2008. Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan APD pada

Lingkungan Pekerjaan. Jurnal Kesehatan dan Keselamatan Kerja Volume IV edisi ke-5 tahun 2008,Halaman 87-98. Jakarta: Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Pembangunan Nasional (Veteran) Jakarta.

Sigit Atmanto, Ireng. 2011. BEHAVIORAL DETERMINANTS WORKERS IN THE USE OF PPE BASED ON HAZARD ASSESSMENT IN FOUNDRY

COMPANY CEPER KLATEN. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi ke-2 Tahun 2011. Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim Semarang. ISBN. 978-602-99334-0-6.

Simatupang, Erni Maria. 2011. Pengaruh Pelatihan Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara III

PERSERO) Medan. Medan: Tesis Program Pascasarjana Univesitas

Sumatera Utara. Dapat diakses melalui :

http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/23728. Diakses pada 16 April 2013 pukul 20.13 WIB.

Sriwidharto. 1996. Petunjuk Kerja Las. Jakarta: PT.Pradnya Paramita.

Strank, Jeremy. 2006. The A-Z of Health and Saftey. London: Thorogoud Publishing Ltd.

Strank, Jeremy. 2007. Human Factors & Behavioural Saftey. United Kingdom: Elsevier Publishing Ltd.

Suma’mur. 2010. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes). Jakarta: CV Sagung Seto.

Suratman M. 2001. Teknik Mengelas Asetilen, Brazing dan Las Busur Listrik. Bandung : Pustaka Grafika.

Syaaf, Fathul Mashuri. 2008. Analisis Perilaku Beresiko (at-risk behavior) pada pekerja unit usaha las sector informal di Kota X. Depok: Skripsi Program Sarjana Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Taylor, Geoffrey. 2004. Enchanging Occupational Safety & Health. United Kingdom: Elsevier Publishing Ltd.

Vitriyansyah P., Benny. 2012. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pekerja Pengelasan Industri Informal Dalam Penggunaan Alat

Pelindung Diri (APD) di Jalan Raya Bogor-Dermaga, Kota Bogor tahun

2011. Depok. Skripsi Program Sarjana Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Wibowo, Arianto. 2010. Faktor – faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Penggunaan Alat Pelindung Diri di Areal Pertambangan PT. Antam,Tbk

Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor Kabupaten Bogor. Jakarta: Skripsi Program Sarjana Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Negeri Jakarta.

Yasari. 2008. Perilaku Penggunaan Alat Pelindung Diri Dan Kejadian Dermatitis Akibat Kerja Pada Pekerja Pengangkut Sampah di PT. USB Kota Jambi. Yogyakarta: Thesis Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada.

Responden […] […] […]