• Tidak ada hasil yang ditemukan

8.1 Nilai Ekonomi Situs Megalitik Gunung Padang

Situs Megalitik Gunung Padang memiliki potensi wisata situs peninggalan zaman megalitik berupa punden berundak-undak. Selain itu, pemandangan alam di kawasan ini indah dan udaranya yang masih sejuk. Potensi tersebut merupakan aset penting yang dapat dikembangkan sebagai daya tarik wisata. Situs Megalitik Gunung Padang sebagai daya tarik wisata, tentu memiliki manfaat yang besar. Oleh karena itu, nilai ekonomi SMGP perlu diketahui agar manfaat kawasan sebagai penghasil jasa wisata dapat dirasakan secara berkelanjutan.

Nilai ekonomi SMGP diestimasi dengan menggunakan pendekatan Individual Travel Cost Method. Nilai ekonomi dapat diperoleh dengan mengetahui nilai surplus konsumen pengunjung terlebih dahulu. Surplus konsumen dihitung dengan menggunakan persamaan (3) yang telah diuraikan pada bab IV, yaitu dengan cara menguadratkan jumlah kunjungan responden pengunjung satu tahun terakhir kemudian dibagi dengan dua kali koefisien biaya perjalanan.

Koefisien biaya perjalanan diestimasi berdasarkan fungsi permintaan wisata yang sudah duraikan pada bab XII. Agar nilai koefisien biaya perjalanan lebih akurat, maka dilakukan analisis regresi antara jumlah kunjungan sebagai variabel terikat dan biaya perjalanan sebagai variabel bebasnya. Berdasarkan hasil analisis regresi, diperoleh persamaan sebagai berikut:

70

Dimana:

JK = Jumlah kunjungan ke SMGP (per tahun)

BP = Biaya perjalanan individu ke SMGP per kunjungan (rupiah)

Setelah nilai surplus konsumen diketahui, nilai ekonomi Situs Megalitik Gunung Padang dapat diperoleh dengan cara mengalikan surplus konsumen tersebut dengan jumlah kunjungan ke SMGP pada tahun 2011 (Lampiran 5). Perhitungan nilai ekonomi Situs Megalitik Gunung Padang dapat dilihat pada

Tabel 20.

Tabel 20. Perhitungan Nilai Ekonomi Situs Megalitik Gunung Padang Pada Tahun 2011

Keterangan Nilai

Jumlah responden (a) 100

Jumlah kunjungan responden (b) 399

Jumlah kunjungan tahun 2011 ( c ) 35.055

Koefisien biaya perjalanan (d) 0,000043

Surplus konsumen (e) = b2/2d 1.851.174.419,00

Surplus konsumen/individu/kunjungan (f) = e/a/b 46.395,35

Nilai ekonomi (g) = f x c 1.626.388.953,00

Sumber : Data Primer, diolah (2012)

Berdasarkan Tabel 20, diketahui nilai surplus konsumen atau WTP pengunjung terhadap kawasan wisata Situs Megalitik Gunung Padang sebesar Rp

46.395,35 per orang per kunjungan. Sehingga diperoleh nilai ekonomi Situs Megalitik Gunung Padang sebesar Rp 1.626.388.953,00. Nilai tersebut menunjukkan bahwa Situs Megalitik Gunung Padang sebagai kawasan wisata dengan daya tarik berupa keindahan alam dan peninggalan situs purbakala memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Artinya, kawasan tersebut mempunyai manfaat intangible sebagai penghasil jasa wisata. Oleh karena itu, agar manfaat tersebut dapat dirasakan secara terus menerus maka keberadaan kawasan Situs Megalitik Gunung Padang beserta peninggalan benda purbakalanya harus dijaga

71

dan dilestarikan. Selain itu, pengelolaan wisata di Situs Megalitik Gunung Padang harus dilakukan secara berkelanjutan.

8.4 Dampak Ekonomi Wisata Situs Megalitik Gunung Padang

Kegiatan wisata dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian masyarakat sekitar kawasan wisata. Dampak ekonomi dari kegiatan wisata dapat dilihat dengan mengikuti aliran pengeluaran pengunjung. Kegiatan wisata diharapkan dapat memberikan dampak kepada masyarakat sekitar, sebagai akibat multiplier effect dari pengeluaran wisatawan.

Dampak ekonomi wisata dibagi menjadi dampak langsung (direct effects), dampak tidak langsung (indirect effect), dan dampak lanjutan (induced effect) (Vanhove, 2005). Dampak langsung merupakan manfaat yang langsung dirasakan oleh penerima awal dari pengeluaran pengunjung. Pengunjung membelanjakan uangnya untuk produk dan jasa wisata. Uang tersebut akan mengalir kepada unit usaha lokal di kawasan wisata tersebut. Dampak tidak langsung adalah aktivitas ekonomi lokal dari pembelanjaan unit usaha penerima dampak langsung. Dampak lanjutan adalah aktivitas ekonomi lanjutan berupa aktivitas ekonomi di tingkat rumah tangga dari pendapatan yang bersumber dari berbagai unit usaha. Total pengeluaran pengunjung per bulan diestimasi dari rata-rata pengeluaran pengunjung per hari dan jumlah kunjungan per bulan.

Pengunjung yang melakukan kegiatan wisata di Situs Megalitik Gunung Padang membelanjakan uangnya untuk berbagai produk dan jasa wisata di dalam kawasan wisata maupun di luar kawasan wisata. Proporsi pengeluaran pengunjung SMGP disajikan dalam Tabel 21 dan keterangan lebih lanjut dapat dilihat pada

72 Tabel 21. Proporsi Pengeluaran Responden Pengunjung Situs Megalitik

Gunung Padang Pada Tahun 2012

Biaya Rata-rata

Pengeluaran (Rp) (a)

Persentase (%) (c) = (a/b) x 100% Pengeluaran di luar kawasan wisata

Biaya transportasi 16.760,00 25,67

Konsumsi dari rumah 10.560,00 16,18

Ojeg di luar kawasan wisata 200,00 0,31

Penginapan di luar kawasan wisata 1.000,00 1,53

Kebocoran/Kunjungan 28.520,00 43,69

Pengeluaran di dalam kawasan wisata

Konsumsi di kawasan wisata 21.785,00 33,37

Ojeg di kawasan wisata 1.510,00 2,31

Dokumentasi 2.200,00 3,37

Penginapan di dalam kawasan wisata 6.000,00 9,19

Parkir 2.120,00 3,25

Toilet 1.150,00 1,76

Retribusi 2.000,00 3,06

Pengeluaran di Lokasi/Kunjungan 36.765,00 56,31 Pengeluaran/Kunjungan 65.285,00 (b) 100,00

Sumber : Data Primer, diolah (2012)

Berdasarkan Tabel 21 dapat dilihat bahwa sebagian besar proporsi pengeluaran wisatawan digunakan untuk konsumsi di kawasan wisata, yaitu sebanyak 33,37%. Hal ini karena atraksi wisata yang ditawarkan di SMGP membutuhkan kekuatan fisik dari pengunjung. Hal tersebut mendorong pengunjung membelanjakan uangnya untuk konsumsi di kawasan wisata seperti membeli makanan dan minuman. Selain itu, sebagian besar unit usaha di SMGP menjual makanan dan hal ini berpengaruh terhadap proporsi pengeluaran pengunjung.

Proporsi pengeluaran pengunjung selanjutnya lebih banyak dikeluarkan untuk biaya transportasi. Hal ini berkaitan dengan daerah asal pengunjung yang sebagian besar berasal dari daerah di luar Kecamatan Cempaka, sehingga akan mempengaruhi biaya perjalanan pengunjung ke SMGP. Sebagian besar pengunjung menggunakan kendaraan pribadi untuk sampai ke SMGP. Oleh

73

karena itu, biaya transportasi pengunjung merupakan biaya yang dikeluarkan oleh pengunjung untuk bahan bakar.

Pengeluaran pengunjung di dalam kawasan wisata akan memberikan dampak positif bagi perekonomian masyarakat sekitar. Sedangkan pengeluaran pengunjung di luar kawasan wisata dinamakan dengan kebocoran (leakage) seperti pengeluaran pengunjung untuk transportasi dan konsumsi yang dibawa dari rumah. Tingkat kebocoran pengeluaran pengunjung Situs Megalitik Gunung Padang disajikan pada Tabel 22.

Tabel 22. Kebocoran Pengeluaran Pengunjung Situs Megalitik Gunung Padang Pada Tahun 2011

Uraian Nilai

(a) Pengeluaran Pengunjung di luar kawasan wisata (%) 43,69 (b) Rata-rata pengeluaran pengunjung (Rp/hari/orang) 65.285,00

(c) Jumlah kunjungan tahun 2011 (orang) 35.055

Total kebocoran per tahun (Rp) (a x b x c) 999.874.343,40

Sumber : Data Primer, diolah (2012)

Berdasarkan Tabel 22, jumlah kunjungan yang datang ke Situs Megalitik Gunung Padang per tahun adalah sebanyak 35.055 orang, sehingga total kebocoran dari pengeluaran pengunjung per tahun adalah Rp. 999.874.343,40. Kebocoran tersebut berasal dari konsumsi yang dibawa dari rumah dan biaya transportasi. Kebocoran yang besar terjadi karena biaya transportasi yang dikeluarkan pengunjung untuk berwisata ke SMGP cukup besar. Hal ini terkait dengan lokasi kawasan wisata yang kurang strategis dan jauh dari pusat kota. Oleh karena itu, pengelola perlu memperbaiki infrastruktur jalan dan segera merealisasikan pengadaan kereta wisata agar dapat mengurangi biaya transportasi yang dikeluarkan pengunjung.

Pengeluaran pengunjung di dalam kawasan wisata diestimasi dengan cara mengalikan jumlah kunjungan per bulan (2.921 orang) dengan rata-rata

74

pengeluaran pengunjung per hari per individu (Rp 65.285,00), kemudian dikalikan lagi dengan proporsi pengeluaran pengunjung di dalam kawasan wisata (56,31%), sehingga diperoleh total pengeluaran pengunjung per bulan yang berpengaruh terhadap ekonomi lokal adalah sebesar Rp 107.381.753,80.

8.4.1 Dampak Ekonomi Langsung (Direct Effect)

Pengunjung yang datang ke suatu daerah tujuan wisata akan membelanjakan uangnya pada unit usaha lokal. Aliran uang tersebut akan menjadi dampak langsung berupa pendapatan unit usaha. Hal ini akan menciptakan keuntungan ekonomi bagi masyarakat sekitar kawasan wisata tersebut.

Aliran uang wisatawan di kawasan wisata menjadi penerimaan unit usaha. Sebagian dari penerimaan tersebut dialokasikan untuk biaya pengelolaan, seperti biaya sewa, biaya bahan baku, biaya gaji tenaga kerja, biaya transportasi, dan biaya pemeliharaan alat (maintenance). Sedangkan sebagian lagi menjadi pendapatan pemilik unit usaha. Proporsi pendapatan pemilik unit usaha di Situs Megalitik Gunung Padang disajikan pada Tabel 23 dan data serta perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 9.

Tabel 23. Proporsi Pendapatan Pemilik Unit Usaha Situs Megalitik Gunung Padang Pada Tahun 2012

Unit Usaha Rata-Rata Penerimaan(Rp) Rata-Rata Biaya (Rp) Rata-Rata Pendapatan (Rp) Proporsi (%) (d = (c/a) x 100%) (a) (b) (c) = (a) – (b) Kios makanan 3.970.029,41 979.411,76 2.990.617,65 75,33 Toilet umum 1.805.250,00 200.000,00 1.605.250,00 88,92 Pedagang asongan 2.126.500,00 450.000,00 1.676.500,00 78,84 Warung tenda 7.019.357,14 1.617.857,14 5.401.500,00 76,95 Penginapan 3.076.500,00 400.000,00 2.676.500,00 87,00 Rata- rata 81,41

Sumber : Data Primer, diolah (2012)

Manfaat yang dirasakan unit usaha dari aliran uang wisatawan dapat dilihat dari pendapatan bersih pemilik unit usaha. Berdasarkan Tabel 23, proporsi

75

pendapatan pemilik unit usaha adalah sebesar 81,41% dari total penerimaan yang diperoleh unit usaha dari pengeluaran wisatawan di kawasan wisata.

Pendapatan unit usaha diperoleh setelah penerimaan unit usaha dialokasikan untuk biaya-biaya pengelolaan. Pendapatan unit usaha ini merupakan dampak langsung dari kegiatan wisata di Situs Megalitik Gunung Padang. Perhitungan dampak langsung dari kegiatan wisata di Situs Megalitik Gunung Padang dapat dilihat pada Tabel 24 dan datanya dapat dilihat pada Lampiran 9.

Tabel 24. Dampak Ekonomi Langsung

Jenis Unit Usaha

Penerimaan Per Bulan (Rp) Proporsi Pendapatan Pemilik (%) Pendapatan Per Bulan (Rp) Jumlah Unit Usaha Pendapatan Total Unit Usaha (e) = (c)x(d) (a) (b) (c) = (a)x(b) (d) Kios makanan 3.970.029,41 75,33 2.990.623,16 17 50.840.593,65 Toilet umum 1.805.250,00 88,92 1.605.228,30 4 6.420.913,20 Pedagang asongan 2.126.500,00 78,84 1.676.532,60 2 3.353.065,20 Warung tenda 7.019.357,14 76,95 5.401.395,32 7 37.809.767,25 Penginapan 3.076.500,00 87,00 2.676.555,00 2 5.353.110,00

Total (Dampak Ekonomi Langsung) 103.777.449,30

Sumber: Data Primer, diolah (2012)

Dampak ekonomi langsung dari kegiatan wisata di Situs Megalitik Gunung Padang diperoleh dari pendapatan total unit usaha. Berdasarkan Tabel

24, dapat dilihat dampak ekonomi langsung di Situs Megalitik Gunung Padang

adalah sebesar Rp 103.777.449,30.

8.4.2 Dampak Ekonomi Tidak Langsung (Indirect Effect)

Aliran uang pengunjung dari kegiatan wisata di Situs Megalitik Gunung Padang secara langsung menjadi penerimaan unit usaha. Unit usaha kemudian mengeluarkan biaya untuk menjalankan kembali usahanya, terdiri dari biaya gaji tenaga kerja lokal, bahan baku, transportasi, sewa, dan pemeliharaan alat (maintenance). Pengeluaran unit usaha Situs Megalitik Gunung Padang dapat dilihat pada Tabel 25 dan datanya dapat dilihat pada Lampiran 9.

76 Tabel 25. Pengeluaran Unit Usaha Situs Megalitik Gunung Padang Pada

Tahun 2012

Keterangan

Jenis Unit Usaha Kios makanan Toilet Umum Pedagang Asongan Warung Tenda Penginapan

Jumlah Unit Usaha (a) 17 4 2 7 2

Pengeluaran di kawasan wisata (Rp) (b)

Biaya sewa 0,00 0,00 0,00 17.857,14 0,00

Biaya bahan baku 0,00 12.500,00 400.000,00 0,00 400.000,00

Biaya maintenance 0,00 12.500,00 0,00 50.000,00 0,00

Jumlah 0,00 25.000,00 400.000,00 67.857,14 400.000,00

Total (c = a x b) 0,00 100.000,00 800.000,00 474.999,98 800.000,00 Pengeluaran di luar

kawasan wisata (Rp) (d)

Biaya bahan baku 847.058,82 0,00 0,00 1.385.714,29 0,00

Biaya transportasi 50.000,00 0,00 50.000,00 164.285,71 0,00

Jumlah 897.058,82 0,00 50.000,00 1.550.000,00 0,00

Total (e = a x d) 15.250.000,00 0,00 100.000,00 10.850.000,00 0,00 Sumber: Data Primer, diolah (2012)

Berdasarkan Tabel 25, biaya yang dikeluarkan unit usaha Situs Megalitik Gunung Padang di kawasan wisata jumlahnya kecil dibandingkan dengan pengeluaran unit usaha di luar kawasan wisata. Hal tersebut disebabkan pengeluaran unit usaha kios makanan dan warung tenda untuk biaya bahan baku di luar kawasan wisata sangat besar, karena di sekitar kawasan wisata tidak terdapat supplier bahan baku berskala besar yang dibutuhkan oleh kedua unit usaha tersebut. Oleh karena itu, unit usaha tersebut harus membeli bahan baku di luar kawasan wisata Situs Megalitik Gunung Padang.

Unit usaha di Situs Megalitik Gunung Padang juga mengeluarkan biaya untuk gaji tenaga kerja lokal. Biaya gaji tenaga kerja lokal yang dikeluarkan unit usaha akan memberikan dampak terhadap pendapatan tenaga kerja lokal. Oleh karena itu, dampak ekonomi tidak langsung di Situs Megalitik Gunung Padang juga diestimasi berdasarkan pendapatan tenaga kerja lokal.

Rata-rata pendapatan tenaga kerja lokal di Situs Megalitik Gunung Padang adalah Rp 1.119.697,00 per bulan (Lampiran 10). Rata-rata pendapatan tenaga kerja tersebut lebih tinggi dari pada Upah Minimum Regional (UMR) Kabupaten

77

Cianjur yang sebesar Rp 876.500,00. Dampak ekonomi tidak langsung dari kegiatan wisata di Situs Megalitik Gunung Padang dapat dilihat pada Tabel 26 dan data pendapatan tenaga kerja lokal dapat dilihat pada Lampiran 10.

Tabel 26. Dampak Ekonomi Tidak Langsung

Jenis Unit Usaha

Jumlah Tenaga Kerja Pendapatan Tenaga Kerja (Rp) Total Pendapatan Tenaga Kerja (Rp) Pengeluaran Unit Usaha di Kawasan Wisata (Rp) Dampak Ekonomi Tidak Langsung (Rp) (a) (b) (c = a x b) (d) (e = c+d) 1. Pengelola wisata - Juru pelihara 10 1.720.000,00 17.200.000,00 0,00 17.200.000,00 - P. parkir 6 933.333,00 5.600.000,00 0,00 5.600.000,00 - P. kebersihan 5 860.000,00 4.300.000,00 0,00 4.300.000,00 - Ojeg 4 950.000,00 3.800.000,00 0,00 3.800.000,00 - P. keamanan 5 790.000,00 3.950.000,00 0,00 3.950.000,00 2. Toilet umum 1 700.000,00 700.000,00 100.000,00 800.000,00 3. Kios makanan 2 700.000,00 1.400.000,00 0,00 1.400.000,00 4. P. asongan 0 0,00 0,00 800.000,00 800.000,00 5. Penginapan 0 0,00 0,00 475.000,00 475.000,00 6. Warung tenda 0 0,00 0,00 800.000,00 800.000,00 Total 39.124.998,00

Sumber: Data Primer, diolah (2012)

Dampak ekonomi tidak langsung di Situs Megalitik Gunung Padang diestimasi berdasarkan pendapatan tenaga kerja lokal dan pengeluaran unit usaha di kawasan wisata Situs Megalitik Gunung Padang. Berdasarkan Tabel 26, dampak ekonomi tidak langsung dari kegiatan wisata di Situs Megalitik Gunung Padang adalah sebesar Rp 39.124.998,00 per bulan.

8.4.3 Dampak Ekonomi Lanjutan (Induced Effect)

Tenaga kerja lokal yang bekerja pada sektor wisata di Situs Megalitik Gunung Padang akan membelanjakan pendapatannya. Belanja tenaga kerja lokal dilakukan di kawasan maupun di luar kawasan wisata. Pengeluaran tenaga kerja lokal di kawasan wisata akan memberikan dampak positif terhadap perekonomian masyarakat sekitar. Proporsi pengeluaran tenaga kerja lokal disajikan dalam

Tabel 27 dan data pengeluaran tenaga kerja lokal lebih lanjut dapat dilihat pada Lampiran 11.

78 Tabel 27. Proporsi Pengeluaran Tenaga Kerja Lokal Situs Megalitik Gunung

Padang Pada Tahun 2012

Tenaga Kerja

Pengeluaran di kawasan Pengeluaran di luar kawasan Biaya konsumsi (%) Biaya transportasi (%) Biaya sekolah anak (%) Total Biaya listrik (%) Total Jupel 53,96 14,10 27,71 95,77 4,23 4,23 P. parkir 54,40 17,23 22,67 94,29 5,71 5,71 P. kebersihan 48,56 31,50 15,75 95,80 4,20 4,20 Ojeg 38,65 12,88 43,48 95,01 4,99 4,99 P. keamanan 48,90 27,98 17,67 94,55 5,45 5,45 P. toilet umum 69,77 23,26 0,00 93,02 6,98 6,98 P. kios makanan 43,64 18,18 32,73 94,55 5,45 5,45 Rata-rata 51,13 20,73 22,86 5,29 Total 94,72 5,29

Sumber: Data Primer, diolah (2012)

Berdasarkan Tabel 27, sebesar 51,13% pengeluaran tenaga kerja lokal SMGP dialokasikan untuk kebutuhan konsumsi, sedangkan persentase keseluruhan pengeluaran tenaga kerja di tingkat lokal adalah 94,72%. Pengeluaran tersebut terdiri dari biaya konsumsi, transportasi, dan sekolah anak. Pengeluaran tenaga kerja di tingkat lokal merupakan dampak ekonomi lanjutan dari kegiatan wisata di Situs Megalitik Gunung Padang. Perhitungan dampak ekonomi lanjutan di Situs Megalitik Gunung Padang dapat dilihat pada Tabel 28.

Tabel 28. Dampak Ekonomi Lanjutan

Tenaga Kerja (TK) Jumlah TK Pengeluaran TK (Rp) Proporsi Pengeluaran di Kawasan Wisata(%) Dampak Ekonomi Lanjutan (Rp) (a) (b) (c) (d) = (a)x(b)x(c) Juru pelihara 10 1.028.500,00 95,77 9.850.000,00 P. parkir 6 919.166,67 94,29 5.200.000,00 P. kebersihan 5 762.000,00 95,80 3.650.000,00 Ojeg 4 776.250,00 95,01 2.950.000,00 P. keamanan 5 679.000,00 94,55 3.210.000,00 P. toilet umum 1 430.000,00 93,02 400.000,00 P. kios makanan 2 687.500,00 94,55 1.300.000,00 Total 26.560.000,00

Sumber: Data Primer, diolah (2012)

Dampak ekonomi lanjutan dapat diestimasi dari pengeluaran total tenaga kerja lokal per bulan dengan memperhitungkan proporsi pengeluaran tenaga kerja

79

di tingkat lokal. Berdasarkan Tabel 28, dampak ekonomi lanjutan dari kegiatan wisata di Situs Megalitik Gunung Padang adalah Rp 26.560.000,00 per bulan.

8.4.4 Nilai Efek Pengganda (Multiplier Effect)

Nilai efek pengganda digunakan untuk mengukur dampak dari pengeluaran pengunjung terhadap perekonomian lokal. Efek pengganda dapat diestimasi dari pengeluaran pengunjung selama melakukan kegiatan wisata di Situs Megalitik Gunung Padang. Terdapat tiga ukuran dalam mengukur dampak ekonomi wisata di tingkat lokal, yaitu (1) Keynesian local income multiplier merupakan nilai yang menunjukkan pengaruh dari pengeluaran pengunjung terhadap pendapatan masyarakat lokal, (2) ratio income multiplier tipe I, yaitu nilai yang diperoleh dari dampak langsung dari pengeluaran pengunjung, dan (3) ratio income multiplier tipe II, yaitu nilai yang diperoleh dari dampak lanjutan. Nilai Efek Pengganda berdasarkan ketiga ukuran tersebut disajikan pada Tabel 29 dan keterangan lebih lanjut dapat dilihat pada Lampiran 12.

Tabel 29. Nilai Efek Pengganda dari Arus Uang yang Terjadi di Situs Megalitik Gunung Padang Pada Tahun 2012

Multiplier Nilai

Keynesian Income Multiplier 1,58

Ratio Income Multiplier Tipe I 1,38

Ratio Income Multiplier Tipe II 1,63

Sumber: Data Primer, diolah (2012)

Nilai multiplier effect berdasarkan ketiga ukuran tersebut, diperoleh dengan menggunakan persamaan (5), ( 6), dan (7) yang telah diuraikan pada bab IV. Berdasarkan Tabel 29, Keynesian Income Multiplier adalah sebesar 1,58, artinya setiap peningkatan pengeluaran pengunjung sebesar 1.000 rupiah berdampak terhadap perekonomian lokal sebesar 1.580 rupiah. Nilai Ratio Income Multiplier Tipe I adalah sebesar 1,38, artinya setiap peningkatan 1.000 rupiah

80

pada penerimaan unit usaha akan meningkatkan pendapatan pemilik usaha dan tenaga kerja sebesar 1.380 rupiah. Nilai Ratio Income Multiplier Tipe II sebesar 1,63, artinya setiap peningkatan 1000 rupiah pada penerimaan unit usaha akan mengakibatkan peningkatan pendapatan pemilik usaha, tenaga kerja, dan pengeluaran konsumsi tenaga kerja sebesar 1.630 rupiah, dimana hal tersebut akan berdampak pada perekonomian lokal. Menurut META (2001) apabila nilai Keynesian Income Multiplier lebih besar dari satu, maka suatu kawasan wisata memiliki nilai dampak ekonomi yang besar. Nilai Keynesian Income Multiplier di SMGP adalah sebesar 1,58, sehingga dapat disimpulkan bahwa dampak ekonomi wisata terhadap masyarakat sekitar yang terjadi di kawasan wisata tersebut adalah besar.

Pengembangan kawasan wisata SMGP memberikan dampak positif terhadap perekonomian masyarakat setempat. Nilai multiplier dapat ditingkatkan dengan cara memfasilitasi masyarakat sekitar untuk membuka unit usaha, misalnya dengan melakukan penyuluhan, sehingga akan menyerap lebih banyak tenaga kerja lokal. Pengembangan kawasan wisata yang optimal juga perlu dilakukan dengan tetap memperhatikan kelestarian benda peninggalan purbakala. Hal tersebut dapat dicapai dengan cara penataan manajemen kawasan dan segmentasi pasar yang tepat, sehingga dapat diarahkan ke wisata minat khusus. Selanjutnya proporsi pengeluaran pengunjung di kawasan wisata pun akan meningkat dan berpengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap masyarakat sekitar.

81

IX. ESTIMASI TARIF MASUK KAWASAN WISATA SITUS

Dokumen terkait