• Tidak ada hasil yang ditemukan

Daya Jangkau Petani Responden terhadap Lembaga Keuangan Syariah Dilihat dari Aspek Pendapatan

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Kondisi Geografis

VI ANALISIS PERSEPSI PETANI TERHADAP LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH

6.2 Daya Jangkau Responden terhadap Lembaga Keuangan Syariah

6.2.1 Daya Jangkau Petani Responden terhadap Lembaga Keuangan Syariah Dilihat dari Aspek Pendapatan

Salah satu indikator kelayakan yang dianalisa perbankan pada saat memberikan pembiayaan yaitu pendapatan petani. Pendapatan digunakan untuk mengetahui gambaran secara umum mengenai struktur biaya usahatani, penerimaan dan pendapatan dari kegiatan usahatani yang dijalankan. Metode yang digunakan dalam menghitung pendapatan usahatani yaitu dengan cara membandingkan antara pendapatan usahatani dari ketiga subsektor. Analisis pendapatan usahatani ini menggunakan hasil pendapatan rata-rata atas biaya tunai

dan atas biaya total dari ketiga subsektor dalam satu tahun. Untuk subsektor peternakan dan subsektor perikanan dihitung berdasarkan hasil konversi terhadap satuan luas lahan dalam hektar (Ha). Sedangkan untuk subsektor peternakan dihitung berdasarkan hasil konversi kedalam per seribu ekor ayam. Hasil penghitungan ini digunakan untuk melihat pengaruh pendapatan terhadap aksesibilitas dari setiap subsektor terhadap LKS dilihat dari pendapatan usahatani. 1) Biaya Usahatani

Komoditas yang banyak diusahakan oleh petani subsektor tanaman pangan umumnya terdiri dari padi, jagung, buncis, kacang panjang, bengkuang, ubi jalar, ketela pohon, dan tanaman buah diantaranya jeruk, jambu klutuk dan pepaya. Komoditas yang diusahakan oleh petani subsektor perikanan yaitu ikan gurame, mas dan bawal. Sedangkan pada subsektor peternakan yaitu mengusahakan ayam broiler (pedaging).

Rata-rata lahan yang diusahakan oleh petani subsektor tanaman pangan seluas 0,5 Ha. Petani subsektor perikanan rata-rata mengusahakan lahan seluas 0,3 Ha. Sedangkan untuk petani subsektor peternakan besarnya usaha diukur berdasarkan jumlah ekor ayam yang diusahakan. Rata-rata jumlah ayam yang diusahakan sebanyak 8625 ekor per periode.

Masa tanam dan masa panen petani subsektor tanaman pangan untuk petani yang mengusahakan padi, jagung, buncis, dan kacang panjang biasanya berkisar antara 2-3 kali dalam setahun. Untuk petani yang mengusahakan bengkuang dan ubi jalar 2 (dua) kali dalam setahun, ketela pohon satu kali dalam setahun. Sedangkan untuk petani yang mengusahakan tanaman tahunan seperti tanaman jeruk, pepaya dan jambu kelutuk tentunya berbeda dengan tanaman musiman. Jika terpelihara dengan baik tanaman tahunan tersebut dapat bertahan 3- 7 tahun. Panen pada tanaman tahunan dilakukan seminggu satu kali sesuai dengan kondisi.

Pada subsektor perikanan siklus budidaya dan masa panen erat kaitannya dengan ukuran benih ikan yang ditebar pada saat penanaman, lama pemeliharaan dan pakan yang diberikan. Jika tahapan penebaran ikan gurame dimulai dari bibit dengan ukuran tiga jari panen bisa mencapai dua kali dalam setahun, namun bila pembenihan dimulai pada tahapan larva, panen ikan bisa mencapai dua tahun sekali. Pemanenan ikan dilakukan pada saat ukuran bobot rata-rata ikan telah

mencapai 500 gram hingga 1 kg per ekor. Namun demikian selain mengusahakan ikan gurame petani pada subsektor perikanan mengusahakan ikan mas dan bawal. Sehingga selama menunggu panen ikan gurame, petani dapat memperoleh pemasukan dari hasil penjualan ikan mas dan bawal. Dari mulai penanaman hingga panen untuk ikan mas dan gurame bisa mencapai 2 (dua) kali dalam setahun yaitu setiap 5 (lima) dan 6 (enam) bulan sekali. Namun hal tersebut sangat tergantung dari ukuran dan kualitas benih ikan yang dibudidayakan.

Periode budidaya dan masa panen petani subsektor peternakan sangat beragam berkisar antara 3-6 periode, namun periode rata-rata berkisar 5 (lima) periode budidaya dalam setahun. Dalam satu periode budidaya, ayam broiler baru dapat dipanen pada hari ke-32. Rata-rata bobot ayam yang bisa dipanen 1,5 kg per ekor dengan harga jual rata-rata Rp 12.750 per kg.

Skala usaha dan siklus budidaya dari ketiga subsektor usahatani akan berpengaruh terhadap besaran biaya yang dikeluarkan untuk membiayai kegiatan tersebut. Selain itu akan berpengaruh juga terhadap besar kecilnya penerimaan dan pendapatan usahatani.

Analisis biaya pada usahatani subsektor tanaman pangan, subsektor perikanan dan subsektor peternakan dibagi menjadi dua yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya variabel adalah biaya yang nilainya dipengaruhi oleh besarnya produksi dari masing-masing subsektor. Sedangkan biaya tetap adalah biaya yang besarnya tidak ditentukan oleh besarnya produksi pada masing-masing subsektor.

Biaya variabel pada usahatani subsektor tanaman pangan diantaranya adalah biaya pembelian benih, biaya pupuk, biaya obat-obatan, biaya pestisida, dan biaya tenaga kerja. Sementara yang termasuk kedalam jenis biaya tetap diantaranya adalah biaya pajak lahan, penyusutan peralatan, biaya sewa lahan untuk petani responden yang status lahannya sewa.

Pada subsektor perikanan yang termasuk ke dalam biaya variabel diantaranya biaya pembelian bibit ikan, biaya pakan, pembelian pupuk kandang, biaya pembelian garam, kapur dan tenaga kerja. Sementara yang termasuk ke dalam biaya tetap diantaranya adalah biaya pajak lahan, penyusutan peralatan, biaya sewa lahan untuk petani responden yang status lahannya sewa.

Pada subsektor peternakan komponen biaya variabel dalam usaha ternak ini adalah biaya doc, biaya pakan, obat-obatan, vaksin, vitamin, bahan desinfektan, deterjen, sekam, gas, kayu bakar, minyak tanah, listrik, tenaga kerja, biaya pemanenan, dan biaya pembersihan kandang. Biaya untuk doc, pakan, vaksin, obat-obatan dan bahan kimia, seluruhnya ditanggung dari pihak inti, namun peternak tetap wajib membayarnya jika telah mendapatkan pembayaran hasil panen. Biaya tetap pada usaha ternak ayam broiler meliputi biaya penyusutan kandang dan biaya penyusutan peralatan.

Biaya tetap dan biaya variabel yang dibebankan kepada petani ada terdiri dari biaya tunai dan ada yang tidak tunai (diperhitungkan). Pembagian jenis biaya tunai dan diperhitungkan ini dinilai penting karena analisis pendapatan yang dilakukan pada penelitian ini juga dibagi menjadi pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total.

Biaya tunai pada usahatani subsektor tanaman pangan terdiri dari biaya penggunaan sarana produksi, biaya tenaga kerja yang berasal dari luar keluarga, biaya pajak lahan, dan biaya sewa lahan. Sedangkan yang termasuk kedalam biaya diperhitungkan adalah biaya penyusutan, dan tenaga kerja dalam keluarga.

Biaya tunai pada subsektor perikanan terdiri dari biaya bibit ikan, biaya pakan, kapur, garam, pembelian pupuk kandang, dan biaya tenaga kerja luar keluarga. Sedangkan yang termasuk kedalam biaya diperhitungkan terdiri atas biaya penyusutan dan biaya tenaga kerja dalam keluarga.

Biaya tunai pada subsektor peternakan terdiri dari biaya pembelian DOC, biaya pakan, obat-obatan, vaksin, vitamin, bahan desinfektan, deterjen, sekam, gas, kayu bakar, minyak tanah, listrik, tenaga kerja, biaya pemanenan, dan biaya pembersihan kandang. Sedangkan biaya diperhitungkan terdiri atas biaya penyusutan kandang dan peralatan.

Adapun rata-rata struktur biaya tunai dan biaya total dari masing-masing subsektor dapat dilihat pada Tabel 31.

Tabel 31. Rata-Rata Struktur Biaya Usahatani Responden menurut Subsektor Usahatani di Kecamatan Dramaga Tahun 2008

Jenis Biaya Subsektor

Tanaman Pangan (per Ha/tahun) Subsektor Perikanan (per Ha/tahun) Subsektor Peternakan (per1000ekor/tahun)

Biaya Tunai Rata-rata(Rp) 6.218.599 17.631.933 81.141.667

Biaya Diperhitungkan rata-

rata (Rp) 1.245.849 76.535 619.052

Biaya Total Rata-rata (RP) 7.464.448 17.708.468 81.760.719

Sebagaimana disebutkan sebelumnya, biaya variabel dan biaya tetap yang dibebankan kepada petani ada yang bersifat tunai dan ada yang bersifat tidak tunai (diperhitungkan). Biaya tunai pada subsektor tanaman pangan terdiri dari biaya penggunaan sarana produksi seperti pupuk dan pestisida, biaya penggunaan tenaga kerja yang berasal dari luar keluarga (TKLK) serta biaya pajak lahan yang dibebankan bagi petani yang status lahan milik atau biaya sewa lahan bagi petani dengan status lahan sewa. Sedangkan yang termasuk kedalam biaya diperhitungkan diantaranya biaya penyusutan peralatan dan biaya tenaga kerja dalam keluarga (TKDK). Besarnya nilai rata-rata biaya tunai dan diperhitungkan pada subsektor tanaman pangan yaitu Rp 6.218.599 dan Rp 1.245.849. Sehingga total biaya rata-rata yang dikeluarkan oleh responden subsektor tanaman pangan persatuan luas (Ha) per tahun adalah Rp 7.464.448.

Biaya tunai pada subsektor perikanan sebagian besar dikeluarkan untuk biaya pembelian pakan, bibit ikan, pupuk kandang, kapur, garam, dan tenaga kerja luar keluarga (TKLK). serta biaya pajak lahan yang dibebankan bagi petani yang status lahan milik atau biaya sewa lahan bagi petani dengan status lahan sewa. Sedangkan yang termasuk kedalam biaya diperhitungkan diantaranya biaya penyusutan peralatan dan biaya tenaga kerja dalam keluarga (TKDK). Besarnya nilai rata-rata biaya tunai dan diperhitungkan pada subsektor perikanan yaitu Rp 17.631.933 dan Rp 76.535. Sehingga biaya total rata-rata yang dikeluarkan oleh responden subsektor perikanan per satuan luas (Ha) per tahun adalah Rp 17.708.468.

Biaya tunai pada subsektor peternakan terdiri dari biaya pembelian DOC, pakan, obat-obatan, vaksin, vitamin, bahan desinfektan, deterjen, sekam, gas, kayu

bakar, minyak tanah, listrik, tenaga kerja luar keluarga (TKLK), biaya pemanenan, dan biaya pembersihan kandang. Sedangkan biaya diperhitungkan terdiri atas biaya penyusutan kandang dan peralatan. Besarnya nilai biaya tunai rata-rata dan diperhitungkan pada subsektor peternakan yang dihitung berdasarkan konversi per 1000 ekor adalah Rp 81.141.667 dan Rp 619.052. Sehingga total biaya rata-rata yang dikeluarkan oleh responden subsektor peternakan adalah Rp 81.760.719.