• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik raw sugar yang dianalisa meliputi kadar air, kadar abu, tingkat kemurnian (polarisasi), warna dan gula pereduksi. Tujuannya untuk mengetahui karakteristik raw sugar yang digunakan sebelum mendapatkan perlakuan. Hasil karakterisasi raw sugar dapat dilihat pada Tabel 9 yang dibandingkan dengan syarat komposisi raw sugar menurut Sekretariat Dewan Gula Indonesia (1996) dan syarat gula rafinasi untuk industri menurut Mochtar (1996).

Tabel 9. Karakteristik raw sugar

Parameter

Hasil analisis Standar komposisi raw sugar a Syarat gula rafinasi b Kadar air (% b/b) 0,03 < 0,3 ≤ 0,02 Kadar abu (% b/b) 0,03 < 0,3 ≤ 0,06 Tingkat kemurnian (°Z) 96 98 ≥ 99,90 Warna (IU) 1652 < 4000 ≤ 35 Gula pereduksi (% b/b) 0,198 < 0,4 -

Sumber : a Sekretariat Dewan Gula (1996)

b Mochtar (1996)

Berdasarkan hasil analisis kadar air dan kadar abu yang diperoleh, raw sugar yang digunakan pada penelitian ini memenuhi standar menurut Standar Sekretariat Dewan Gula Indonesia. Menurut Standar Sekretariat Dewan Gula Indonesia (1996) bahwa kadar air dan kadar abu raw sugar maksimum 0,3%. Kadar air pada raw sugar berpengaruh terhadap sifat ketahanan dalam penyimpanan, karena kadar air yang tinggi dapat menjadi sarana untuk pertumbuhan mikroorganisme sehingga kerusakan raw sugar dapat terjadi (Baikow, 1982).

Kemudian untuk hasil tingkat kemurnian yang diperoleh, tidak memenuhi standar menurut Standar Sekretariat Dewan Gula Indonesia. Menurut Standar Sekretariat Dewan Gula Indonesia (1996) bahwa tingkat kemurnian untuk raw sugar adalah 98°Z. Tingkat kemurnian pada raw sugar

keefektifan proses penghilangan bahan pengotor. Semakin tinggi tingkat kemurnian pada raw sugar akan memudahkan proses rafinasi dan meningkatkan rendemen (Baikow, 1982). Tingkat kemurnian untuk syarat gula rafinasi untuk industri tinggi yaitu 99,90°Z (Mochtar, 1996), sehingga diperlukan proses penghilangan bahan pengotor pada raw sugar yang maksimal agar tercapai tingkat kemurnian yang tinggi.

Hasil analisis warna yang diperoleh, warna raw sugar yang digunakan dalam penelitian ini memenuhi Standar Sekretariat Dewan Gula Indonesia. Menurut Standar Sekretariat Dewan Gula Indonesia (1996) bahwa unit warna untuk raw sugar maksimum 4000 IU. Warna raw sugar yang kemerah- merahan bahkan coklat disebabkan karena adanya berbagai kotoran (bahan bukan gula) yang terikut atau terperangkap di antara kristal gulanya. Nilai warna raw sugar berhubungan dengan keefektifan proses penghilangan warna yang terkandung (Baikow, 1982). Warna gula rafinasi untuk industri sangat rendah, yaitu 35 IU (Mochtar, 1996), sehingga diperlukan proses penghilangan bahan pengotor raw sugar yang maksimal agar tercapai warna gula yang rendah.

Hasil analisis gula pereduksi yang diperoleh, gula pereduksi yang digunakan dalam penelitian ini memenuhi Standar Sekretariat Dewan Gula Indonesia yaitu 0,4%. Kadar gula pereduksi pada raw sugar menyatakan bahwa gula pereduksi terperangkap dalam proses pembentukan kristal raw sugar selama proses kristalisasi. Adanya gula pereduksi akan menganggu proses karbonatasi dikarenakan proses pencoklatan nonenzimatik dengan reaksi karamelisasi dan reaksi Maillard.

B. HUBUNGAN PENINGKATAN LAJU ALIR CAIRAN DAN GAS TERHADAP UKURAN GELEMBUNG

Hubungan peningkatan laju alir cairan dan gas terhadap ukuran gelembung dilakukan pada variasi peningkatan laju alir cairan dan laju gas tetap serta pada variasi peningkatan laju alir gas dan laju alir cairan tetap. Peningkatan laju alir cairan dan gas mempengaruhi ukuran gelembung yang dihasilkan. Berikut hubungan peningkatan laju alir cairan terhadap ukuran

gelembung dan hubungan peningkatan laju alir gas terhadap ukuran gelembung.

1. Hubungan Peningkatan Laju Alir Cairan Terhadap Ukuran Gelembung

Penentuan hubungan peningkatan laju alir cairan dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh peningkatan laju alir cairan terhadap ukuran gelembung yang dihasilkan menggunakan RVB. Seharusnya penyajian data dalam grafik untuk variasi laju alir cairan dilakukan pada QG tetap antara lain QG 90 l/jam, QG 390 l/jam dan QG 750 l/jam. Tetapi penyajian grafik distribusi ukuran gelembung untuk variasi laju alir cairan dalam hasil penelitian ini hanya pada QG 750 l/jam.

Hal ini dikarenakan pada QG 750 l/jam, pengaruh dari setiap variasi laju alir cairan atau analisa foto yang dihasilkan hampir secara keseluruhan dapat diidentifikasi. Berbeda dengan QG 90 l/jam dan QG 390 l/jam, untuk beberapa laju alir cairan analisa foto sulit untuk diidentifikasi sehingga pada QG 750 l/jam digunakan dalam penyajian data untuk mewakili fenomena pengaruh dari peningkatan variasi laju alir cairan. Foto laju alir cairan (QL 490 L/jam) yang dapat diidentifikasi pada QG 750 l/jam tetapi pada QG 90 l/jam dan 390 l/jam tidak dapat diidentifikasi dapat dilihat pada Gambar 10, 11 dan 12.

Gambar 11. Foto gelembung QL 490 l/jam pada QG 390 l/jam

Gambar 12. Foto gelembung QL 490 l/jam pada QG 90 l/jam

Penyajian data untuk setiap variasi laju alir cairan juga tidak semuanya disajikan. Hal ini dikarenakan pada laju alir cairan tertentu seperti pada QL 320 dan 650 l/jam, foto ukuran gelembung yang dihasilkan sulit diidentifikasi. Pada QL 320 l/jam, energi kinetik larutan yang dihasilkan tidak terlalu rendah dan tidak terlalu tinggi sehingga menghasilkan aliran anular dalam leher ejektor. Aliran anular ini mengakibatkan pembentukan selimut jet di dalam leher ejektor tidak

maksimal dan terjadi penggabungan ukuran gelembung dengan ukuran yang lebih besar karena terjadinya koalesen. Hal ini dikarenakan pada aliran anular ini, lapisan fluida saling berdekatan sehingga menyebabkan koalesen. Koalesen terbentuk karena lapisan antar permukaan rusak akibat perubahan bentuk gelembung yang saling berhimpitan. Foto gelembung pada QL 320 l/jam dapat dilihat pada Gambar 13.

Gambar 13. Foto gelembung pada QL 320 l/jam

Pada QL 650 l/jam penyajian data dalam grafik juga tidak disajikan. Hal ini dikarenakan foto ukuran gelembung yang dihasilkan

overlapping, pada laju alir cairan ini energi kinetik cairan yang dihasilkan sangat besar sehingga menghasilkan aliran turbulen dalam tangki. Aliran turbulen ini menyebabkan tumbukan gas ke dalam cairan tidak terjadi sempurna dikarenakan kecepatan cairan yang sangat tinggi. Foto gelembung pada laju QL 650 l/jam dapat dilihat pada Gambar 14. Grafik ukuran gelembung rata-rata tiap kelas yang menghasilkan distribusi ukuran gelembung disajikan pada Gambar 15.

Gambar 14. Foto gelembung pada QL 650 l/jam

0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 a1 a2 a3 a4 a5 a6 a7 a8 a9 a10 a11

Diameter rata-rata kelas (mm)

Fr e k ue ns i ge le m bung ( % ) QL 100 l/jam QL 150 l/jam QL 250 l/jam QL 400 l/jam QL 490 l/jam QL 590 l/jam

Gambar 15. Grafik distribusi ukuran gelembung pada variasi laju alir cairan dengan QG 750 l/jam

Berdasarkan grafik distribusi ukuran gelembung pada Gambar 15, grafik menunjukkan semakin meningkat laju alir cairan, grafik distribusi ukuran gelembung yang dihasilkan mengerucut pada diameter kelas ukuran gelembung yang kecil. Meningkatnya laju aliran cairan mengindikasikan pada laju alir cairan yang tinggi menghasilkan ukuran gelembung yang kecil. Hal ini dikarenakan pada laju alir cairan yang tinggi yaitu pada QL 400, 490, dan 590 l/jam, energi kinetik cairan yang dihasilkan nosel besar sehingga menyebabkan laju geser yang tinggi di

dalam leher ejektor. Laju geser (shear rate) yang tinggi pada leher ejektor dapat meningkatkan perpindahan massa dengan menghasilkan gelembung- gelembung gas berukuran kecil (Duveen, 1998).

Laju geser sangat tinggi yang keluar melalui nosel membawa energi kinetik dan energi potensial yang besar yang menyebabkan tumbukan yang sangat cepat terhadap gas (Ide et al., 1999). Tumbukan cairan yang sangat cepat terhadap badan gas menyebabkan terjadinya proses penangkapan gas oleh cairan yang membentuk selimut cairan terjadi secara intensif. Pembentukan selimut cairan yang intensif menyebabkan pembentukan gelembung kecil yang terus-menerus. Pada saat laju alir cairan yang rendah seperti pada QL 100 dan 150 l/jam, yang terjadi adalah hal yang sebaliknya. Total energi yang dibawa oleh cairan rendah sehingga tingkat penangkapan gas oleh cairan juga rendah yang menyebabkan pembentukan selimut cairan tidak terjadi secara intensif. Untuk mengetahui ukuran pusat dan penyebaran ukuran

gelembung secara statistik digunakan grafik nilai rata-rata dan ragam ukuran gelembung. Grafik nilai rata-rata dan ragam dari ukuran gelembung yang dihasilkan pada variasi peningkatan laju alir cairan dapat dilihat pada Gambar 16 dan Gambar 17.

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2 100 150 250 400 490 590

Laju alir cairan (l/jam)

N ila i r a ta -r a ta u k u ra n ge le m bung QG 750 l/jam

0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 100 150 250 400 490 590

Laju alir cairan (l/jam)

N il a i r a ga m uk ur a n ge le m bung QG 750 l/jam

Gambar 17 . Nilai ragam ukuran gelembung pada variasi laju alir cairan Berdasarkan grafik nilai rata-rata dan ragam ukuran gelembung pada Gambar 16 dan 17, pada laju alir cairan tinggi yaitu pada QL 400, 490, dan 590 l/jam menghasilkan nilai rata-rata ukuran gelembung yang kecil dibandingkan pada laju alir cairan lainnya yang lebih rendah, yaitu QL 100, 150, dan 250 l/jam. Hal ini menunjukkan QL 400, 490, dan 590 l/jam menghasilkan ukuran rata-rata gelembung yang lebih kecil dibandingkan pada laju alir cairan lainnya yang lebih rendah. Begitupun pada nilai ragam yang dihasilkan pada QL 400, 490, dan 590 l/jam, menghasilkan nilai ragam yang rendah. Hal ini menunjukkan pada laju alir cairan yang tinggi, yaitu pada QL 400, 490, dan 590 l/jam tingkat keragaman ukuran gelembung rendah yang menunjukkan bahwa ukuran gelembung yang dihasilkan seragam. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, laju alir cairan yang tinggi menyebabkan laju geser yang tinggi pada leher ejektor sehingga pembentukan selimut cairan terjadi secara intensif. Pembentukan selimut cairan yang intensif menyebabkan pembentukan gelembung kecil yang terus-menerus sehingga ukuran gelembung yang dihasilkan lebih seragam.

Berbeda dengan laju alir cairan yang tinggi, pada laju alir cairan yang rendah seperti pada QL 100 dan 150 l/jam total energi yang dihasilkan rendah sehingga penangkapan gas oleh cairan untuk membentuk selimut cairan pun rendah. Penangkapan gas oleh cairan yang

rendah menyebabkan pembentukan gelembung tidak terjadi secara intensif sehingga menghasilkan ukuran gelembung yang lebih bervariasi.

Pada QL 250 l/jam, nilai ragam ukuran gelembung yang dihasilkan tinggi diantara laju alir cairan lainnya. Hal ini menunjukkan tingkat keragaman pada QL 250 l/jam tinggi yang menghasilkan ukuran gelembung yang lebih bervariasi. Selain itu, pada QL 590 l/jam, nilai ragam ukuran gelembung yang dihasilkan lebih besar dibandingkan dengan laju alir cairan sebelumnya, yaitu 400 dan 490 l/jam. Hal ini dikarenakan pada QL 590 l/jam, energi kinetik cairan yang dihasilkan nosel sangat besar dibandingkan pada QL 400 dan 490 l/jam, sehingga cairan terdorong sangat kuat dan keluar melewati leher ejektor. Energi kinetik cairan sangat besar menghasilkan aliran turbulen pada tangki, sehingga dispersi antara fase gas dan fase cair tidak terjadi secara intensif. Tidak intensifnya dispersi gas ke dalam cairan menyebabkan tidak meratanya ukuran gelembung yang dihasilkan sehingga menghasilkan nilai ragam yang lebih tinggi dibandingkan laju alir cairan tinggi lainnya.

2. Hubungan Peningkatan Laju Alir Gas Dengan Ukuran Gelembung

Penentuan hubungan peningkatan laju alir gas dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh peningkatan laju alir gas terhadap ukuran gelembung yang dihasilkan menggunakan RVB. Seharusnya penyajian data dalam variasi peningkatan laju alir gas pada laju alir cairan (QL) tetap, disajikan pada QL rendah (100 l/jam), QL sedang (320 l/jam) dan QL tinggi (400 l/jam). Tetapi pada QL 320 l/jam tidak disajikan, hal ini dikarenakan seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, pada laju alir

cairan ini foto sulit untuk diidentifikasi. Foto gelembung pada QL 320 l/jam dapat dilihat pada Gambar 18. Ukuran gelembung yang

dihasilkan dari setiap variasi peningkatan laju alir gas digambarkan dalam bentuk grafik distribusi ukuran dan disajikan pada Gambar 19 dan Gambar 20.

Gambar 18. Foto gelembung pada QL 320 l/jam

0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35

a0 a1 a2 a3 a4 a5 a6 a7 a8 a9 a10 a11 a12

Diam eter rata-rata kelas (m m )

F re k ue ns i ge le mbu n g (% ) QG 390 l/jam QG 90 l/jam QG 750 l/jam

Gambar 19. Grafik distribusi ukuran gelembung pada variasi laju alir gas dengan QL 100 l/jam 0 0.1 0.2 0.3 0.4 a0 a1 a2 a3 a4 a5 a6 a7 a8 a9

Diam eter rata-rata kelas (m m )

F re k ue ns i ge le m bung (% ) QG 390 l/jam QG 90 l/jam QG 750 l/jam

Gambar 20. Grafik distribusi ukuran gelembung pada variasi laju alir gas dengan QL 400 l/jam

Berdasarkan grafik distribusi ukuran gelembung pada variasi laju alir gas pada Gambar 19 dan 20, dapat dilihat pada QG 90 l/jam dan QG 750 l/jam, grafik distribusi ukuran gelembung yang dihasilkan mengerucut pada diameter kelas ukuran gelembung yang kecil. Hal ini dikarenakan pada QG 90 l/jam, kecepatan gas yang dihasilkan rendah sehingga gas terdispersi dalam leher ejektor. Dispersi gas di dalam leher ejektor meningkatkan intensitas perpindahan momentum antara fase gas dan fase cair terjadi maksimal. Efisiensi dispersi maksimal dicapai jika aliran cairan pecah dan bercampur dengan fase gas pada bagian akhir ruang pencampuran atau leher ejektor. Hal ini dikarenakan geometri leher ejektor yang menyempit sehingga tumbukan gas ke dalam cairan pun terjadi intensif (Duveen, 1998).

Pada QG 750 l/jam, kecepatan gas yang dihasilkan sangat tinggi, meskipun fase gas tidak terdispersi dalam leher ejektor, tetapi tekanan gas yang dihasilkan ini sangat tinggi sehingga gas terdorong dan terdispersi di dalam tangki. Tekanan gas yang tinggi inilah yang menghasilkan pembentukan gelembung-gelembung yang kecil. Efek dari peningkatan tekanan gas pada venturi adalah untuk mereduksi ukuran gelembung yang besar menjadi ukuran gelembung kecil karena tekanan gas yang sangat tinggi (Atay, 1986).

Untuk mengetahui ukuran gelembung secara statistik digunakan nilai rata-rata dan ragam ukuran gelembung. Grafik nilai rata-rata dan ragam dari ukuran gelembung yang dihasilkan pada variasi laju alir gas dapat dilihat pada Gambar 21 dan Gambar 22.

0 0.5 1 1.5 2 2.5 90 390 750

Laju alir gas (l/jam)

N il a i r a ta -r at a ukur an gel e m b ung QL 100 l/jam QL 400 l/jam

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 90 390 750

Laju alir gas (l/jam)

N il a i r a ga m ukur an gel e m bung QL 100 l/jam QL 400 l/jam

Gambar 22. Nilai ragam ukuran gelembung pada variasi laju alir gas Berdasarkan grafik pada Gambar 21 dan 22, QG 90 l/jam pada QL 400 l/jam menghasilkan nilai rata-rata dan ragam ukuran gelembung yang kecil diantara laju alir gas lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa pada laju alir gas yang paling rendah, ukuran rata-rata gelembung yang dihasilkan kecil. Begitupun dengan nilai ragam yang dihasilkan, mengindikasikan ukuran gelembung yang seragam. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, pada QG 90 l/jam, kecepatan gas yang dihasilkan rendah dibandingkan laju alir gas lainnya. Kecepatan gas yang rendah menyebabkan gas terdispersi di dalam leher ejektor sehingga karena geometri leher ejektor yang menyempit membuat tumbukan gas ke dalam cairan terjadi secara intensif yang menyebabkan pembentukan gelembung kecil terus-menerus. Pembentukan gelembung yang intensif mengakibatkan ukuran gelembung yang dihasilkan seragam atau ragam ukuran gelembung yang rendah.

Pada QG 390 l/jam dan QG 750 l/jam, nilai ragam ukuran gelembung yang dihasilkan lebih besar dibandingkan QG 90 l/jam. Hal ini menunjukkan tingkat keragaman ukuran gelembung lebih bervariasi dibandingkan QG 90 l/jam. Hal tersebut terjadi karena peningkatan kecepatan gas menyebabkan gangguan pada selimut cairan yang berupa tekanan dan pengoyakan pada permukaan cairan semakin tidak beraturan (Mandal et al., 2005), akibatnya ukuran gelembung yang dihasilkan lebih bervariasi.

3. HUBUNGAN PENINGKATAN LAJU ALIR CAIRAN DAN GAS DENGAN UKURAN GELEMBUNG TERHADAP WARNA NIRA

Hubungan peningkatan laju alir cairan dan gas dengan ukuran gelembung (nilai rata-rata dan ragam ukuran gelembung) terhadap warna nira, dilakukan pada QL 120 l/jam dan QG 90 l/jam serta pada QL 590 l/jam dan QG 750 l/jam. Pengaruh dari ukuran gelembung dapat dilihat dari nilai rata-rata dan ragam ukuran gelembung yang dihasilkan. Hubungan peningkatan laju alir cairan dan gas terhadap warna nira dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Hubungan peningkatan laju alir cairan dan gas dengan ukuran gelembung terhadap warna nira

Laju alir cairan (l/jam) Laju alir gas (l/jam) Nilai rata- rata ukuran gelembung Ragam ukuran gelembung Warna nira (IU) 120 90 0,77 0,21 180 590 750 0,61 0,24 325

Berdasarkan Tabel 10, pada laju alir cairan 120 l/jam dan laju alir gas 90 l/jam menghasilkan nilai warna nira yang rendah, yaitu 180 IU. Nilai tersebut menunjukkan nilai yang baik. Sebaliknya, pada laju alir cairan 590 l/jam dan laju alir gas 750 l/jam menghasilkan nilai warna nira yang tinggi, yaitu 325 IU. Nilai warna nira yang rendah (180 IU) dihasilkan pada saat nilai ragam ukuran gelembung rendah yaitu 0,21, sedangkan nilai warna nira yang tinggi (325 IU) dihasilkan pada saat nilai ragam ukuran gelembung tinggi yaitu 0,24.

Pada laju alir cairan 120 l/jam dan laju alir gas 90 l/jam yang menghasilkan nilai warna nira sebesar 180 IU dengan nilai ragam ukuran gelembung yang rendah yaitu 0,21. Energi kinetik cairan rendah, dan kecepatan gas yang dihasilkan pun rendah. Kecepatan gas yang rendah menyebabkan dispersi gas ke dalam cairan terjadi dalam leher ejektor, karena geometri leher ejektor yang menyempit membuat tumbukan gas ke dalam cairan atau pembentukan selimut cairan terjadi intensif.

Pembentukan selimut cairan yang intensif mengindikasikan pembentukan gelembung terus-menerus sehingga menghasilkan ukuran gelembung yang seragam (nilai ragam ukuran gelembung rendah).

Nilai ragam ukuran gelembung yang rendah menunjukkan tingkat keragaman ukuran gelembung rendah dan mengindikasikan penyebaran ukuran gelembung di dalam cairan seragam. Penyebaran ukuran gelembung yang seragam akan meningkatkan luas antarmuka spesifik. Dengan meningkatnya luas antarmuka spesifik maka kontak gas, yaitu gas CO2 dengan bahan pengotor dalam nira(larutan raw sugar) pun menjadi lebih besar sehingga penghilangan bahan pengotor menjadi lebih efektif dan nilai warna nira pun menjadi lebih rendah. Rendahnya nilai warna nira yang dihasilkan setelah melalui proses karbonatasi dengan Reaktor Venturi Bersirkulasi mengindikasikan proses pemucatan warna larutan

raw sugar baik. Artinya, adsorpsi senyawa penyebab warna dalam larutan

raw sugar seperti pigmen warna, asam-asam organik, senyawa hasil reaksi karamelisasi dan reaksi Maillard semakin baik.

Pada laju alir cairan 590 l/jam dan laju alir gas 750 l/jam yang menghasilkan nilai warna nira sebesar 325 IU dengan nilai ragam ukuran gelembung yang lebih tinggi yaitu 0,24. Energi kinetik cairan tinggi, dan kecepatan gas yang dihasilkan pun tinggi. Energi kinetik cairan yang tinggi menyebabkan kecepatan cairan yang sangat tinggi sehingga menghasilkan aliran turbulen dalam tangki. Aliran turbulen ini menyebabkan pembentukan gelembung menjadi tidak beraturan. Kemudian, didukung dengan kecepatan gas yang sangat tinggi menyebabkan penyelimutan gas oleh cairan menjadi sulit. Pembentukan gelembung yang tidak beraturan pada aliran turbulen menghasilkan ukuran gelembung yang lebih bervariasi (nilai ragam ukuran gelembung yang tinggi).

Aliran turbulen menyebabkan peluang gas CO2 kontak dengan bahan pengotor yang terdapat dalam nira (larutan raw sugar) pun menjadi tidak intensif, sehingga penghilangan bahan pengotor menjadi tidak

maksimal. Penghilangan bahan pengotor yang tidak maksimal menyebabkan nilai warna nira yang dihasilkan pun menjadi tinggi.

Jika dibandingkan dengan nilai warna hasil karbonatasi pada industri gula rafinasi (PT. Jawamanis) (data tanggal 29 Januari 2007), nilai warna nira yang diperoleh hasil penelitian rendah, yaitu 180. Perbandingan nilai warna dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Perbandingan warna nira hasil karbonatasi

Kondisi karbonatasi Hasil penelitian

Industri gula rafinasi (PT. Jawamanis)

Warna nira sebelum karbonatasi (IU)

1652 1895 Warna nira hasil karbonatasi

(IU)

180 821 Alat RVB Tangki tanpa pengaduk

(Scrubber) Dosis CaO 75 g/l 75 g/l

Suhu (oC) 55 55 Laju cairan (l/jam) 120 -

Laju gas CO2 (l/jam) 90 - Tekanan alat (atm) 1,48 1,48

Berdasarkan Tabel 11, nilai warna nira hasil karbonatasi pada penelitian, yaitu sebesar 180 IU, lebih rendah dibandingkan nilai warna nira hasil karbonatasi PT. Jawamanis, yaitu sebesar 821 IU. Hal tersebut mengindikasikan bahwa karbonatasi raw sugar menggunakan RVB sebagai alat karbonatasi dengan kondisi proses seperti tertulis pada Tabel 11, mampu menghasilkan nilai warna nira yang lebih baik.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Peningkatan laju alir cairan dan gas pada RVB berpengaruh terhadap ukuran gelembung yang dihasilkan. Pada variasi peningkatan laju alir cairan, nilai rata-rata dan ragam ukuran gelembung pada laju alir cairan yang tinggi yaitu QL 400 l/jam, QL 490 l/jam, dan QL 590 l/jam menghasilkan nilai yang rendah dibandingkan dengan laju alir cairan sebelumnya.

Pada QL 100 l/jam menghasilkan nilai rata-rata dan ragam ukuran gelembung sebesar 1,31 dan 0,49. Pada QL 150 l/jam nilai rata-rata dan ragam ukuran gelembung yang dihasilkan sebesar 1,76 dan 0,55, pada QL 250 l/jam nilai rata-rata dan ragam ukuran gelembung sebesar 1,50 dan 0,72, pada QL 400 l/jam nilai rata-rata dan ragam ukuran gelembung sebesar 0,58 dan 0,17, pada QL 490 l/jam nilai rata-rata dan ragam ukuran gelembung sebesar 0,56 dan 0,14 dan pada QL 590 l/jam nilai rata-rata dan ragam ukuran gelembung sebesar 0,61 dan 0,24.

Pada variasi peningkatan laju alir gas pada QL tetap yaitu 100 l/jam, QG 90 l/jam menghasilkan nilai rata-rata dan ragam ukuran gelembung sebesar 0,77 dan 0,21. Pada QG 390 l/jam menghasilkan nilai rata-rata dan ragam ukuran gelembung 1,98 dan 1,24 dan pada QG 750 l/jam sebesar 1,31 dan 0,48.

Pada variasi peningkatan laju alir gas pada QL tetap yaitu 400 l/jam, QG 90 l/jam menghasilkan nilai rata-rata dan ragam ukuran gelembung sebesar 0,49 dan 0,035. Pada QG 390 l/jam menghasilkan nilai rata-rata dan ragam ukuran gelembung 0,68 dan 0,17 dan pada QG 750 l/jam sebesar 0,58 dan 0,17. Pada variasi peningkatan laju alir gas ini, QG 90 l/jam menghasilkan nilai rata-rata dan ragam ukuran gelembung yang rendah diantara laju alir gas lainnya, yaitu QG 390 l/jam dan QG 750 l/jam.

Pada hubungan peningkatan laju alir cairan dan gas dengan ukuran gelembung (nilai rata-rata dan ragam ukuran gelembung) terhadap warna nira, QL 120 l/jam dan QG 90 l/jam dengan nilai rata-rata dan ragam ukuran gelembung 0,77 dan 0,21, nilai warna nira yang dihasilkan rendah sebesar 180

IU. Pada QL 590 l/jam dan QG 750 l/jam dengan nilai rata-rata dan ragam ukuran gelembung 0,61 dan 0,24, nilai warna nira yang dihasilkan lebih tinggi yaitu sebesar 325 IU.

B. SARAN

Hal yang dapat disarankan dari penelitian ini adalah perlu penelitian lanjutan mengenai kaitan ukuran gelembung dengan gas Hold up yang dihasilkan RVB. Gas Hold up merupakan fraksi gas yang tertahan di dalam cairan.

DAFTAR PUSTAKA

Achyadi N.S dan I. Maulidah. 2004. Pengaruh Banyaknya Air Pencuci Dan

Dokumen terkait