• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jumlah Penduduk Miskin (dalam 000)

[Type text]

Gambar 2.10. Grafik Jumlah Penduduk Miskin di Jawa Barat dan Kab. Cirebon Tahun 2002-2013

Sumber : BPS dan TNP2K

Gambar 2.11. Grafik Persentase Penduduk Miskin di Jawa Barat dan Kabupaten Cirebon Tahun 2002-2013

Untuk menunjukkan kualitas kemiskinan, indikator yang bisa digunakan adalah tingkat keparahan dan kedalaman kemiskinan. Dari tingkat keparahan kemiskinan, angka yang semakin besar menunjukkan kondisi kemiskinan semakin parah. Berdasarkan data BPS dan TNP2K pada kurun tahun 2002-2013 menunjukkan bahwa kondisi angka keparahan kemiskinan di Kabupaten Cirebon lebih besar dibandingkan Jawa Barat. Hal ini berarti bawha tingkat kemiskinan di Kabupaten Cirebon lebih parah dibandingkan dengan kondisi Jawa Barat.

Sementara, dari aspek kedalaman, angka yang semakin besar menunjukkan tingkat kemiskinan yang lebih dalam. Berdasarkan data BPS dan TNP2K menunjukkan bahwa pada kurun tahun 2005-2013 angka kedalaman kemiskinan di Kabupaten Cirebon lebih besar dibandingkan dengan angka kedalaman kemiskinan di Jawa Barat. Hal ini berarti bahwa tingkat kemiskinan di Kabupaten Cirebon lebih dalam dibandingkan dengan tingkat Jawa Barat.

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Rata- Rata Kab. Cirebon 19,64 17,29 16,59 18,59 21,13 19,07 20,25 18,22 16,120 15,56 14,96 14,65 17,67 Jawa Barat 13,40 12,90 12,10 13,06 14,49 13,55 12,74 11,58 10,93 10,57 9,88 9,61 12,07 0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00

[Type text]

Mencermati kedua indikator tersebut, banyak hal yang menjadi penyebab kemiskinan di Kabupaten Cirebon lebih parah dan lebih dalam. Penyebab dari aspek pendidikan menunjukkan bahwa tingkat rata-rata lama pendidikan penduduk Kabupaten Cirebon lebih rendah dibandingkan dengan tingkat rata-rata pendidikan penduduk Jawa Barat. Premisnya adalah semakin tinggi tingkat pendidikan maka tingkat keterampilan dan keahlian semakin baik. Pada akhirnya, tingkat produktivitas nilai ekonomi dan sosial semakin tinggi. Dengan demikian, berbekal pendidikan yang rendah, penduduk Kabupaten Cirebon kurang optimal meningkatkan nilai tambah ekonomi dan social dalam mengelola sumber daya yang tersedia. Konsekuensinya adalah ketidakcukupan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup layak dan ketidakmampuan mencari terobosan secara mandiri untuk keluar dari lingkaran kemiskinan. Meskipun demikian, seiring dengan perjalanan waktu dan gencarnya program-program pembangunan telah menghasilkan penurunan tingkat keparahan dan kedalaman kemiskinan di Jawa Barat dan Kabupaten Cirebon semakin berkurang. Angka keparahan kemiskinan pada tahun 2005 di Kabupaten Cirebon sebesar 1,39 dan pada tahun 2013 menjadi 0,46. Di tingkat Jawa Barat, pada tahun 2005 angka keparahan kemiskinan sebesar 0,51 dan pada tahun 2013 angkanya menjadi 0,44. Sementara, angka kedalaman kemiskinan pada 2005 di Kabupaten Cirebon sebesar 4,12 dan pada tahun 2013 menjadi 2,09. Di tingkat Jawa Barat, pada tahun 2005 angkanya sebesar 1,97 dan pada tahun 2013 angkanya menjadi 1,65.

Sumber : BPS dan TNP2K 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Rata- Rata Kab. Cirebon 1,39 1,18 1,64 0,79 0,81 0,58 0,51 0,51 0,46 0,87 Jawa Barat 0,51 0,62 0,57 0,84 0,70 0,42 0,43 0,42 0,44 0,55 0,00 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00 1,20 1,40 1,60 1,80

[Type text]

Gambar 2.12. Grafik Tingkat Keparahan Kemiskinan Jawa Barat dan Kabupaten Cirebon Tahun 2005-2013

Sumber : BPS dan TNP2K

Gambar 2.13. Grafik Tingkat Kedalaman Kemiskinan Jawa Barat dan Kabupaten Cirebon Tahun 2005-2013

Berdasarkan hasil pemetaan angka kemiskinan tingkat kecamatan, ada 18 kecamatan dengan tingkat kemiskinan yang perlu mendapat penanganan prioritas pertama. Ada 2 kecamatan yang harus mendapat prioritas kedua. Ada 4 kecamatan yang harus mendapat prioritas ketiga dan 26 kecamatan yang harus mendapat prioritas keempat.

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Rata- Rata Kab. Cirebon 4,12 4,03 4,49 3,27 3,05 2,450 2,25 2,15 2,09 3,10 Jawa Barat 1,97 2,28 2,26 2,88 2,09 1,68 1,72 1,63 1,65 2,02 0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 3,50 4,00 4,50 5,00

[Type text]

Sumber : TNP2K, 2012

Gambar 2.14. Grafik Tingkat Kemiskinan Dan Prioritas Penanganan Kemiskinan di Tingkat Kecamatan 2.1.3. Kesejahteraan Sosial

Pembangunan daerah dibidang kesejahteraan sosial berkaitan dengan kualitas manusia di Kabupaten Cirebon yang tercermin dari lima indikator, yaitu aspek pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, sosial, seni budaya dan olah raga. Indikator aspek pendidikan diukur dari Angka Melek Huruf (AMH), Rata-rata Lama Sekolah (RLS), Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM). Indikator aspek kesehatan diukur dari Angka Kematian Bayi dan Balita (AKB dan AKBA), Angka Kematian Ibu (AKI), dan balita gizi buruk. Indikator aspek ekonomi diukur dari tingkat daya beli dan kesempatan kerja atau penduduk yang bekerja. Indikator aspek sosial diukur dari jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS). Dan, Indikator seni, budaya, dan olahraga diukur dari ketersediaan fasilitas seni, budaya, dan olahraga sebagai unsur rekreasi. Jika capaian indikator-indikator tersebut dalam kategori baik maka kehidupan masyarakat di daerah tersebut dikategorikan dalam keadaan baik dan sejahtera. Secara kumulatif, capaian indikator-indikator tersebut dapat dilihat dari angka capaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

Berdasarkan capaian IPM Kabupaten Cirebon dari tahun 2004-2013, posisi daerah Pantura ini berada di urutan bawah jika dibandingkan dengan kabupaten dan kota se Jawa Barat. Pada tahun 2004, capaian IPM Kabupaten Cirebon sebesar 65,13 dan pada tahun 2013 angkanya mencapai 70,25. Sementara, pada tahun 2004 posisi IPM Jawa Barat sebesar 69,13 dan pada tahun 2013 angkanya mencapai 73,58.

Jika premis bahwa IPM menunjukkan tingkat kesejahteraan, kesejahteraan masyarakat Kabupaten Cirebon masih tertinggal dibandingkan dengan daerah lain. Namun demikian, kondisi capaian IPM dari tahun ke tahun selalu meningkat. Rata-rata kenaikan sebesar 0,47 point atau sekitar 0,688% per tahun. Ini artinya bahwa kesejahteraan masyarakat mengalami peningkatan.

[Type text]

Sumber : BPS

Gambar 2.15. Grafik Capaian IPM Jawa Barat dan Kabupaten Cirebon Tahun 2004-2013

2.1.3.1. Capaian Bidang Pendidikan

Bidang pendidikan berperan strategis bagi penguatan kapasitas sumber daya manusia yang mampu melakukan transformasi perubahan peradaban kearah yang lebih baik. Selain itu, dengan berbekal sumber daya manusia berkualitas akan mampu mengelola dengan baik sumber daya yang terbatas. Dengan demikian, kualitas sumber daya manusia masa depan ditentukan oleh keberhasilan bidang pendidikan.

Merujuk pada indikator IPM, bidang pendidikan memiliki dua indikator utama yaitu Angka Melek Huruf (AMH) atau tingkat literasi dan Rata-Rata Lama Sekolah (RLS). Indikator AMH menunjukkan jumlah penduduk usia 15 tahun keatas yang bisa membaca dan menulis. Membaca dan menulis merupakan kemampuan dasar dalam mewujudkan kapasitas sumber daya manusia berkualitas. Berdasarkan data BPS pada kurun waktu tahun 2004-2013, capaian AMH masyarakat Kabupaten Cirebon mengalami peningkatan. Pada tahun 2004, capaian AMH sebesar 87,73% dan pada tahun 2013 angkanya mencapai 93,26%.

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 KAB. CIREBON 65,13 65,96 66,32 67,30 67,70 68,37 68,89 69,27 69,58 70,25 JAWA BARAT 69,13 69,93 70,32 70,71 71,12 71,64 72,29 72,73 73,11 73,58 60,00 62,00 64,00 66,00 68,00 70,00 72,00 74,00 76,00

Dokumen terkait