• Tidak ada hasil yang ditemukan

4 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

4.3 Kebijakan Pembangunan Pemerintah Daerah

4.3.1 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Batang Tahun 2012-2017

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Batang tahun 2012-2017 telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2012. Visi dalam RPJMD Kabupaten Batang yaitu: “Terwujudnya pemerintahan yang bersih, efektif, efisien dan profesional, untuk penguatan ekonomi daerah, dan pencapaian kesejahteraan masyarakat Batang.”

Visi ini mengandung pengertian bahwa pemerintahan kabupaten harus bisa bekerja secara efektif, bersih dan profesional sehingga dapat memperkuat perekonomian daerah dan mewujudkan masyarakat Kabupaten Batang yang sejahtera.

Untuk mewujudkan visi tersebut, terdapat misi yang akan dilakukan pemerintah. Rumusan misi dalam rancangan dokumen RPJMD ini sebagai penjabaran atas visi, yaitu :

1. Mengembangkan penataan dan pembinaan birokrasi di semua tingkatan demi terciptanya pemerintahan yang baik, bersih dan berpelayanan publik yang prima.

2. Menciptakan iklim investasi yang baik dan mendukung usaha pengembangan ekonomi yang berorientasi pada peningakatan lapangan kerja yang luas bagi masyarakat dan peningkatan pendapatan daerah.

3. Meningkatkan pembangunan infrastruktur untuk menunjang peningkatan ekonomi daerah dan terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat.

4. Meningkatkan kualitas sumber daya masyarakat supaya dapat berpartisipasi aktif dalam pembangunan.

4.3.2 Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Batang

Dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang maka seluruh peraturan dibidang tata ruang harus mengacu pada undang-undang tersebut. Pada tahun 2009 Kabupaten Batang menyusun Review RTRW dan ditetapkan menjadi Peraturan Daerah Kabupaten Batang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kabupaten Batang Tahun 2011-2031 yang mengacu Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Jawa Tengah tahun 2009-2029.

4.3.2.1 Tujuan dan Kebijakan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Batang

Tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Batang adalah untuk mewujudkan ruang wilayah kabupaten yang memiliki daya tarik bagi investasi khususnya bidang industri yang bertumpu pada sektor pertanian dengan tetap memperhatikan kondisi lingkungan yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan.

Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten adalah arahan pengembangan wilayah yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Batang guna mencapai tujuan penataan ruang wilayah kabupaten dalam kurun waktu 20 tahun. Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten yang disusun dalam rangka mencapai tujuan penataan ruang wilayah kabupaten, meliputi:

a. Kebijakan Pengembangan Struktur Ruang Wilayah Kabupaten; b. Kebijakan Pengembangan Pola Ruang Wilayah Kabupaten; c. Kebijakan Penetapan Kawasan Strategis Daerah.

Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten yang disusun dalam rangka mencapai tujuan penataan ruang wilayah kabupaten, yang mencakup kebijakan tersebut di atas adalah sebagai berikut :

1. Pengembangan sistem perkotaan untuk peningkatan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah dan pelayanan perkotaan yang merata dan berhierarki; 2. Pengembangan sistem perdesaan untuk pengembangan pusat-pusat pelayanan

perdesaan sesuai dengan hierarki dan jangkauan pelayanannya;

3. Pengembangan sistem jaringan prasarana transportasi untuk peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi secara terpadu dan merata ke seluruh wilayah dan mendukung aksesibilitas kawasan- kawasan yang selama ini kurang berkembang;

4. Pengembangan sistem jaringan prasarana energi untuk peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana energi secara terpadu dan merata sesuai dengan pengembangan wilayah serta pengembangan sistem penyediaan energi yang berwawasan lingkungan;

5. Pengembangan sistem jaringan prasarana telekomunikasi untuk peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana telekomunikasi secara terpadu dan merata sesuai dengan pengembangan wilayah;

6. Pengembangan sistem jaringan prasarana sumberdaya air untuk kepentingan irigasi, air minum, industri, perikanan dan pariwisata dengan tetap memperhatikan pelestarian dan keseimbangan ekosistem;

7. Pengembangan prasarana persampahan untuk peningkatan pelayanan pengelolaan persampahan, khususnya kawasan perkotaan dan tempat-tempat strategis;

8. Pengembangan prasarana pengolah limbah untuk pengendalian dan pengelolaan limbah industri dan rumah tangga;

9. Pengembangan prasarana drainase untuk peningkatan fungsi jaringan induk dan jaringan drainase buatan sesuai dengan daya dukung daerah tangkapan airnya;

10. Pengembangan fasilitas sosial untuk peningkatan kuantitas dan kualitas fasilitas sosial serta sesuai dengan jangkauan pelayanannya;

11. Pengembangan kawasan lindung untuk perwujudan dan pemeliharaan kelestarian kawasan hutan lindung;

12. Pengembangan kawasan lindung untuk perwujudan dan pengendalian kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya yang berupa kawasan resapan air;

13. Pengembangan kawasan lindung untuk perwujudan dan pengendalian kawasan lindung setempat yang berupa sempadan sungai dan saluran irigasi, kawasan sekitar mata air;

14. Pengembangan kawasan lindung untuk perwujudan dan pemeliharaan kelestarian kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya;

15. Pengembangan kawasan lindung untuk pengendalian kawasan rawan bencana yang meliputi kawasan rawan tanah longsor;

16. Pengembangan kawasan budidaya untuk perwujudan dan pemanfaatan kawasan peruntukan hutan produksi;

17. Pengembangan kawasan budidaya untuk perwujudan dan pemanfaatan kawasan peruntukan hutan rakyat;

18. Pengembangan kawasan budidaya untuk perwujudan dan pemanfaatan kawasan peruntukan pertanian;

19. Pengembangan kawasan budidaya untuk perwujudan dan pemanfaatan kawasan peruntukan perikanan;

20. Pengembangan kawasan budidaya untuk perwujudan dan pemanfaatan kawasan peruntukan pertambangan;

21. Pengembangan kawasan budidaya untuk perwujudan dan pemanfaatan kawasan peruntukan industri;

22. Pengembangan kawasan budidaya untuk perwujudan dan pemanfaatan kawasan peruntukan pariwisata;

23. Pengembangan kawasan budidaya untuk perwujudan dan pemanfaatan kawasan peruntukan permukiman;

24. Pengembangan kawasan strategis untuk pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam pengembangan perekonomian daerah yang produktif, efisien, dan mampu bersaing;

25. Pengembangan kawasan strategis untuk pendayagunaan sumber daya alam dan teknologi tinggi;

26. Pengembangan kawasan strategis untuk pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup untuk mempertahankan dan meningkatkan keseimbangan ekosistem, melestarikan keanekaragaman hayati, mempertahankan dan meningkatkan fungsi perlindungan kawasan, melestarikan keunikan bentang alam.

4.3.2.2 Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Batang

Rencana struktur ruang wilayah kabupaten memberikan gambaran tentang susunan, sistem pusat kegiatan wilayah kabupaten, hierarki pelayanan, dan pembagian fungsi kota serta kawasan perkotaan dalam memberikan layanan bagi kawasan perdesaan di sekitarnya yang berada dalam wilayah kabupaten, serta perletakan jaringan prasarana wilayah yang menunjang keterkaitannya serta memberikan layanan bagi fungsi kegiatan yang ada dalam wilayah kabupaten, terutama pada pusat-pusat kegiatan/perkotaan yang ada.

Rencana pengembangan struktur ruang wilayah Kabupaten Batang meliputi: 1. Sistem pusat pelayanan, yang terdiri dari:

a. sistem perkotaan; b. sistem perdesaan.

2. Sistem jaringan prasarana wilayah, meliputi: a. sistem prasarana utama; dan

b. sistem prasarana lainnya.

4.3.2.3 Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Batang

Rencana pola ruang wilayah kabupaten merupakan rencana distribusi peruntukan ruang dalam wilayah kabupaten yang meliputi rencana peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan rencana peruntukan ruang untuk fungsi budidaya.

Kawasan lindung di Kabupaten Batang direncanakan terdiri dari beberapa kategori sebagai berikut:

1. kawasan hutan lindung;

2. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya; 3. kawasan perlindungan setempat;

4. kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya; 5. kawasan rawan bencana alam;

6. kawasan lindung geologi; 7. kawasan lindung lainnya.

Kawasan budidaya adalah kawasan di luar kawasan lindung yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan. Kawasan budidaya di Kabupaten Batang meliputi:

1. kawasan peruntukan hutan produksi; 2. kawasan hutan rakyat;

3. kawasan peruntukan pertanian; 4. kawasan peruntukan perikanan; 5. kawasan peruntukan pertambangan; 6. kawasan peruntukan industri; 7. kawasan peruntukan pariwisata; 8. kawasan peruntukan permukiman;

9. kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan. 4.3.2.4 Penetapan Kawasan Strategis

Kawasan strategis wilayah kabupaten merupakan wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan, karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten terhadap ekonomi, sumber daya alam, teknologi, sosial, budaya dan/atau lingkungan. Penetapan kawasan strategis Kabupaten Batang meliputi:

kawasan strategis untuk kepentingan pertumbuhan ekonomi, kawasan strategis pendayagunaan sumber daya alam dan teknologi tinggi, dan kawasan strategis daya dukung lingkungan hidup. Penetapan kawasan strategis di Kabupaten Batang selengkapnya disajikan dalam Tabel 9.

Tabel 9 Penetapan kawasan strategis di Kabupaten Batang

No Pengelompokan Kawasan

Strategis Rincian dan Lokasi Kawasan Strategis

1. Kawasan Strategis Pertumbuhan Ekonomi

Kawasan Koridor Jl. Anjir-Warungasem (Kec.Batang, Warungasem)

Kawasan Pelabuhan Niaga dan Sekitarnya (Kec. Batang)

Kawasan Pengembangan Pariwisata (Wisata Alam Pagilaran Kecamatan Blado, Wisata Pantai Sigandu

– Ujungnegoro Kecamatan Batang, Kandeman)

Kawasan Peruntukan Industri (Kecamatan Gringsing, Banyuputih, Subah, Tulis dan Kandeman)

Kawasan Peruntukan Industri Kelautan (Celong/Plabuhan Kecamatan Banyuputih)

2. Kawasan Strategis Pendayagunaan Sumber Daya Alam dan Teknologi Tinggi

Kawasan Peruntukan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (Ujungnegoro Kec. Kandeman)

3. Kawasan Strategis Daya Dukung Lingkungan

Hutan Lindung/Kawasan Dataran Tinggi Dieng (Kec. Wonotunggal, Bandar, Blado, Reban dan Bawang)

Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) Sumber: Dokumen RTRW Kabupaten Batang 2011-2031

4.3.3 Rencana Strategis Wilayah Pesisir (RSWP) Kabupaten Batang

Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Pemerintah Kabupaten Batang telah menyusun dokumen rencana yang pertama yakni Rencana Strategis Wilayah Pesisir (RSWP) dan telah ditetapkan melalui Peraturan Bupati Nomor 16 Tahun 2011. Rencana strategis wilayah pesisir disusun sebagai dokumen yang dinamis untuk jangka waktu perencanaan dua puluh tahun, yaitu dimulai tahun 2011 sampai 2030. Penyusunan dokumen rencana strategis wilayah pesisir dimaksudkan sebagai panduan bagi semua instansi dan pihak yang terkait dalam pelaksanaan pengelolaan wilayah pesisir Kabupaten Batang.

Visi Rencana Strategis Wilayah Pesisir Kabupaten Batang 2011-2030 adalah: “Pesisir Batang Produktif dan Lestari 2030”. Dalam rangka mewujudkan visi tersebut, maka misi rencana strategis wilayah pesisir Kabupaten Batang adalah :

1. Menjadikan wilayah pesisir sebagai aset yang dikelola secara terpadu. 2. Meningkatkan daya dukung dan pengelolaan kelestarian lingkungan pesisir 3. Meningkatkan produksi dan produktivitas masyarakat pesisir

4. Menumbuhkan perekonomian yang terintegrasi dan ramah lingkungan 5. Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan sumberdaya masyarakat pesisir 6. Meningkatkan pengawasan dan pengendalian terhadap pemanfaatan dan

Dalam dokumen RSWP disebutkan isu strategis pengelolaan wilayah pesisir di Kabupaten Batang antara lain:

1. Egosektoral SKPD

2. Pengembangan industri di daerah hulu dan hilir

3. Partisipasi masyarakat dalam pelestarian lingkungan pesisir 4. Pencemaran perairan, tanah dan udara

5. Sanitasi lingkungan Tempat Pelelangan dan Pengolahan ikan

6. Abrasi, akresi, sedimentasi, rob, banjir, dan penyempitan alur sungai 7. Kerusakan hutan mangrove

8. Industri (Perikanan, PLTU/industri teknologi tinggi, dan sebagainya) di wilayah pesisir

9. Sarana dan prasarana perekonomian di wilayah pesisir 10. Kelembagaan dan sumberdaya masyarakat pesisir 11. Penegakan dan pentaatan hukum di wilayah pesisir 12. Penurunan produksi sumberdaya pesisir