• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi Peraturan perundang-undangan terkait dengan pelibatan masyarakat dalam pengelolaan HHBK

PASAK BUMI ( Eurycoma longifolia Jack)

Lampiran 4 Identifikasi Peraturan perundang-undangan terkait dengan pelibatan masyarakat dalam pengelolaan HHBK

No Peraturan Pelibatan masyarakat

1 Undang-undang No.41 Tahun 1999 tentang Kehutanan -

Pasal 30, Dalam rangka pemberdayaan

ekonomi masyarakat, setiap badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, dan badan usaha milik swasta Indonesia yang

memperoleh izin usaha pemanfaatan jasa lingkungan, izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu dan bukan kayu, diwajibkan bekerja sama dengan koperasi masyarakat setempat

-Pasal 67 (1), Masyarakat hukum adat sepanjang menurut kenyataannya masih ada dan diakui keberadaannya berhak:

a. melakukan pemungutan hasil hutan untuk pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari masyarakat adat yang bersangkutan; b. melakukan kegiatan pengelolaan hutan

berdasarkan hukum adat yang berlaku dan tidak bertentangan dengan undang-undang; c. mendapatkan pemberdayaan dalam rangka

meningkatkan kesejahteraannya

-Pasal 68 (2) masyarakat dapat:

a. memanfaatkan hutan dan hasil hutan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

b. mengetahui rencana peruntukan hutan, pemanfaatan hasil hutan, dan informasi

115

No Peraturan Pelibatan masyarakat

kehutanan;

c. memberi informasi, saran, serta pertimbangan dalam pembangunan kehutanan; dan

d. melakukan pengawasan terhadap

pelaksanaan pembangunan kehutanan baik langsung maupun tidak langsung.

-Pasal 68 (3) Masyarakat di dalam dan di sekitar hutan berhak memperoleh kompensasi karena hilangnya akses dengan hutan

sekitarnya 2 Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan

Ekosistemnya (KSDAH&E)

-Pasal 37 (1), Peran serta rakyat dalam konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya diarahkan dan digerakkan oleh Pemerintah melalui berbagai kegiatan yang berdaya guna dan berhasil guna.

-Pasal 37 (2), Dalam mengembangkan peran serta rakyat pemerintah menumbuhkan dan meningkatkan sadar konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya di kalangan rakyat melalui pendidikan dan penyuluhan 3 Undang-undang Nomor 32

Tahun 2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

-Pasal 70, dinyatakan masyarakat memiliki hak dan dan kesempatan yang sama dan seluas-luasnya untuk berperan aktif dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup

4 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan

- Pasal 26 (3), Pemungutan hasil hutan bukan kayu pada hutan lindung hanya boleh dilakukan oleh masyarakat di sekitar hutan

- Pasal 83 (1), Untuk mendapatkan manfaat sumber daya hutan secara optimal dan adil, dilakukan pemberdayaan masyarakat setempat, melalui pengembangan kapasitas dan pemberian akses dalam rangka

peningkatan kesejahteraannya.

- Pasal 83 (2), Pemberdayaan masyarakat smerupakan kewajiban Pemerintah, provinsi, kabupaten/kota yang pelaksanaannya menjadi tanggung jawab kepala KPH.

- Pasal 84, Pemberdayaan masyarakat setempat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 84 ayat (1) dapat dilakukan melalui :

hutan desa; hutan kemasyarakatan; atau kemitraan

5 Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.37/Manhut-II/2007 tentang Hutan

Kemasyarakatan

- Pasal 1 (2), Pemberdayaan Masyarakat setempat adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat setempat untuk mendapatkan manfaat sumberdaya hutan secara optimal dan adil melalui pengembangan kapasitas dan

116

No Peraturan Pelibatan masyarakat

pemberian akses dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat

- Pasal 1(9), Fasilitasi adalah upaya penyediaan kemudahan dalam memberdayakan

masyarakat setempat dengan cara pemberian status legalitas, pengembangan kelembagaan, pengembangan usaha, bimbingan teknologi, pendidikan dan latihan, akses terhadap pasar, serta pembinaan dan pengendalian

- Pasal 3, penyelenggaraan hutan kemasyarakatan dimaksudkan untuk

pengembangan kapasitas dan pemberian akses terhadap masyarakat setempat dalam

mengelola hutan secara lestari

- Pasal 4, hutan kemasyarakatan bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat melalui pemanfaatan sumber daya hutan secara optimal, adil dan berkelanjutan dengan tetap menjaga kelestarian fungsi hutan 6 Permenhut No. 49/Menhut-

II/2008 tentang Hutan Desa -

Pasal 1 (8), Lembaga Desa Pengelola Hutan Desa yang selanjutnya disebut Lembaga Desa adalah lembaga kemasyarakatan yang

ditetapkan dengan Peraturan Desa yang bertugas untuk mengelola Hutan Desa yang secara fungsional berada dalam organisasi desa dan bertanggung jawab kepada Kepala Desa

- Pasal 1 (9), Pemberdayaan Masyarakat setempat adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat setempat untuk mendapatkan manfaat sumberdaya hutan secara optimal dan adil melalui pengembangan kapasitas dan pemberian akses dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat

- Pasal 1(11), Fasilitasi adalah upaya

penyediaan kemudahan dalam memberikan hak pengelolaan hutan desa dengan cara pengembangan kelembagaan, pengembangan usaha, bimbingan teknologi, pendidikan dan latihan, serta akses terhadap pasar

7 Permenhut No. P.21/Menhut- II/2009 tentang Kriteria dan Indikator HHBK Unggulan

Salah satu kriteria untuk menentukan tingkat keunggulan jenis HHBK dari aspek sosial merupakan keberpihakkan kepadan masyarakat lokal dalam pengusahaan HHBK. Indikator yang dinilai yaitu : keterlibatan dan kepemilikan masyarakat dalam usaha HHBK

8 Permenhut No. 19/Menhut- II/2009 tentang Strategi Pengembangan HHBK Nasional

-Peningkatan pemberdayaan masyarakat di dalam pemanfaatan hutan, antara lain melalui peningkatan kapasitas dan akses masyarakat terhadap sumber daya hutan termasuk di

117

No Peraturan Pelibatan masyarakat

dalamnya HHBK, dengan memanfaatkan secara maksimal instrumen pemberdayaan (pola kemitraan, HKm dan Hutan Desa) serta pelibatan dalam usaha kehutanan skala kecil antara lain melalui HTR

-Penyadaran dan penguatan kelembagaan masyarakat untuk ikut berperan dalam

kegiatan perlindungan dan pengamanan hutan melalui berbagai insentif pemanfaatan HHBK. 12 Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 381/Menkes/SK/III/2007 tentang Kebijakan Obat Tradisional Nasional (KONTRANAS)

Tujuan KONTRANAS :

a. Menjamin pengelolaan potensi alam Indonesia secara lintas sektor agar mempunyai daya saing tinggi sebagai sumber ekonomi masyarakat dan devisa negara yang berkelanjutan

b. Menjadikan obat tradisional sebagai komoditi unggul yang memberikan multi manfaat yaitu meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat, memberikan peluang kesempatan kerja dan mengurangi

kemiskinan Strategi :

a. Pemberian insentif dan kemudahan pada pengembangan usaha obat tradisional dengan memperhatikan keterjangkauannya oleh masyarakat

b. Penciptaan iklim yang kondusif bagi

pengembangan usaha obat tradisional dengan memperhetungkan perkembangan pasar global, regional, dan lokal

c. Pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan budidaya dan konservasi sumber daya alam

Lampiran 5 Identifikasi Peraturan perundang-undangan terkait dengan