• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PELAKSANAAN KEGIATAN

F. KEARSIPAN

Untuk menunjang kegiatan operasional karantina dan administrasi di Unit Pelaksana Teknis Balai Karantina Pertanian Kelas II Tarakan, kegiatan kearsipan dilakukan setiap saat sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) yang berlaku. Selama tahun 2015 kegiatan kearsipan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Kegiatan surat menyurat yang meliputi :

a. Surat Masuk

Selama tahun 2015, Balai Karantina Pertanian Kelas II Tarakan menerima surat (surat masuk) sebanyak 1.310 surat.

b. Surat Keluar

Selama tahun 2015, Balai Karantina Pertanian Kelas II Tarakan mengirim surat (surat keluar) sebanyak 1.114 surat.

2. Membuat Buku Pedoman Kearsipan yang meliputi Tata Naskah Dinas, Klasifikasi Arsip, Jadwal Retensi Arsip, dan Alur Pemindahan Arsip. Buku Pedoman Kearsipan ini disusun sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian yang berlaku.

BAB III

PERMASALAHAN

Permasalahan yang dihadapi dalam melaksanakan kegiatan operasional, baik karantina hewan, karantina tumbuhan, dan ketatausahaan di Balai Karantina Pertanian Kelas II Tarakan antara lain :

A. ASPEK SUMBER DAYA MANUSIA

1. Jumlah medik veteriner dan paramedik veteriner yang ada masih kurang sehingga di beberapa wilker kekurangan petugas (wilker malundung, wilker berau, wilker nunukan) bahkan belum ada petugasnya (wilker tanjung selor dan wilker sebatik) disamping itu belum ada petugas yang khusus ditempatkan di laboratorium;

2. Kualitas petugas masih perlu ditingkatkan baik dari sisi kedisiplinan kerja, pemahaman terhadap peraturan perkarantinaan hewan/tumbuhan maupun teknik/skill dalam melakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium;

3. Jumlah pegawai belum sebanding dengan beban kerja yang ada sehingga petugas fungsional di lapangan merangkap menjadi petugas laboratorium. Hal ini berdampak terhadap output

4. Jumlah tenaga teknis fungsional KH dan KT belum mencukupi untuk dapat melakukan tindakan karantina secara optimal di seluruh wilayah kerja yang ada. Pejabat fungsional medik veteriner dan paramedik veteriner serta POPT ahli dan terampil masih sangat terbatas untuk dapat melakukan efisiensi pengawasan di wilker dengan geografi kepulauan dan spesifik perbatasan negara;

5. Masih adanya resistensi dan komitmen yang rendah dari beberapa pegawai dalam mendorong reformasi birokrasi dan kemajuan perkarantinaan di lingkup Balai Karantina Pertanian Kelas II Tarakan;

6. Masih rendahnya kompetensi pegawai yang dapat menunjang kinerja dan tugas-tugas yang diembannya sehingga diperlukan banyak pelatihan-pelatihan yang fokus terhadap peningkatan kompetensi pegawai baik dalam hal keteknisan maupun administrasi;

7. Sebagai UPT di wilayah perbatasan dibutuhkan SDM tangguh, kenyataannya tanpa menyinggung isu gender banyak SDM yang dikirim adalah wanita, dimana tantangan dan permasalahan yang dihadapi sangat berat terutama di daerah perbatasan yang sangat rawan penyelundupan/pemasukan komoditas karantina pertanian secara illegal.

B. ASPEK PERATURAN

1. Belum ada peraturan yang mengatur pemasukan dan pengeluaran

media pembawa hama dan penyakit hewan karantina untuk daerah perbatasan baik yang termasuk bawaan penumpang maupun komoditas perdagangan dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat perbatasan;

2. Wilayah kerja BKP Kelas II Tarakan memiliki garis pantai dan sungai yang panjang dimana banyak terdapat pelabuhan tradisional yang dapat disinggahi kapal-kapal kecil yang terkadang menjadi tempat pemasukan/pengeluaran komoditi wajib periksa karantina. Kultur sosial budaya masyarakat setempat dimana mayoritas adalah nelayan menunjang terjadinya hal tersebut sehingga menyulitkan pengawasan masuk dan keluarnya media pembawa HPHK dan OPTK;

3. Rendahnya pemahaman masyarakat terhadap peraturan perkarantinaan diindikasikan dengan masih terjadinya pelanggaran peraturan karantina oleh masyarakat. Disamping itu masyarakat kurang mengerti arti pentingnya lembaga karantina yang sebagian masih menganggap karantina merupakan penghambat (barrier) arus lalu lintas barang bukan sebagai penyaring (filter).

Peraturan perkarantinaan belum sepenuhnya dapat dilaksanakan secara optimal di lapangan disebabkan :

a. Berpotensi terjadinya kerawanan sosial, ekonomi, dan budaya

b. Sebagai sumber utama mata pencaharian dan ekonomi masyarakat di wilayah perbatasan yang sudah lama dan secara turun temurun telah melakukan perdagangan secara tradisional;

c. Adanya aturan Border Trade Agreement (BTA) terhadap barang bawaan penumpang dan ABK di wilayah perbatasan

Biaya Uji Pangan Segar Asal Tumbuhan (PSAT) terhadap residu pestisida dan logam berat terlalu mahal, sehingga sulit untuk dibebankan kepada masyarakat pedagang tradisional;

4. Balai Karantina Pertanian Kelas II Tarakan terletak di perbatasan Indonesia dengan Malaysia (Sabah). Kondisi sosial ekonomi penduduk di perbatasan tidak dapat dipisahkan dengan penduduk Malaysia. Sejak dahulu telah terjadi perdagangan tradisional antara kedua penduduk di daerah perbatasan Indonesia (Nunukan dan Tarakan) dengan penduduk Malaysia. Peraturan karantina sampai saat ini masih mewajibkan adanya surat persetujuan pemasukan (SPP) dari pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Pertanian dan Menteri Perdagangan meskipun untuk barang tentengan. Ketentuan ini menyulitkan pelaksanaan tindak karantina untuk komoditas impor, hal yang sama untuk komoditi ekspor.

C. ASPEK KOORDINASI

1. Belum terbangunnya koordinasi dengan lembaga yang membidangi

fungsi karantina pertanian di negara bagian Sabah, Malaysia.

2. Belum adanya Surat Keputusan Walikota/Bupati dalam lingkup wilayah kerja Balai Karantina Pertanian Kelas II Tarakan yang mengakomodir koordinasi bersama dalam pengawasan/pencegahan pemasukan Media Pembawa HPHK/OPTK yang ilegal dari negara Malaysia.

3. Belum terbangun koordinasi yang baik terhadap pemerintah daerah, POLRI dan TNI yang ada di wilayah Krayan dan sekitarnya (wilayah Kabupaten Nunukan) yang berbatasan langsung dengan negara Malaysia yang disebabkan karena akses transportasi yang sulit dan keterbatasan anggaran yang ada.

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Kegiatan operasional karantina hewan untuk ekspor dan impor selama tahun 2015 tidak ada.

2. Kegiatan operasional karantina hewan domestik masuk selama tahun 2015 sebanyak 8.463.884 ekor/kg dengan frekuensi sebanyak 2.544 kali, sedangkan untuk domestik keluar sebanyak 41.189 ekor/kg dengan frekuensi sebanyak 5.835 kali.

3. Penggunaan Sertifikat Kesehatan Hewan (KH-9) selama tahun 2015 sebanyak 5.333 lembar, Sertifikat Sanitasi Produk Hewan (KH-10) sebanyak 499 lembar, Sertifikat Keterangan Benda Lain (KH-11) sebanyak 7 lembar dan penggunaan Sertifikat Pelepasan Karantina Hewan (KH-12) sebanyak 2551 lembar. Sisa sertifikat pada akhir tahun 2015 untuk Sertifikat Kesehatan Hewan (KH-9) sebanyak 1.643 lembar, Sertifikat Sanitasi Produk Hewan (KH-10) sebanyak 2006 lembar, Surat Keterangan untuk Benda Lain sebanyak 218 lembar dan Sertifikat Pelepasan Karantina Hewan (KH-12) sebanyak 1.689 lembar.

4. Tidak ada pelaksanaan pemeriksaan tindakan karantina tumbuhan terhadap media pembawa komoditas Impor selama tahun 2015 berdasarkan golongan media pembawa, baik berupa benih/bibit tanaman, hasil tanaman hidup dan hasil tanaman mati yang telah diolah maupun belum diolah.

5. Ekspor komoditas pertanian dari Balai Karantina Pertanian Kelas II Tarakan Tahun 2015 berdasarkan jenis golongan media pembawa benih/bibit tanaman mengalami kenaikan, dimana pada tahun 2014 terdapat ekspor benih/bibit tanaman sebanyak 4 batang, sementara pada tahun 2015 terdapat ekspor benih/bibit tanaman sebanyak 13 batang. Pemeriksaan hasil tanaman hidup berjumlah 143.969 Kg mengalami peningkatan volume sebesar 70,08% dari tahun 2014 dengan volume 43.065 Kg. Pemeriksaan hasil tanaman mati berdasarkan volume satuan (Kg) berjumlah 523.555 Kg mengalami peningkatan volume sejumlah 523.521,47 Kg atau 15 Kali dari tahun 2014 yang berjumlah 33,53 Kg. Sedangkan berdasarkan volume satuan (M3) berjumlah 11.143,8111 M3 mengalami penurunan sejumlah 152.139,93 M3 atau 93,10% dari tahun 2014 yang berjumlah 163.283,75 M3.

6. Kegiatan tindakan karantina tumbuhan antar area yang masuk berdasarkan jenis golongan media pembawa benih/bibit tanaman dalam bentuk batang tahun 2015 berjumlah 248.773 batang

mengalami penurunan sebesar 36% dari tahun 2014 dengan jumlah 388.940 batang. Sedangkan dalam bentuk satuan kilogram (Kg) pada tahun 2015 berjumlah 40.473 Kg mengalami kenaikan sebesar 4,4% dari tahun 2014 yang berjumlah 38.734,04 Kg. Pemeriksaan hasil tanaman hidup tahun 2015 berjumlah 250 btg, mengalami penurunan sebesar 690% dengan tahun 2014 sebesar 1975 Btg, sedangkan untuk hasil tanaman hidup dengan satuan kg pada tahun 2015 sejumlah 1.631.260 Kg, mengalami peningkatan sebesar 4,3%

dari tahun 2014 dengan jumlah 1.563.058 Kg. Sedangkan pemeriksaan hasil tanaman mati tahun 2015 berjumlah 2.819.172 Kg mengalami penurunan sebesar 70,7% dari tahun 2014 dengan jumlah 9.641.554 Kg.

7. Kegiatan tindakan karantina tumbuhan antar area yang keluar tahun 2014 berdasarkan berdasarkan jenis golongan media pembawa untuk benih/bibit tanaman berjumlah 83.537 batang, mengalami peningkatan sebesar 208,14% dari tahun 2014 dengan jumlah 27.110 batang. Dalam bentuk satuan volume Kilogram (Kg) pada tahun 2015 sebesar 126 Kg mengalami peningkatan sebesar 319,65% dari tahun 2014 yang berjumlah 30,025 Kg. Pemeriksaan hasil tanaman hidup pada tahun 2015 berjumlah 30.547 Kg mengalami peningkatan sebesar 52,55% dari tahun 2014 yang berjumlah 20.023 Kg. Tahun 2015 tidak terdapat pengeluaran media pembawa dalam bentuk batang, sedangkan pada tahun 2014 juga

tidak ada pengeluaran MP dalam bentuk Batang. Pemeriksaan hasil tanaman mati yang berjumlah 647.350 Kg pada tahun 2015 mengalami penurunan sebesar 27,95% dari tahun 2014 yang berjumlah 898.505 Kg.

8. Total anggaran Balai Karantina Pertanian Kelas II Tarakan tahun 2015 berdasarkan DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran) Petikan Nomor : DIPA-018.12.2.237970/2015 tanggal 14 Nopember 2014 adalah sebesar Rp.9.826.938.000,- dengan rincian realisasi :

a. Belanja Pegawai Rp.2.469.231.968,- (94,35%) dari total pagu Rp.2.616.986.000,-.

b. Belanja Barang Rp.1.978.331.213,- (95,96%) dari total pagu Rp.2.061.670.000,-.

c. Belanja Jasa Rp.520.946.306,- (91,88%) dari total pagu Rp.567.000.000,-.

d. Belanja Pemeliharaan Rp.974.840.259,- (99,95%) dari total pagu Rp.975.322.000,-.

e. Belanja Perjalanan Dinas Rp.1.411.342.556,- (99,5%) dari total pagu Rp.1.418.320.000,-.

f. Belanja Modal Peralatan dan Mesin Rp.486.829.750,- (99,99%) dari total pagu Rp.486.840.000,-.

g. Belanja Modal Gedung/Bangunan Rp.1.614.584.500,- (99,80%) dari total Rp.1.615.800.000,-.

Sehingga penyerapan anggaran selama tahun 2015 dengan total realisasi adalah Rp.9.741.938.000,- (97,06%), dimana realisasi anggaran ini belum termasuk realisasi dari PNBP.

9. Selama tahun 2014, rincian realisasi PNBP pada Balai Karantina Pertanian Kelas II Tarakan adalah:

a. Belanja Barang Rp.15.090.000,- (96,11%) dari total pagu Rp.15.700.000,-.

b. Belanja Perjalanan Dinas Rp. 61.840.400,- (89,24%) dari total pagu Rp.69.300.000,-.

Sehingga penyerapan anggaran PNBP selama tahun 2015 dengan total realisasi PNBP adalah Rp. 76.930.400,- (90,5%).

Sedangkan target penerimaan PNBP tahun 2015 adalah Rp.170.000.000,- dengan realisasi penerimaan PNBP adalah

Rp.195.876.615,- (115,22%).

10. Secara keseluruhan penyerapan anggaran Balai Karantina Pertanian Kelas II Tarakan Tahun Anggaran 2015 dengan total realisasi mencapai Rp.9.533.036.952,- (97%).

11. Jumlah pegawai Balai Karantina Pertanian Kelas II Tarakan hingga akhir tahun 2015 adalah 45 (empat puluh lima) pegawai, dengan status kepegawaian 44 PNS dan 1 CPNS.

B. SARAN

Dari kesimpulan yang diperoleh dari laporan tahunan ini maka untuk meningkatkan kegiatan perkarantinaan baik di Balai Karantina Pertanian Kelas II Tarakan maupun di wilayah kerja, disarankan sebagai berikut :

1. Dalam rangka mengoptimalkan tugas pokok dan fungsi Balai Karantina Pertanian Kelas II Tarakan agar Kementerian Pertanian dapat menambah jumlah petugas teknis dan administrasi.

2. Penempatan petugas Laboratorium yang permanen berdasarkan kompetensi yang dimiliki serta penyediaan sarana/prasana yang sesuai dengan Klasifikasi/Kelas Laboratorium.

3. Peningkatan kompetensi petugas melalui pelatihan teknis, Laboratorium maupun administrasi yang tepat dan diimplementasikan secara kontinyu.

4. Memberdayakan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS), Intelijen Karantina, dan meningkatkan kegiatan koordinasi dengan instansi terkait demi peningkatan pengawasan komoditas perkarantinaan

5. Menyebarluaskan informasi perkarantinaan dengan metode yang tepat agar meningkatkan peran serta masyarakat dalam mendukung operasional karantina pertanian.

6. Perlunya payung hukum yang mengatur tentang Lalu Lintas komoditas Pertanian di daerah perbatasan.

7. Penerapan Reward dan Punishment secara tegas sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 dan Permentan Nomor 45/Permentan/OT.140/4/2014

8. Penguatan infrastruktur/sarana/prasarana untuk menunjang kegiatan administrasi dan kegiatan teknis.

9. Melakukan pembuatan peta daerah sebar OPT/OPTK di wilayah kota Tarakan dalam pelaksanaan kegiatan pemantauan, guna efektifitas pengawasan media pembawa di pintu-pintu pemasukan/

pengeluaran.

10. Meningkatkan kedisiplinan dalam Rencana Penarikan dan Pertanggungjawaban Anggaran agar tidak terjadi penumpukan pertanggungjawaban di akhir tahun.

11. Meminimalisir terjadinya Revisi Petunjuk Operasional Kegiatan (POK) dan kalau pun harus revisi dapat dijadwalkan pada Semester I Tahun Anggaran berjalan agar kegiatan perkarantinaan dapat berjalan secara efektif dan efisien.

Tentunya masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan ini, maka diharapkan berbagai masukan yang akan sangat berharga untuk perbaikan dan penyempurnaan lebih lanjut. Kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan Laporan Tahunan Balai Karantina Pertanian Kelas II Tarakan Tahun 2015 diucapkan terima kasih serta penghargaan yang setinggi-tingginya.

LAMPIRAN

Dokumen terkait