• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

2. Persentase Penghambatan

-5.

Gliocladium virens

Makrokonidia - Warna koloni putih

kehijauan,

- miselium tidak teratur, pertumbuhan koloni rata dan tebal

- tepi koloni juga tidak rata dan berwarna putih kabur Mikrokonidia

- hifa bersepta dan hialin (a),

- Konidia berbentuk ovoid (berbentuk telur dengan satu ujungnya menyempit) (b). 2. Persentase Penghambatan a b a b

Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa nilai persentase penghambatan jamur antagonis berpengaruh sangat nyata terhadap F. oxysporum. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2 dan Lampiran 2-7.

Tabel 2. Persentase penghambatan jamur Trichoderma sp. Dan Gliocladium virens terhadap F. oxysporum (%)

Perlakuan Pengamatan-

1HSI 2HSI 3HSI 4HSI 5HSI 6HSI 7HSI T0 0.0 d 0.0 c 0.0 b 0.0 d 0.0 d 0.0 c 0.0 d T1 0.0 d 0.0 c 0.0 b 0.0 d 0.0 d 0.0 c 0.0 d T2 0.0 d 0.0 c 0.0 b 0.0 d 0.0 d 0.0 c 0.0 d T3 0.0 d 0.0 c 0.0 b 0.0 d 0.0 d 0.0 c 0.0 d T4 0.0 d 0.0 c 0.0 b 0.0 d 0.0 d 0.0 c 0.0 d T5 0.0 d 0.0 c 0.0 b 0.0 d 0.0 d 0.0 c 0.0 d T6 24.4 a 14.1 b 31.7 a 49.1 b 57.8 bc 61.0 b 62.3 c T7 18.9 b 17.9 ab 34.7 a 39.5 c 55.0 c 59.2 b 65.9 b T8 6.7 c 15.2 ab 29.1 a 55.4 a 61.3 ab 62.5 b 72.5 a T9 12.2 c 19.7 a 37.2 a 49.3 b 63.4 a 67.4 a 71.6 a

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji jarak duncan pada taraf 5%.

T1: F. oxysporum, T2 : T. virdae, T3: T. Koningii, T4: T. harzianum, T5: G. virens, T6: F. oxysporum + T. virdae T7: F.

oxysporum + T. koningii, T8: F. oxysporum + T. harzianum, T9: F. oxysporum, + G. virens

HSI : Hari Setelah Inokulasi

Hubungan antara persentase penghambatan dengan pengaruh inokulasi F. oxysporum dan jamur Trichoderma sp. Dan Gliocladium virens dapat dilihat pada

Gambar 3. Hubungan antara persentase penghambatan dengan pengaruh inokulasi F. oxysporum dan jamur Trichoderma sp. Dan Gliocladium virens.

Tabel 2 menunjukkan bahwa F. oxysporum mengalami hambatan pertumbuhan karena kehadiran jamur Trichoderma sp. Dan Gliocladium virens. Persentase penghambatan tertinggi pada 7 hsi terdapat pada perlakuan T8 (T. harzianum + F. oxysporum) yaitu sebesar 72,5 %. sedangkan persentase penghambatan terendah terdapat pada perlakuan T6 (T. viridae + F. oxysporum) yaitu sebesar 62,3 %. T. harzianum menghasilkan beberapa antibiotik, di antaranya antibiotik peptaibol yang bekerja secara sinergis dengan enzim ß (1,3) glukanase, senyawa furanon yang membantu proses penghambatan terhadap F. oxysporum. Hal ini sesuai dengan literatur Mukarlina (2010), yang menyatakan bahwa asam amino bebas seperti asam aspartat, asam glutamat, alanin, leusin dan valin serta dua senyawa ninhidrin positif lainnya yang dihasilkan T. harzianum secara in vitro juga dapat menurunkan patogenitas cendawan patogen.

Pengambilan data persentase penghambatan dilakukan saat terjadi pertemuan miselium antara koloni F. oxysporum dan jamur Trichoderma sp. Dan G. virens. Pada Gambar 6 pertumbuhan jamur Trichoderma sp. Dan G. virens mendekati F. oxysporum menyebabkan F. oxysporum terhambat pertumbuhannya. Penghambatan ini bisa dikarenakan adanya persaingan yang dibentuk dari kedua isolat. baik persaingan ruang

A B

menekan pertumbuhan patogen dengan cara melilit hifa patogen, mengeluarkan enzim β-1,3 glukonase dan kitinase yang dapat menembus dinding sel inang. Selanjutnya Sudhanta (2010) menyatakan bahwa jamur endofit dan saprofit apabila ditumbuhkan bersama pada medium PDA dalam satu cawan Petri tidak saling menghambat pertumbuhan, artinya kedua jamur ini di dalam tanah dapat bersinergis dalam mengendalikan jamur F. oxysporum.

Gambar 4. Pengujian inhibiting zone 7 HSI (A) T6, (B) T7, (C) T18, (D) T9, (Keterangan: a. F. oxysporum, b. Jamur Trichoderma sp., c. G. virens) 3. Tinggi tanaman (cm)

Analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa pemberian F. oxysporum dan jamur endofit berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman. Hasil uji beda rataan tinggi tanaman dapat dilihat pada Tabel 3 dan Lampiran 37-43.

Tabel 3. Pengaruh inokulasi F. oxysporum dan jamur Trichoderma sp. Dan Gliocladium virens terhadap tinggi tanaman (cm)

Perlakuan Pengamatan -

1MSI 2MSI 3MSI 4MSI 5MSI T0 31.0 cde 32.2 cd 33.8 cd 36.3 cd 38.6 de T1 25.3 e 24.8 d 28 d 31.3 d 33.7 e T2 43.2 b 42.7 b 46.3 b 47.3 b 49.3 bc T3 33.2 cd 35.3 bc 38.8 bc 43.2 bc 46.2 bcd b a a b a b C a c D

T4 53.0 a 55.0 a 57.5 a 58 a 59.7 a T5 38.8 bc 41.3 b 44.7 b 46.8 b 49.7 b T6 24.7 e 27.2 d 32.2 cd 37.3 cd 34.1 e T7 28.0 de 29.2 cd 32 cd 35.7 cd 37.7 de T8 27.5 de 29.7 cd 32 cd 36.8 cd 38.7 de T9 25.2 e 28.7 cd 30.3 d 31.8 d 41.2 cde

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji jarak duncan pada taraf 5%.

T1: F. oxysporum, T2 : T. virdae, T3: T. Koningii, T4: T. harzianum, T5: G. virens, T6: F. oxysporum + T. virdae T7: F. oxysporum + T. koningii, T8: F. oxysporum + T. harzianum, T9: F. oxysporum, + G. virens

MSI : Minggu Setelah Inokulasi

Hubungan antara tinggi tanaman dengan pengaruh inokulasi F. oxysporum dan jamur Trichoderma sp. Dan Gliocladium virens dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Hubungan antara tinggi tanaman dengan pengaruh inokulasi F. oxysporum dan jamur Trichoderma sp. Dan Gliocladium virens

Berdasarkan pengamatan pada 3 msi sampai 5 msi perlakuan T1 (F. oxysporum) berbeda nyata dengan semua perlakuan Berdasarkan pengamatan tinggi tanaman tertinggi pada 7 msi terdapat pada perlakuan T4 (T. harzianum) yaitu sebesar 59,7 cm, sebaliknya tinggi tanaman terendah pada 7 msi terdapat pada perlakuan T1 (F. oxysporum) yaitu sebesar 9,10 cm. Hasil ini menunjukkan pemberian jamur Trichoderma sp dan G. virens dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman karena keberadaan agen antagonis selain mampu menekan perkembangan penyakit juga dapat menyediakan ketersediaan hara bagi tanaman. Hal ini disampaikan oleh Hartal dkk,

(2010) bahwa agen antagonis dapat melakukan proses dekomposisi bahan organik yang berasal dari sekam padi dan pupuk kandang yangdigunakan sebagai media tanam. Dalam proses dekomposisi tersebut agen antagonis baik Trichoderma sp. maupun Gliocladium sp. akan mengubah unsur yang ada dalam bentuk larut sehingga bisa diserap oleh tanaman.

Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa pada perlakuan T4 berbeda nyata dengan perlakuan T0. Hal ini dikarenakkan pada perlakuan T4 diaplikasikan jamur Trichoderma sp., sedangkan pada perlakuan T0 tidak diberi perlakuan. Pemberian jamur Trichoderma sp. pada tanaman dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman. Trichoderma sp merupakan jamur parasit yang dapat menyerang dan mengambilnutrisi dari jamur lain.Hal ini sesuai literatur Setyowati (2003) yang menyatakan bahwa peranan Trichoderma sp yang mampu menyerang jamur lain namun sekaligus berkembang baik pada daerah perakaran menjadikan keberadaan jamur ini sebagai biokontrol dan memperbaiki pertumbuhan tanaman.

4. Panjang akar

(cm), berat akar basah (g), dan kering (g)

Analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa pemberi F. oxysporum dan jamur endofit berpengaruh sangat nyata terhadap panjang akar (cm), berat akar basah dan kering (g). Hasil uji beda rataan kejadian penyakit dapat dilihat pada Tabel 4 dan Lampiran 44-46. Tabel 4. Pengaruh inokulasi F. oxysporum dengan jamur Trichoderma sp. Dan G.

virens terhadap panjang akar (cm), berat akar basah dan kering (g)

Perlakuan Pengamatan 5 MSI

Berat Basah (g) Berat Kering Akar (g) Panjang Akar (cm)

T0 4.17 abcd 1.22 bcd 28.37 a

T1 2.14 d 0,39 f 16.93 c

T2 3.12 cd 1.29 bcd 24.07 ab

T3 6.04 a 1.85 a 26.47 ab

T5 5.22 ab 1.40 abc 26.67 ab

T6 2.29 cd 0.42 f 17.67 c

T7 5.23 ab 1.58 ab 25.17 ab

T8 2.50 cd 0.78 def 22.00 bc

T9 4.94 abc 0.51 ef 18.17 c

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji jarak duncan pada taraf 5%.

T1: F. oxysporum, T2 : T. virdae, T3: T. Koningii, T4: T. harzianum, T5: G. virens, T6: F. oxysporum + T. virdae T7: F. oxysporum + T.

koningii, T8: F. oxysporum + T. harzianum, T9: F. oxysporum, + G. virens

MSI : Minggu Setelah Inokulasi

Hubungan antara panjang akar (cm), berat basah dan kering (g) dengan pengaruh inokulasi F. oxysporum dan jamur Trichoderma sp. Dan Gliocladium virens dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Hubungan antara terhadap panjang akar (cm), berat akar basah dan kering (g) dengan pengaruh inokulasi F. oxysporum dan jamur Trichoderma sp. Dan Gliocladium virens

Dari hasil pengamatan 7 msi diperoleh panjang akar tertinggi terdapat pada perlakuan T4 (T. harzianum) yaitu sebesar 28,17 cm. Hal ini dikarenakan jamur Trichoderma harzianum menghasilkan suatu suatu hormon yang dapat berpengaruh terhadap tanaman yang di aplikasikan. Salisbury dan Ross, (1995) dalam Sudantha dan Ernawati (2012) menyatakan bahwa Hormon tumbuhan merupakan senyawa organik yang disintesis di salah satu bagian tumbuhan dan dipindahkan ke bagian lain, dan pada konsentrasi yang sangat rendah mampu menimbulkan suatu respon fisiologis. Respon tersebut dapat berupa memacu pertumbuhan batang, daun, akar, bunga atau buah.

Sebaliknya panjang akar terendah terdapat pada perlakuan F. oxysporum (T1) yaitu sebesar 16,93 cm. Hal ini dikarenakan patogen F. oxysporum merupakan patogen tular tanah yang menyerang tanaman melalui akar, terutama akar yang luka. Kemudian berkembang sepanjang akar menuju batang, dan disini jamur berkembang secara meluas dalam jaringan pembuluh sebelum masuk ke dalam batang palsu. Djaenuddin (2011) menyatakan bahwa F. oxysporum menyerang tanaman melalui akar, terutama akar yang luka. Setelah masuk ke dalam akar, jamur berkembang sepanjang akar menuju batang, dan disini jamur berkembang secara meluas dalam jaringan pembuluh sebelum masuk ke dalam batang palsu.

Berdasarkan hasil pengamatan pada 5 msi diketahui bahwa bobot basah akar dan kering tertinggi terdapat pada perlakuan T3 (T. koningii) masing-masing seberat 6,04 g dan 1,85 g. Hal ini dikarenakan T. koningii adalah salah satu mikroorganisme yang mampu memacu pertumbuhan tanaman dan terbentuknya rambut-rambut akar yang lebih banyak juga. Hal ini sesuai dengan literatur Setyowati et al (2003) yang terbentuknya rambut-rambut akar yang lebih banyak juga, sehingga mampu menyerap hara dari dalam tanah semakin tinggi sehingga meningkatkan kemampuan fotosintetis tanaman. Dengan semakin tingginya kemampuan berfotosintetis maka dapat meningkatkan bobot tanaman.

Dari data pengamatan menunjukkan bahwa panjang akar dapat dihubungkan dengan berat akar basah dan berat akar kering, yaitu semakin panjang akar maka semakin tinggi berat akar basah dan berat akar kering. Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa panjang akar, bobot akar basah dan kering tertinggi secara kombinasi terdapat pada perlakuan T7 (F. oxysporum + T. koningii) ini dikarenakan T. koningii lebih cepat pertumbuhannya untuk menghambat patogen. Hal ini sesuai dengan literature Pinem dan Sipayung (2005) yang menyatakan dalam penelitiannya bahwa intensitas serangan Fusarium setelah aplikasi jamur antagonis menunjukan pada perlakuan T. koningii memiliki intensitas yang sangat rendah. Hal ini dikarenakn T. koningii mempunyai pertumbuhan yang cepat dan kemampuan menghasilkan konidia dalam jumlah yang besar.

Dokumen terkait