• Tidak ada hasil yang ditemukan

a. Tindakan Karantina Hewan Impor

Selama tahun 2012 ini tidak ada kegiatan perkarantinaan terhadap media pembawa HPHK yang diimpor di Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Biak karena memang tidak ada kegiatan impor media pembawa HPHK dari luar negeri ke Kabupaten Biak Numfor dan sekitarnya.

b. Tindakan Karantina Hewan Ekspor

Pelaksanaan tindakan karantina hewan terhadap media pembawa HPHK dari komoditi yang diekspor juga tidak ada karena memang tidak ada aktivitas ekspor media pembawa HPHK dari Kabupaten Biak Numfor dan sekitarnya ke luar negeri.

c. Tindakan Karantina Hewan Antar Area

Tindakan karantina hewan 8 P terhadap media pembawa antar area mengalami peningkatan pada tahun 2012 ini. Hanya volume media pembawa HPHK jenis media hasil bahan asal hewan (HBAH) yang mengalami sedikit penurunan dari tahun sebelumnya (Gambar 8c). Frekuensi jenis media pembawa HPHK lainnya cukup tinggi dibandingkan 2 (dua) tahun sebelumnya (Gambar 8a, b, d). Rincian jenis media pembawa HPHK beserta area asal atau tujuan, frekuensi, dan volumenya (secara umum dan per Wilker) dijabarkan lebih jelas dalam Lampiran 8.

a

b

c

d

Gambar 8. Rekapitulasi Tindakan Karantina terhadap Media Pembawa HPHK Lingkup Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Biak (2010 – 2012)

Tindakan pemeriksaan fisik kebanyakan dilakukan di luar tempat pemasukan dan pengeluaran yang telah ditetapkan dengan SK Kepala UPT sebagai tempat lain pemeriksaan karantina hewan. Sampai pada tahun 2012 ini ada sebanyak 34 (tiga puluh empat) tempat lain pemeriksaan karantina hewan yang telah ditetapkan di wilayah layanan Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Biak. Di awal bulan Nopember tahun 2012 ditetapkan 1 (satu) Instalasi Karantina Hewan (IKH) oleh Kepala Barantan dengan SK Kepala Barantan Nomor 1673/Kpts/KH.040/L/11/2012 tentang Penetapan Instalasi Karantina Hewan (IKH) Sapi milik P.T. Asrah Jaya Pribumi tanggal 8 Nopember 2012 yang berlokasi di wilayah kerja Nabire.

Pada tahun 2012 ini Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Biak melakukan tindakan pengasingan dan pengamatan terhadap media pembawa HPHK (berupa bakal induk sapi) yang dimasukkan ke wilayah Kabupaten Biak Numfor, Kabupaten Kepulauan Yapen dan Kabupaten Nabire, yaitu masing-masing sebanyak 204 ekor melalui Pelabuhan Laut Biak pada tanggal 18 September 2012 dari Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan dan 35 pada tanggal 16 Desember 2012 dari Sorong (Papua Barat); sekitar 42 ekor melalui pelabuhan laut Dawai (Kabupaten Kepulauan Yapen) pada tanggal 27 September 2012 dari Sorong (Papua Barat); serta sejumlah 320 ekor melalui Pelabuhan Laut Nabire pada tanggal 12 Nopember 2012 dari Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan.

Pemasukan bakal induk sapi ini merupakan program pengadaan bagi masyarakat setempat oleh Dinas Peternakan dan Pertanian Kabupaten Biak Numfor dan Kabupaten Nabire yang dilakukan oleh pihak ketiga, P.T. Asrah

Jaya Pribumi. Untuk di Kabupaten Kepulauan Yapen, pemasukan bakal induk sapi dilakukan oleh perseorangan untuk kepentingan usaha.

Petugas karantina hewan lingkup Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Biak yang dibantu oleh medik veteriner dan paramedik veteriner dari dinas terkait melakukan tindakan perlakuan pada instalasi karantina hewan sementara, yaitu disinfeksi kandang sebelum bakal induk sapi dikandangkan.

Selain itu, sampel darah bakal induk sapi juga diambil untuk dilakukan pemeriksaan laboratoris terhadap kemungkinan adanya penyakit-penyakit berbahaya seperti Brucellosis.

Tindakan penahanan yang kemudian disertai dengan tindakan penolakan atau pemusnahan dilakukan terhadap media pembawa HPHK yang tidak dilengkapi dengan dokumen karantina hewan (seperti daging babi, daging anjing, kelinci dan hamster), sudah mengalami pembusukan sehingga tidak layak dikonsumsi (daging ayam beku) dan media pembawa HPHK yang memang dilarang pemasukan atau pengeluarannya oleh undang-undang atau peraturan perkarantinaan dan peraturan daerah (seperti anjing, ayam buras ketawa, ayam bangkok, ayam jantan Filipina, dan beberapa spesies burung).

Beberapa peraturan daerah yang melarang pemasukan media pembawa HPHK tertentu dari luar Papua antara lain adalah Keputusan Gubernur Papua Nomor 158 Tahun 2004 Tentang Pemasukan Unggas dan Produknya ke Propinsi Papua tertanggal 24 Juni 2004; Keputusan Bupati Kabupaten Biak Numfor Nomor 25 Tahun 2005 Tentang Pembentukan Tim Satgas Kewaspadaan Terhadap Penyakit Flu Burung; Instruksi Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Irian Jaya Nomor 11/INSTR-GIJ/1997 Tentang Larangan Pemasukan Ternak Babi, Hasil Bahan Asal Ternak Babi dan

Vaksin/Antigen Sampar Babi ke Wilayah Propinsi Irian Jaya tanggal 22 Nopember 1997; Keputusan Gubernur Propinsi Papua Nomor 130 Tahun 2003 Tentang Larangan Pemasukan Anjing, Kucing, Kera dan Hewan Sebangsanya ke Wilayah Propinsi Papua, Keputusan Gubernur Irian Jaya Barat Nomor 86 Tahun 2004 Tentang Larangan Pemasukan Anjing, Kucing, Kera dan Hewan Sebangsanya ke Wilayah Propinsi Irian Jaya Barat; serta Peraturan Daerah Propinsi Papua Nomor 4 Tahun 2006 Tentang Larangan Pemasukan Hewan Penular Rabies ke Wilayah Propinsi Papua tertanggal 26 April 2006. Rincian tindakan-tindakan strategis karantina hewan tersebut terjabar dalam Lampiran 9.

Kronologis pelaksanaan tindakan-tindakan tersebut selalu dikomunikasikan dan disaksikan oleh instansi terkait, seperti pihak Administrator Pelabuhan (Adpel) atau Kantor Pelabuhan Laut di Biak, Nabire dan Serui; kantor polisi pengamanan pelabuhan (KPPP) di Pelabuhan Laut Biak, Nabire dan Serui; Dinas Peternakan dan Pertanian Kabupaten Biak Numfor, Kabupaten Nabire dan Kabupaten Kepulauan Yapen; serta wartawan media cetak dan media elektronik setempat. Selama tahun ini ada 5 (lima) kali tindakan penolakan dan 26 (dua puluh enam) kali tindakan pemusnahan terhadap media pembawa HPHK tersebut yang didatangkan dari daerah seperti Bitung, Makassar, dan Surabaya.

d. Penggunaan Dokumen Karantina Hewan

Penggunaan dokumen karantina hewan selama tahun 2012 ini paling banyak adalah KH-1 (Permohonan Pemeriksaan Karantina Hewan) dan KH-2 (Surat Penugasan) yang memang diterbitkan bersamaan ketika ada laporan

pemasukan dan pengeluaran media pembawa HPHK, kemudian KH-12 (Sertifikat Pelepasan Karantina Hewan) yang menggambarkan banyaknya frekuensi masuknya media pembawa HPHK yang memenuhi kelengkapan persyaratan dokumen karantina hewan serta tidak dilarang pemasukannya di dalam wilayah Kabupaten Biak Numfor dan sekitarnya, diikuti KH-10 (Sertifikat Sanitasi Produk Hewan), 9 (Sertifikat Kesehatan Hewan), KH-5 (Persetujuan Bongkar), KH-8a (Berita Acara Penahanan) dan KH-8c (Berita Acara Pemusnahan).

Sementara itu, jenis media pembawa HPHK yang paling sedikit dipakai berturut-turut adalah KH-8b (Berita Acara Penolakan), KP-1 (Segel Karantina Pertanian) dan KH-11 (Surat Keterangan untuk Benda Lain).

Rincian penggunaan dokumen karantina hewan selama tahun 2012 telihat di dalam Tabel 4 di bawah ini.

Tabel 4. Penggunaan Dokumen Karantina Hewan Selama Tahun 2012 No. Jenis dokumen

e. Kegiatan Pemantauan Daerah Sebar HPH/HPHK

Kegiatan pemantauan daerah sebar HPH/HPHK pada tahun 2012 ini telah ditetapkan dari Badan Karantina Pertanian (Barantan) melalui Surat

Kepala Badan Karantina Pertanian Nomor: 1882/KH.110/L/03/2012 Tanggal 7 Maret 2012 Tentang Koordinasi Pemantauan Daerah Sebar Hama Penyakit Hewan Karantina (HPHK) Tahun 2012, untuk melakukan pemantauan penyakit Brucellosis (keguguran) dan Bovine Viral Disease (BVD) pada hewan sapi di seluruh Indonesia sebagai program pemantauan prioritas nasional untuk mendukung Program Swasembada Daging Sapi (PSDS).

Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Biak melakukan pengambilan darah dari 410 ekor hewan sapi yang dijadikan sampel yang terdiri dari 159 sampel di Kabupaten Biak Numfor, 179 sampel di Kabupaten Nabire dan 72 sampel di Kabupaten Kepulauan Yapen selama Bulan Maret – April 2012.

Pengujian dilakukan selama Bulan Juli – Agustus 2012 di Laboratorium Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Biak (untuk Brucellosis) dengan metode Rose Bengal Test (RBT) dan Complement Fixation Test (CFT) dan Balai

Besar Veteriner Maros (Sulawesi Selatan) (untuk BVD) dengan metode ELISA (Enzyme Linked Immuno-Sorbent Assay) Antibody.

Hasil pengujian dari 410 spesimen menunjukkan bahwa ada 3 (tiga) spesimen serum yang positif RBT dan kemudian setelah dilanjutkan dengan uji CFT hanya ada 1 (satu) sampel yang positif. Adapun hasil pengujian 160 sampel menunjukkan bahwa ada 2 (dua) spesimen serum yang seropositif antibodi BVD. Hasil-hasil positif ini ditemukan pada sampel sapi yang dipantau di wilayah Kabupaten Nabire.

f. Kegiatan Koleksi HPH/HPHK

Pada tahun ini kegiatan koleksi HPH/HPHK adalah dalam bentuk koleksi caplak Boophilus sp. yang merupakan parasit darah pada hewan sapi,

5 (lima) spesimen koleksi serum positif RBT (Rose Bengal Test) dari darah sapi hasil pemantauan Brucellosis dan pemeriksaan pemasukan bakal induk sapi; 2 (dua) spesimen koleksi serum positif ELISA antibodi BVD (Bovine Viral Diarrhea) dari darah sapi hasil pemantauan BVD. Daftar koleksi media pembawa HPH/HPHK ini secara rinci terdapat pada Lampiran 12.

g. Kegiatan intersepsi HPH/HPHK.

Intersepsi HPH/HPHK di wilayah kerja lingkup Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Biak, tidak ada, karena tidak ditemukan HPH ataupun HPHK.

h. Kegiatan Pengawasan Keamanan Pangan Hewani

Kegiatan ini diwujudkan dengan pemeriksaan laboratorium terhadap komoditi daging ayam, daging babi, daging sapi, dan telur ayam ras yang masuk ke wilayah Kabupaten Biak Numfor, terutama pemeriksaan kenampakan fisik (uji organoleptik), uji kimia sederhana (uji postma), serta uji pembusukan dan pemeriksaan cemaran mikroba dengan metode Total Plate Count (TPC). Selama setahun ini, komoditas telur ayam ras yang paling

banyak dilakukan pemeriksaan, yaitu 175 kali, kemudian daging ayam (78 kali), daging sapi (2 kali), dan daging babi (49 kali). Pemeriksaan-pemeriksaan tersebut cukup efektif untuk menumbuhkan kepercayaan pengguna jasa karantina terhadap kerja dan kinerja Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Biak sehingga mereka senantiasa melaporkan pemasukan dan pengeluaran media pembawa HPHK ke dalam dan ke luar wilayah Kabupaten Biak Numfor.

Dokumen terkait