• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ibu RT berusia 31 tahun yang beragama Kristen Protestan, tinggal di Dusun1/RT09 desa Binaus Kecamatan Mollo Tengah Kabupaten TTS. Ibu RT adalah seorang ibu rumah tangga dengan status belum menikah secara agama. Ibu RT hanya menyelesaikan tingkat pendidikannya di bangku Sekolah Dasar (SD). Ibu RT memiliki 2 orang anak diantaranya anak pertama berusia 1 tahun 7 bulan sedangkan anak keduanya berusia 1 minggu. Ibu RT adalah anak ke-2 dari 6 orang bersaudara.

4.2.3.2. Riwayat Kehamilan

Kehamilan ibu RT direncanakan bersama suaminya dan tidak pernah mengalami abortus sebelumnya. Selama hamil ibu RT rajin melakukan kontrol kehamilannya sebulan sekali di Pustu bersama bidan klinik hingga bersalin. Masalah kehamilan yang dialami ibu RT pada trimester pertama yaitu mual, muntah, pusing yang berlebihan serta napsu makan berkurang, sedangkan pada trimester kedua dan tiga tidak ada masalah kehamilan yang dirasakan ibu RT.

64 Selama hamil ibu RT tidak pernah merokok, mengkonsumsi alkohol, obat-obat terlarang yang dapat mempengaruhi kesehatan janinnya. Jenis imunisasi yang digunakan ibu RT adalah tetanus toksoid, namun Ibu RT tidak mengikuti program KB saat pertama kali melahirkan. Selama hamil ibu RT mengikuti PENKES yang diselenggarakan oleh PLAN diantaranya sosialisasi tentang manfaat ASI dan perawatan payudara.

Aktivitas yang dilakukan ibu RT selama hamil antara lain memasak, mengambil air dibak penampung, menumbuk jagung, berkebun, mencuci pakaian. Keluhan yang dirasakan ibu RT saat beraktivitas yaitu nyeri pada bagian perut dan pinggang. Berikut pernyataan yang mendukung informasi tersebut :

Itu sudah ibu. Waktu hamil saya pung kerja andia bamasak, ambil air, tumbuk jagung, pi ambil kayu bakar di kebun, deng cuci pakian dong. Pas habis kerja ko mau istirahat itu baru saya rasa perut dengan pinggang sakit ibu (mimik wajah serius).

65 4.2.3.3. Riwayat Persalinan

Proses persalinan ibu RT berlangsung pada tanggal 17 Agustus 2012 pukul 08.30 WITA. Tipe persalinan ibu RT yaitu partus spontan (Normal). Proses persalinan dilakukan di dalam rumah bulat (ume kbubu) dengan penolong persalinan ibu mertua dan suaminya.

Alasan ibu RT memilih lokasi persalinan di rumahnya sendiri karena tiba-tiba ibu RT merasakan nyeri pada bagian perut dan tidak sempat di bawa ke Pustu bayinya sudah dilahirkan. Orang-orang yang terlibat selama persalinan ibu RT berlangsung diantaranya ibu mertua dan suaminya sendiri yang sebagai penolong persalinan. Berikut pernyataan yang mendukung informasi tersebut :

Itu waktu su rencana untuk melahirkan di pustu ibu tapi tidak jadi karna saya pung perut tiba-tiba sakit ko ade mea su langsung keluar. Jadi yang bantu saya melahirkan itu waktu saya pung mama mantu deng saya pung suami ibu. Itu saya melahirkan pas pagi-pagi lai jadi mau hubungi ibu bidan ju susah ibu karna saya su stengah mati baru yang ad dirumah hanya saya pung suami. Untung ju saya pung suami pi pange mama mantu d sebelah sini sa ko datang bantu saya ibu. (mimik wajah serius).

66 4.2.3.4. Riwayat Post partum

Selama menjalani perawatan masa post partum, ibu RT biasanya mandi empat kali sehari menggunakan alat dan bahan berupa air panas dan tenun timor (kain selimut). Kebersihan alat genitalia ibu RT dilakukan dengan cara disiram dari arah depan kebelakang menggunakan air bersih sesudah BAB/BAK, menggunakan pembalut dengan tujuan untuk mencegah keluarnya sisa-sisa darah kotor dari dalam tubuh.

Pola istirahat ibu RT pada siang hari di mulai dari pukul 10.00-13.00 WITA, sedangkan pola istirahat pada malam hari dari pukul 21.00-07.00 WITA. Ibu SOB sering terbangun baik saat istirahat di siang hari maupun malam hari dikarenakan bayinya sering menangis dan saat BAB/BAK. Hal tersebut membuat ibu RT tidak dapat tidur dengan nyenyak. Aktivitas yang dilakukan ibu RT selama tiga minggu post partum diantaranya mengangkat ember yang berisi air, memasak, mencuci, menyapu dalam rumah dan halaman sekitar rumah.

67 Selama menjalani masa post partum ibu RT tidak pernah melakukan kontrol baik di rumah sakit maupun di pustu dikarenakan proses persalinan ibu RT berlangsung di rumah sehingga membuat ibu RT tidak berani bertemu dengan bidan klinik dan para kader karena telah melanggar peraturan yang sudah ditetapkan. Berikut pernyataan yang mendukung informasi tersebut :

Itu waktu saya tidak melahirkan di pustu jadi saya tidak berani pi periksa di ibu bidan makanya saya hanya tatobi sa ibu. Baru su ada peraturan kalo melahirkan di rumah nanti dapat denda baru bidan deng kader dong tidak layani kita. (menundukkan kepala dan terlihat sedih)

4.2.3.5. Riwayat Penggunaan Tatobi

Pandangan ibu RT tentang tatobi yaitu mandi menggunakan air panas mendidih dengan tujuan untuk mengeluarkan sisa-sisa darah kotor dari dalam rahim, mengembalikan kekuatan fisik, mencegah agar ibu tidak mengalami sakit berat. Alat dan bahan yang digunakan ibu RT saat di tatobi antara lain air panas, tenun timor (kain selimut). Teknik tatobi ini dilakukan saat mandi dan dikompres terlebih dahulu tubuh bagian perut, pundak, belakang dan berakhir pada daerah

68 perineum. Proses tatobi ini dilakukan selama 4x sehari di dalam rumah bulat (ume kbubu) yang dibantu oleh suaminya selama 5 hari post partum.

Itu waktu saya tatobi pake air panas di dalam dapur nona. Yang tatobi saya itu waktu saya pung suami. Dia tatobi ini dari saya pung perut, pundak, belakang baru yang terakhir minta permisi nona ma di saya pung jalan lahir (mimik wajah serius).

Selain menggunakan tatobi ibu RT juga melakukan tradisi/kebiasaan panggang/Se’i. Menurut ibu RT, Se’i adalah salah satu tradisi orang tua dulu yaitu di panggang dalam rumah bulat/Ume kbubu selama 40 hari 40 malam, yang mana ibu RT dan bayinya harus duduk dan berbaring di atas tempat tidur dengan beralaskan papan , tikar, dan di bawah kolong tempat tidur itu terdapat arang dari hasil pembakaran kayu api. Bara api yang harus tetap menyala selama 40 hari di bawah samping tempat tidur. Menurut ibu RT, tujuan dilakukan Se’i ialah untuk mengeringkan darah dari dalam rahim, tubuh tetap kuat, menjaga kondisi tubuh ibu dan bayi agar tetap hangat. Berikut pernyataan yang mendukung informasi tersebut :

Itu waktu saya panggang juga nona karna kalo tidak panggang nanti saya pung darah dalam rahi tidak kering baru saya pung badan nanti lemah ke orang penyakit. Baru kalo panggang nanti saya deng saya pung anak tetap hangat dalam dapur

69 nona. itu waktu saya panggang didalam dapur

selama 40 hari nona (mimik wajah serius).

Alasan ibu RT masih menggunakan tatobi dan proses memanggang selain mendapat marah dari orang tua, agar kelak ibu RT tidak mengalami sakit. Berikut pernyataan yang mendukung informasi tersebu:

Saya tetap tatobi deng panggang nona karna kao tidak saya nanti kena marah dari orang tua dong baru bilang nanti sakit terus kalo tidak tatobi deng panggang makanya saya takut ko tatobi nona (mimic wajah serius).

4.2.3.6. Riwayat Kejadian Infeksi

Tanda-tanda infeksi yang dirasakan ibu RT pada hari ke-5 post partum yaitu dilihat dari efek fisik ibu RT mengalami demam, nyeri pada daerah perineum, terlihat bengkak hingga kemerahan, terasa panas saat disentuh namun tidak mengeluarkan nanah. Adapun efek psikis yang dirasakan ibu RT yakni perasaan takut, cemas dan gelisah yang membuat ibu RT tidak dapat beristirahat pada malam hari Berikut pernyataan yang mendukung informasi tersebut:

Sebenarnya mau tatobi sampe 40 hari 40 malam ibu tapi pas hari ke-5 itu, minta permisi tapi saya pung badan panas tinggi baru saya pung jalan lahir sakit ke pedis-pedis. Itu waktu sempat bengkak sampe bamerah ko pas saya pegang begini te panas mati sampe buat saya tidak bisa tidur

70 malam-malam karna takut makanya saya langsung

berenti tatobi (mimik wajah serius).

Dokumen terkait