• Tidak ada hasil yang ditemukan

a. Tindakan Karantina Tumbuhan Impor

Berbeda dengan 2 (dua) tahun sebelumnya, pada tahun 2012 ini Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Biak tidak melakukan pemeriksaan terhadap media pembawa OPTK dari komoditi impor karena memang tidak ada pemasukan komoditas media pembawa OPTK dari luar negeri ke wilayah Kabupaten Biak Numfor dan sekitarnya.

b. Tindakan Karantina Tumbuhan Ekspor

Begitu pula dengan tindakan karantina tumbuhan ekspor, pada tahun 2012 ini Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Biak juga tidak melakukan pemeriksaan terhadap pengeluaran media pembawa OPTK ke luar negeri melalui wilayah Kabupaten Biak Numfor dan sekitarnya seperti pada 2 (dua) tahun sebelumnya.

c. Tindakan Karantina Tumbuhan Antar Area

Secara umum, tindakan karantina 8 P terhadap media pembawa OPTK juga mengalami peningkatan selama tahun 2012 ini dibandingkan 2 (dua) tahun sebelumnya. Hanya volume media pembawa OPTK jenis hasil tanaman mati yang lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya, tetapi tetap lebih tinggi daripada tahun 2009 (Gambar 9e). Sementara itu, 4 (empat) jenis media pembawa OPTK yang lainnya selalu lebih tinggi daripada tahun 2010 dan 2011 (Gambar 9a, b, c, d).

a b

c d

e

Gambar 9. Rekapitulasi Tindakan Karantina terhadap Media Pembawa OPTK Lingkup Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Biak (2010 – 2012)

Adapun jenis media pembawa OPTK lainnya yang mengalami peningkatan pada tahun ini adalah hasil olahan tumbuhan, yaitu meningkat dari 515.060 kg (pada tahun 2011) menjadi 515.060 kg (pada tahun 2012). Hasil olahan tumbuhan ini tidak hanya meningkat dalam segi volume, tetapi juga frekuensi dan macamnya, seperti asam jawa, dedak, getah damar, kayu gaharu, kulit kayu manis dan sarang semut. Secara terperinci rekapitulasi jenis media pembawa OPTK beserta negara/area asal dan negara/area tujuan, frekuensi dan volumenya (secara umum dan per Wilker) dijelaskan dalam Lampiran 10.

Kegiatan pemeriksaan laboratorium yang dilakukan lebih banyak terhadap komoditas bawang merah (49 kali) dan bawang putih (40 kali), kemudian disusul kacang hijau (32 kali), kacang tanah (29 kali), dan bawang Bombay (15 kali). Beberapa komoditas lainnya adalah buah sayuran buah segar serta kopra. Sebagian besar komoditas-komoditas tersebut berasal dari Surabaya, Makassar, Bitung dan daerah lain di Papua dan Papua Barat.

Tindakan pemeriksaan fisik kebanyakan dilakukan di luar tempat pemasukan dan pengeluaran yang telah ditetapkan dengan SK Ka UPT sebagai tempat lain pemeriksaan karantina tumbuhan. Sampai pada tahun 2012 ini ada sebanyak 28 (dua puluh delapan) tempat lain pemeriksaan karantina tumbuhan yang telah ditetapkan di wilayah layanan Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Biak.

Kegiatan pengasingan dan pengamatan dilakukan terhadap media pembawa OPTK berupa bibit tanaman kelapa yang dimasukkan dari Manado (Sulawesi Utara) oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan Biak Numfor sebanyak 30.000 bibit. Bibit-bibit tersebut didistribusikan kepada 20 (dua puluh) kelompok tani yang tersebar di 20 (dua puluh) kampung pada 4 (empat) distrik. Lokasi-lokasi tersebut antara lain adalah Distrik Kepulauan Padaido (meliputi Kampung Pai, Kampung Samber Pasi, Kampung Sasari, Kampung Mbromsi, Kampung Nyansoren, Kampung Yeri, Kampung Supraima, Kampung Saribra, Kampung Meos Mangaundi, dan Kampung Inbeyomi), Distrik Biak Utara (meliputi Kampung Yobdi, Kampung Aman, Kampung Sansundi, dan Kampung Syabes), Distrik Biak Barat (Kampung Mamoribo), serta Distrik Swandiwe (meliputi Kampung Farusi, Kampung Swaipak, Kampung Sarwa, Kampung Wombrisauw, dan Kampung Yenbepioper).

Pemasukan bibit kelapa ini dilakukan secara bertahap sebanyak 3 (tiga) kali, yaitu pada tanggal 5 Juni 2012 sebanyak 12.000 bibit, pada tanggal 15 Agustus 2012 sebanyak 6.000 bibit dan terakhir pada tanggal 10 Oktober 2012 sebanyak 12.000 bibit. Ketiga pemasukan ini melalui Pelabuhan Laut Biak dengan K.M. Sinabung. Bibit dibeli dari Balit Palma Manado dan sebelum dilalulintaskan ke Biak, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan kemungkinan

ada tidaknya infestasi OPT/OPTK serta pengujian mutu bibit oleh Dinas Perkebunan Propinsi Sulawesi Utara. Setelah itu dilakukan sertifikasi oleh petugas karantina Balai Karantina Pertanian Kelas I Manado wilayah kerja Pelabuhan Bitung.

Oleh karena belum tersedianya fasilitas instalasi karantina tumbuhan yang memadai untuk menampung bibit sebanyak itu, Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Biak berkoordinasi dengan pihak Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Biak Numfor untuk penanganan pemasukannya. Pihak Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Biak melakukan pemantauan dan pengambilan sampel secara berkala di lokasi penyebaran bibit kelapa untuk mengetahui perkembangan OPT/OPTK selama pertumbuhannya di lapangan selama 6 (enam) bulan. Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 93/Permentan/OT.140/12/2011 Tentang Jenis Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina, ada beberapa jenis serangga [Altha alastor (Tams), Chrysamphalus aonidum (L), Sexava karnyi (Lfs)] dan cendawan

[Phytophthora citrophthora (R.H Sm & E. Sm)] yang sudah tersebar di Sulawesi tetapi belum ditemukan di Biak.

Dari hasil pengamatan dan pengambilan sampel yang dilakukan, ditemui gejala serangan daun yang dimakan belalang beserta spesimennya, serta gejala penyakit bercak kelabu (grayspot) atau hawan daun (leaf blight) yang disebabkan oleh cendawan Pestalotiopsis palmarum. Serangga dan cendawan ini merupakan OPT sudah secara kosmopolitan terdapat di pertanaman kelapa di seluruh Indonesia.

Pada tahun 2012 ini, hanya ada beberapa kali tindakan penahanan media pembawa OPTK yang disertai dengan tindakan penolakan dan tindakan

pemusnahan terhadap media pembawa OPTK, yaitu jenis bibit tanaman berupa bibit jeruk dari Ambon (Maluku) dan Bitung (Sulawesi Utara) sebanyak 5 (lima) batang dan hasil tanaman hidup berupa umbi kentang dari Surabaya sebanyak 1.000 kg dengan alasan tidak dilengkapi dokumen karantina tumbuhan yang dipersyaratkan dan yang memang dilarang pemasukannya ke dalam wilayah Kabupaten Biak Numfor dan sekitarnya. Rincian tindakan-tindakan strategis karantina tumbuhan tersebut terjabar dalam Lampiran 11.

Kronologis pelaksanaan tindakan-tindakan tersebut juga senantiasa diinformasikan dalam website Kantor Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Biak dan disaksikan oleh instansi terkait, seperti pihak Administrasi Pelabuhan (Adpel), keamanan pelabuhan (KPPP), Dinas Peternakan dan Pertanian Kabupaten Biak Numfor, serta wartawan media harian Cendrawasih Pos dan media elektronik setempat.

d. Penggunaan Dokumen Karantina Tumbuhan

Penggunaaan dokumen karantina tumbuhan selama tahun 2012 ini paling banyak adalah KT-9 (Sertifikat Pelepasan Karantina Tumbuhan atau Pangan Segar Asal Tumbuhan) yang menggambarkan tingginya frekuensi pemasukan media pembawa OPTK yang memenuhi persyaratan dan diperbolehkan ke dalam wilayah Kabupaten Biak Numfor dan sekitarnya.

Sementara itu, penggunaan dokumen karantina tumbuhan yang paling sedikit adalah KT-7 (Surat Penolakan), KT-6 (Surat Penahanan) dan KT-8 (Berita Acara Pemusnahan).

Dari penerimaan sebanyak masing-masing 250 (dua ratus lima puluh) lembar KT-4.a (Fumigation Certificates untuk media pembawa OPTK ekspor)

dan KT-4.b (Sertifikat Fumigasi untuk media pembawa OPTK antar area), serta KT-5.a (Certificates of Desinfectation untuk media pembawa OPTK ekspor) dan KT-5.b (Sertifikat Perlakuan untuk media pembawa OPTK antar area) dari Barantan, hanya ada 15 (lima belas) lembar KT-5.a yang dipergunakan untuk disinfestasi media pembawa OPTK yang akan diekspor ke luar negeri, yaitu kayu lapis. Adapun dokumen karantina tumbuhan seperti SP-1 (Laporan Pemasukan/Pengeluaran/Transit Media Pembawa/Kemasan Kayu/Pangan Segar Asal Tumbuhan), DP-1 (Surat Tugas), DP-5 (Laporan Hasil Pemeriksaan

Administratif), dan DP-7 (Laporan Hasil

Pelaksanaan/Pengawasan/Pemeriksaan Fisik/Kesehatan Media Pembawa/Kemasan Kayu/Pangan Segar Asal Tumbuhan) dipakai dengan jumlah yang sama sebanyak 1178 lembar. Persediaan keempat jenis dokumen ini masih sangat banyak dan bisa dimanfaatkan untuk pelaporan pelaksaanaan tindakan operasional karantina tumbuhan pada tahun berikutnya. Rincian penggunaan dokumen karantina tumbuhan selama tahun 2012 telihat di dalam Tabel 5 di bawah ini.

. Tabel 5. Penggunaan Dokumen Karantina Tumbuhan Selama Tahun 2012 No. Jenis dokumen

14. DP-7 2128 - 1178 950

e. Kegiatan Pemantauan Daerah Sebar OPT/OPTK

Oleh karena disinyalir adanya OPTK A1 Pantoea stewartii pada pertanaman jagung di Sumatera Barat dan Jawa Barat yang disampaikan pada Seminar Internasional dan Kongres Nasional Perhimpunan Fitopatologi Indonesia yang ke-21 di Solo (Jawa Tengah) pada tanggal 3 – 5 Desember 2011 serta dari hasil-hasil pemantauan daerah sebar OPT/OPTK pada tahun 2011 oleh UPT-UPT lingkup Badan Karantina Pertanian, maka Kepala Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati menetapkannya sebagai target utama kegiatan pemantauan daerah sebar OPT/OPTK pada tahun ini melalui Surat Kepala Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati Nomor 131/KT.210/L3/1/2012 perihal Pelaksanaan Pemantauan OPTK Tahun Anggaran 2012. Selain itu, Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Biak memilih Fusarium oxysporum f.sp. cubense dan Ralstonia solanacearum pada tanaman

pisang sebagai target lainnya untuk mengklarifikasi Instruktur Gubernur Propinsi Irian Jaya Nomor 3/INSTR-GIJ/2000 tanggal 18 Juli 2000 tentang Larangan Peredaran Benih Tanaman Pisang Dalam Rangka Pengendalian Penyebaran Penyakit Layu di Wilayah Propinsi Irian Jaya yang diterbitkan lebih dari sepuluh tahun yang lalu.

Pengambilan sampel tanaman jagung dan kelapa yang bergejala dilakukan pada Bulan Pebruari dan Maret 2012 di 12 (dua belas) distrik yang tersebar di Kabupaten Biak Numfor (6 distrik), Kabupaten Nabire (3 distrik) dan Kabupaten Kepulauan Yapen (3 distrik). Pengujian sampel-sampel tersebut dengan metode pengamatan morfologi (warna, bentuk koloni, hifa, miselum,

spora dan konidium), pengujian Gram, uji katalase, pertumbuhan aerob dan anaerob, serta pengujian agar diagnostik lainnya yang dilakukan di Laboratorium Pengujian Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Biak dan Balai Besar Uji Standar Karantina Pertanian (BBUSKP) menunjukkan hasil yang negatif.

f. Kegiatan Koleksi OPT/OPTK

Sebagai kelanjutan dari kegiatan koleksi OPT/OPTK pada tahun sebelumnya, pada tahun 2012 ini Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Biak telah mengoleksi herbarium basah yang teridri dari 7 (tujuh) spesimen dari tanaman jagung, 4 (empat) spesimen dari tanaman pisang dan 1 (satu) spesimen dari tanaman kelapa. Koleksi-koleksi ini diperoleh dari kegiatan pemantauan daerah sebar OPT/OPTK dan hasil pemeriksaan (intersepsi). Selain itu, ada pula beberapa koleksi media pembawa OPT/OPTK yang memang rutin pemasukannya di wilayah Kabupaten Biak Numfor dan sekitarnya. Daftar koleksi OPT di Laboratorium Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Biak lebih rinci dijelaskan dalam Lampiran 13.

g. Kegiatan Intersepsi OPT/OPTK

Kegiatan intersepsi yang dilakukan pada komoditas tumbuhan pada tahun 2012 ini, khususnya pada media pembawa OPTK antara area dengan ditemukannya beberapa spesies OPT pada saat pemeriksaan laboratorium terhadap komoditi bawang bombay, bawang merah, bawang putih, kacang hijau, dan tomat. Spesies OPT yang ditemukan tersebut antara lain adalah

beberapa cendawan seperti Alternaria porii dan Aspergillus niger dan spesies tungau yaitu Rhizoglypus sp.

h. Kegiatan Pengawasan Keamanan Pangan Nabati

Sejauh ini Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Biak baru melakukan kegiatan pengawasan keamanan pangan nabati dengan melakukan pengujian standar mutu pada bawang-bawangan, kacang hijau dan kacang tanah;

kandungan klorin pada komoditi beras dan pengujian cemaran bahan pengawet seperti formalin pada buah-buahan yang dimasukkan ke wilayah Kabupaten Biak Numfor dan sekitarnya. Selain mencantumkan hasil pengujian, pada lembar hasil pengujian yang disampaikan ke pengguna jasa juga disertai dengan saran pencucian beras, sayuran dan buah-buahan sebelum dimasak dan dikonsumsi. Pengujian keamanan hayati lainnya akan terus dkembangkan terhadap komoditas lainnya di tahun mendatang secara bertahap.

Dokumen terkait