• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV KONDISI UMUM

TINJAUAN PUSTAKA

5.3. Industri Penggergajian dan Pemasaran Hasil Hutan Pesantren 1. Industri Penggergajian

Industri penggergajian (Gambar 16) merupakan bagian usaha dari pesantren yang didirikan tahun 2007. Usaha ini dibangun dalam rangka meningkatkan nilai kayu, sehingga nilai jual kayu lebih tinggi dibanding kayu glondongan. Selain itu, pesantren mendirikan usaha ini agar hasil kayu dari hutannya bisa langsung diproses menjadi kayu olahan untuk kebutuhan infrastruktur pesantren. Gambar 17 menunjukkan produk yang dihasilkan dari industri penggergajian. Jenis produk yang dihasilkan dari industri penggergajian adalah balok, kaso, reng, papan, dan racuk (bahan baku spring bed). Adapun pasokan bahan baku kayunya sendiri tidak hanya dari hutan pesantren, tapi berasal dari hutan rakyat masyarakat sekitar. Kayu yang berasal dari masyarakat sekitar pada umumnya jenis kayu sengon, jengkol, mangium, duren, dan kecapi.

Setiap harinya, industri penggergajian pesantren baru mampu memproduksi 1 m3 balok, 0,75 m3 kaso, 0,25 m3 reng, 0,5 m3 papan, dan 0,3 m3 racuk. Jika diasumsikan produksi kayu gergajian tiap hari berjalan, maka dalam satu tahun industri penggergajian pesantren mampu memproduksi kayu gergajian sebanyak 1.034,45 m3.

Gambar 16. Industri penggergajian Gambar 17. Hasil industri penggergajian Selain itu, usaha yang diproduksi oleh indusrtri penggergajian adalah membuat peti telur (Gambar 18). Peti telur ini bahannya berasal dari sisa kayu pembuatan kayu gergajian, dan yang dipakai untuk membuat peti telur adalah bagian kulitnya. Pembuatan peti telur merupakan usaha yang bekerja sama dengan

sebuah perusahaan ayam petelor yaitu PT. Anwar Sirad, dimana perusahaan tersebut memesan pembuatan peti telur kepada pesantren. Perusahaan tersebut memesan ke pesantren 1800 peti per minggunya. Hanya saja, saat ini pesantren belum mampu untuk membuat sebanyak itu dalam satu minggu, karena kurangnya tenaga kerja. Saat ini, pesantren baru mampu membuat peti telur sebanyak 400 buah per minggunya. Peti telur ke perusahaan dengan harga Rp 2.800/peti. Selain peti telur, limbah dari industri penggergajian berupa sebetan dan serbuk gergaji. Sebetan dijual untuk dijadikan bahan bakar pembuatan batako. Limbah tersebut dijual per mobil pick up dengan harga Rp 160.000,-. Adapun serbuk gergaji dijual untuk dijadikan bahan produksi jamur tiram dengan harga Rp 250.000,- per mobil truk.

Gambar 18. Hasil pembuatan peti telur

Berdasarkan hasil penelitian yang ditampilkan pada Tabel 6, menunjukkan bahwa hasil jual dari industri penggergajian adalah sebesar Rp 1.433.455.000,-. Selanjutnya, produk yang paling banyak dihasilkan dari industri penggergajian adalah kayu balok. Bisa dilihat produksi per tahun untuk kayu balok adalah sebanyak 365 m3 dengan hasil jualnya sebesar Rp 584.000.000/tahun. Banyaknya jumlah produksi kayu balok lebih disebabkan karen permintaan pasar.

Pendapatan dari industri penggergajian di atas belum dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan. Adapun biaya yang dikeluarkan selama setahun dari usaha ini adalah sebesar Rp 1.116..900.000 (Tabel 7). Berdasarkan olah data keuntungan rata-rata per tahun yang diperoleh pesantren dari usaha ini adalah sebesar Rp 316.555.000,-.

Tabel 6. Pendapatan rata-rata per tahun usaha industri

Jenis produk Satuan Produksi rata-rata (unit/tahun) Harga jual (Rp/unit) Hasil jual (Rp/tahun) Balok m3 365,00 1.600.000 584.000.000 Kaso m3 273,75 900.000 246.375.000 Reng m3 91,50 1.100.000 100.650.000 Papan m3 182,50 1.200.000 219.000.000 Racuk m3 121,70 700.000 85.190.000

Peti telur Buah 19.200,00 2.800 53.760.000

Sebetan Pick up 792,00 160.000 126.720.000

Serbuk gergaji Truk 48,00 250.000 12.000.000

Jasa Rental 120.000 5.760.000

Total 1.433.455.000

Tabel 7. Pengeluaran rata-rata per tahun industri penggergajian

No. Jenis pengeluaran Biaya (Rp/tahun)

1 Operator Bensaw 21.900.000 2 Operator Chainsaw 91.250.000 3 Kuli panggul 182.500.000 4 Solar 18.250.000 5 Asahan gergaji 73.000.000 6 Bahan baku 730.000.000 Total 1.116.900.000

5.3.2. Saluran Pemasaran Hasil Hutan Pesantren

Kegiatan pengelolaan hutan pesantren tidak berhenti sampai kegiatan pemanenan saja, tetapi ada tahapan berikutnya adalah kegiatan penjualan kayu atau pemasaran kayu. Berdsarkan hasil wawancara penjualan kayu hutan pesantren biasanya dalam bentuk kayu gelondongan dan kayu olahan. Namun saat ini, penjualan kayu gelondongan dihentikan, karena nilai jualnya tidak terlalu tinggi, ditambah pesantren memiliki fasilitas penggergajian yang cukup untuk mengolah kayu yang dihasilkan, sehingga kayu yang dihasilkan saat ini adalah

kayu olahan. Kayu olahan dijual setelah melalui proses pengolahan di industri penggegajian milik pesantren, sehingga menambah nilai manfaat kayu dan harga jualnya menjadi lebih mahal.

Gambar 19 memperlihatkan bahwa hasil hutan berupa kayu sebelum dijual diproses dahulu untuk dijadikan kayu olahan. Telah dijelaskan bahwa salah satu alasan penebangan di hutan pesantren adalah karena kebutuhan untuk pesantren sendiri. Dalam konteks tersebut, jika pohon yang telah ditebang ingin dijadikan kayu olahan, maka untuk pengolahannya pihak pesantren menyewa mesin penggergajian kepada industri penggergajian pesantren. Sebaliknya untuk kayu yang akan dijual, maka pihak industri penggergajian membeli bahan bakun berupa kayu gelondongan kepada pengurus hutan pesantren yang selanjutnya diolah di industri penggergajian. Ini menunjukkan bahwa aliran dana tetap berputar di dalam tubuh pesantren, hanya saja perpindahannya dari unit satu ke unit lainnya. Sebagai contoh unit rumah tangga pesantren membeli kayu kepada unit usaha pesantren. Selanjutnya, Gambar 19 menunjukkan adanya saluran dari industri penggergajian ke konsumen. Konsumen tidak hanya pembeli pada umumnya, tetapi konsumen tersebut bisa juga pesantren darunnajah yang lainnya, yaitu Pesantren Darunnajah 1, 3, 4, 8, dan 9.

Gambar 19. Saluran pemasaran hasil hutan Pesantren Darunnajah 2 cipining

Selain itu, pesantren juga menjual kayu dari hasil penjarangan dalam bentuk kayu bulat, dimana kayu yang berdiameter < 10 cm dijual per batang dan panjang kayu adalah 3 – 4 m. Kayu tersebut dijadikan kayu bakar yang dijual ke industri

Hutan pesantren 1. Kayu gelondongan 2. Kayu bakar Rumah tangga pesantren -Meja belajar -Kursi -dll Industri penggergajian 1. Kayu olahan 2. Kayu limbah Konsumen kayu olahan Industri batu bata

batu batu. Kemudian, terdapat limbah berupa sebetan dan serbuk gergaji dimana limbah tersebut merupakan sisa dari industri penggergajian yang dijual per mobil pick up dan mobil truk.

5.4.Kontribusi Usaha Hutan Pesantren

Pesantren memiliki beberapa usaha yang dijalankan, dan dari usaha-usaha tersebut merupakan sumber pendapatan bagi pesantren. Usaha pesantren tersbut antara lain adalah usaha peternakan, industri penggergajian, pertanian dan perkebunan, perikanan, perdagangan, dan kehutanan.

Kontribusi kegiatan usaha pesantren merupakan besarnya pendapatan dari berbagai usaha pesantren yang diberikan kepada pesantren sehingga pesantren bisa menjalankan program-programnya pesantren. Hasil perhitungan yang meliputi pendapatan dari berbagai usaha yang dijalankan selama setahun disajikan pada Tabel 10.

Berdasarkan hasil olah data menunjukkan bahwa kontribusi dari usaha kehutanan adalah sebesar Rp 194.211.200,-/tahun. Jika dipersentasikan besarnya pendapatan usaha kehutanan adalah sebesar 20,97%. Hasil persentase menunjukkan bahwa pendapatan dari usaha kehutanan berada pada urutan ke dua. Sedangakan kontribusi terbesar pendapatan usaha pesantren adalah usaha industri penggergajian yaitu sebesar Rp 316.555.000,-/tahun atau 34,18%.

Industri penggergajian pesantren pada dasarnya merupakan rangkaian dari kegiatan kehutanan, karena bahan baku berupa kayu gelondongan sebagian besar masih dari hutan pesantren. Namun pada prakteknya, industri penggergajian mendapatkan bahan baku kayu dari hutan pesantren dengan sistem jual beli, dengan demikian sistem pembukuannya pun berbeda. Tabel 8 menunjukkan bahwa apabila pendapatan usaha kehutanan digabungkan dengan industri penggergajian, maka persentasenya menjadi 55,15%. Besarnya pendapatan pada usaha kehutanan dan industri penggergajian memberikan peluang yang sangat besar bagi pesantren untuk terus mempertahankan dan mengembangkan usaha tersebut.

Tabel 8. Pendapatan rata-rata kegiatan usaha Pesantren Darunnajah 2 Cipining selama setahun No Usaha Pendapatan (Rp/tahun) Persentase (%) 1 Peternakan 165.000.000 17,81 2 Industri Penggergajian 316.555.000 34,18

3 Pertanian dan Perkebunan 62.640.000 6,76

4 Perikanan 2.500.000 0,27

5 Perdagangan 185.314.009 20,01

6 Kehutanan 194.211.200 20,97

Total 926.220.209 100

5.5.Perbedaan Sistem Pengelolaan Hutan Pesantren dengan Sistem