• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

C. Kecenderungan umum dalam perkembangan hukum universal dalam bidang penyidikan korupsi berdasarkan hasil perbandingan

C. Kecenderungan umum dalam perkembangan hukum universal dalam bidang penyidikan korupsi berdasarkan hasil perbandingan

Dari hasil perbandingan tersebut dapat dicermati adanya suatu fenomena tarikan hukum, yaitu bahwa hukum nasional itu mengalami tarikan ke atas oleh pengaruh hukum-hukum internasional dan tarikan hukum lokal dalam alam otonomi daerah. Secara garis besar dapat digambarkan sebagai berikut:

cxxix

Internasional

Ratifikasi

Otonomi Daerahimplementasi dalam perda Gambar 5.Fenomena Tarikan Hukum

Adanya tarikan ke atas pada sistem hukum nasional disebabkan karena pengaruh globalisasi hukum yang terjadi melalui standardisasi hukum, antara lain melalui perjanjian-perjanjian multilateral. Dalam hal ini hukum berusaha untuk melintasi atau membongkar hambatan ruang dan waktu, dengan menisbikan perbedaan system hukum. Sedangkan tarikan ke bawah menimbulkan suatu mikronasionalisme sistem hukum yang ditandai dengan bermunculannya peraturan-peraturan local beserta derivasinya sebagai akibat dibukanya kran otonomi daerah (Adi Sulistiyono dan Muhammad Rustamaji, 2009:101-102).

Pembentukan Undang Nomor 31 tahun 1999 jo Undang-Undang Nomor 20 tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagai dasar hukum dalam memberantas korupsi di Indonesia dan merupakan hukum nasional pada dasarnya tidak terlepas dari adanya suatu fenomena tarikan hukum yakni tarikan ke atas oleh adanya pengaruh anasir-anasir internasional, dalam hal ini sebagai contoh ialah ketentuan mengenai ICAC Ordinance Hongkong yang merupakan hukum internasional dan menjadi dasar ICAC Hongkong dalam menjalankan tugasnya memerangi korupsi. Adanya anasir-anasir internasional yang menyebabkan terjadinya suatu tarikan hukum tersebut kemudian menimbulkan pengaruh amandemen hukum di dalam hukum nasional yaitu dalam otonomi daerah yang terimplementasi dalam peraturan daerah. Munculnya undang-undang anti korupsi tersebut tidak terlepas dari adanya desakan internal dan internasional, yaitu ketika tindak pidana korupsi yang pemberantasannya menjadi suatu fenomena yang sangat krusial baik dari sudut pandang masyarakat internasional maupun nasional. Karena

cxxx

keberadaannya yang sistematik dan meluas sangat merugikan keuangan negara serta pembangunan nasional, sehingga harus diberantas guna mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. Akibat dari adanya tindak pidana korupsi yang terjadi di Indonesia selama ini selain telah merugikan perekonomian negara juga telah menghambat pertumbuhan dan kelangsungan pembangunan nasional yang menuntut efisiensi tinggi serta telah melanggar hak-hak ekonomi dan sosial masyarakat secara luas. Sehingga pentingnya pembentukan undang-undang anti korupsi tersebut ialah untuk menjamin kepastian hukum, menghindari keragaman penafsiran hukum dan memberikan perlindungan terhadap hak-hak sosial dan ekonomi masyarakat serta perlakuan secara adil dalam memberantas tindak pidana korupsi.

Adanya kecenderungan umum terutama dalam perkembangan hukum universal dalam bidang penyidikan korupsi, mengenai efektivitas dari adanya lembaga anti korupsi yaitu ICAC Hongkong dan KPK dalam melakukan pemberantasan korupsi sehingga dapat diambil implikasi positifnya untuk dijadikan bahan kajian bagi perkembangan dalam pemberantasan korupsi ke depannya. Adanya suatu itikad baik politik yang kuat sangat diperlukan untuk menjadi landasan agar kebijakan pemberantasan korupsi mendapatkan legitimasi yang cukup dan efektif. Akan tetapi, political will pada pemerintah Indonesia masih sangat lemah, sebab ketika penegakan hukum atas tindak pidana korupsi yang melibatkan kelompok elit dan nama besar masih sangat sulit dilakukan.

Menurut Pusat Kajian Administrasi Internasional dalam laporan kajiannya pada tahun 2007 mengenai strategi penanganan korupsi di Negara-negara Asia Pasifik, ada beberapa pendekatan yang dapat dilakukan untuk menangani korupsi, yaitu antara lain:

1. Pendekatan carrot and stick yaitu salah satu pendekatan yang memandang penanganan korupsi secara hitam putih. Walaupun sangat kaku dalam implementasi namun seringkali efektif untuk menciptakan ilkim kondusif dalam penegakan disiplin aparatur. Dengan pendekatan

cxxxi

kesejahteraan sebagaimana yang diterapkan di Hongkong, maka aparatur tidak diberi peluang untuk mencari pembenaran atas tindak korupsi yang dilakukan. Adanya pendapatan bersih yang layak diharapkan mampu memberikan garansi perilaku yang positif para aparatur dan menghindari segala bentuk penyimpangan. Pendapatan stick diharapkan akan menimbulkan efek jera yang hebat pada para pelaku korupsi.

2. Kebijakan lain yang menjadi alternatif di luar kebijakan sector ialah menyangkut reformasi birokrasi. Reformasi birokrasi ini tidak bisa hanya sebatas jargon seperti yang selama ini banyak terjadi. Reformasi lebih banyak menjadi wacana di forum-forum terbatas (elitis dan eksklusif) yang tidak berdampak langsung kepada perubahan konkrit. Reformasi birokrasi sangat berpengaruh dalam strategi pemberantasan korupsi karena merupakan fondasi penting dalam penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).

Oleh karena itu, untuk mewujudkan sebuah strategi pemberantasan korupsi yang efektif, dibutuhkan beberapa syarat yaitu:

1. Adanya keinginan politik serta komitmen kuat yang muncul dari kesadaran pribadi.

2. Pemberantasan korupsi dilakukan secara menyeluruh dan seimbang. 3. Dilakukan sesuai dengan kebutuhan, ada target/ sasaran, dan

berkesinambungan.

4. Berdasarkan pada sumber daya dan kapasitas yang tersedia. 5. Bersifat transparan dan bebas dari pengaruh konflik kepentingan.

Adanya political will dan komitmen kuat yang harus dibangun misalnya melalui penyempurnaan peraturan peundangan mengenai anti korupsi yang lebih komprehensif dan mencakup kerjasama kelembagaan yang harmonis dalam mengatasi masalah korupsi. Selain itu adanya kewenangan yang tegas dan jelas yang diberikan oleh suatu lembaga anti korupsi juga menjadi kunci keberhasilan pemberantasan korupsi. Sebab adanya kewenangan yang tumpang tindih antara lembaga penegak hukum

cxxxii

satu dengan yang lainnya, dalam menangani kasus korupsi, akan menyebabkan kurang efektifnya upaya pemberantasan korupsi.

Jika dibandingkan antara KPK dengan ICAC Hongkong dimana ICAC Hongkong lebih menekankan mengenai masalah pencegahan korupsi dibandingkan dengan KPK yang lebih ke arah penindakan, strategi dari ICAC Hongkong ini dinilai lebih efektif dan terbukti mampu menekan pertumbuhan korupsi di Hongkong. Sehingga adanya aspek pencegahan korupsi ini sangat perlu lebih difokuskan secara seimbang dengan aspek penindakan. Upaya pencegahan korupsi dapat dilakukan dengan cara menggalang pendidikan anti korupsi pada generasi muda, adanya sosialisasi mengenai tindak pidana korupsi baik itu melalui media cetak ataupun media elektronik, menumbuhkan kesadaran masyarakat mengenai dampak negatif dari korupsi, dan perbaikan renumerasi pegawai negeri. Sedangkan aspek penindakan yang selama ini telah dilaksanakan oleh KPK harus bisa menimbulkan efek jera baik secara hukum maupun sosial dengan penambahan hukuman yang berat ditambah dengan denda yang jumlahnya setara dengan korupsi yang dilakukan. Selain itu juga mengenai pengembalian terhadap aset negara yang telah dikorupsi.

BAB IV. PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hal-hal yang t elah diuraikan di dalam bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahw a:

1. Ant ara Komisi Pemberant asan Korupsi (KPK) yang ada di Indonesia dengan Independent Commission Against Corrupt ion yang ada di Hongkong m emiliki beberapa persamaan dalam hal pengat uran asas mekanism e pengambilalihan perkara (Takeover M echanism Principles), yakni yang pert ama dilihat dari segi

cxxxiii

hist oris at au sejarah bermulanya usaha penindakan t erhadap korupsi. Kondisi yang dahulu t erjadi di Hongkong sebelum ICAC Hongkong dibent uk yakni sekit ar 36 t ahun yang lalu, diibarat kan sama dengan apa yang t erjadi di Indonesia saat ini dimana korupsi sudah mulai m ew abah t idak hanya dalam inst it usi pem erint ah saja namun juga sudah m erambah ke aparat penegak hukum yakni kepolisian. Unt uk it u adanya pengambilalihan perkara diperlukan supaya sejarah korupsi t idak t erulang lagi karena inst it usi penegak hukum dalam hal ini polisi t idak bert indak memerangi korupsi. Yang kedua, lembaga ant i korupsi t ersebut sama-sama memiliki t ujuan unt uk m embasmi korupsi sampai ke akar-akarnya. Yang ket iga, Baik ICAC Hongkong maupun KPK merupakan lembaga yang bersifat independen yang t idak dapat dicampuri oleh inst it usi hukum lain dan t erpisah dari administ rasi polit ik maupun eksekut if karena langsung bert anggung jaw ab kepada kekuasaan t ert inggi di masing-masing negaranya. Yang keem pat , baik ICAC Hongkong maupun KPK sama-sama memiliki kekuasaan dan kew enangan yang lebih luas jika dibandingkan dengan inst ansi penegak hukum lainnya, sert a mampu m engambilalih suat u perkara korupsi dengan alasan-alasan yang t elah dit et apkan oleh Undang-Undang, dan yang kelima dalam hal st rat egi penanganan perkara korupsi yang dilakukan oleh KPK dan Hongkong ICAC, yait u dengan menggabungkan t iga unsur yait u penindakan, pencegahan dan pendidikan (penggalangan keikut sert aan masyarakat ). Sedangkan adanya perbedaan pengat uran asas mekanisme pengambilalihan perkara dalam penyidikan perkara korupsi ant ara ICAC Hongkong dengan KPK t erlet ak pada beberapa indikat or yang mempengaruhi perbedaan t ersebut , diant aranya dari segi Inst rument perundangan dalam pemberant asan korupsi dimana Inst rum en yang digunakan oleh ICAC Hongkong jauh lebih sederhana dan t idak t erlalu banyak yakni The Independent Commission Against Corrupt ion Ordinance, The Prevent ion of Bribery Ordinance dan Corrupt and Illegal Pract ices Ordinance. Ket iganya m erupakan dasar hukum/ landasan hukum yang sangat kuat dan t erbukt i sangat ef ekt if bagi ICAC Hongkong unt uk melaksanakan t ugasnya dalam membasmi korupsi. Selain it u juga sudah mencakup semua aspek yang ada dalam pemberant asan korupsi. sangat berbeda dengan Inst rumen perundangan yang ada di Indonesia yang sangat banyak namun keberadaannya belum mampu m enjadi landasan hukum yang kuat bagi KPK berkait an dengan t ugasnya dalam pemberant asan korupsi. indikat or lainnya adalah

cxxxiv

alam hal kew enangan dalam pengambilalihan perkara, pihak yang dapat diambil alih dimana ICAC Hongkong m engambil alih semua perkara korupsi yang t elah dilaporkan oleh masyarakat dan lebih m engedepankan kerjasama dengan lembaga penegak hukum lainnya yang ada di Hongkong maupun dengan jaringan Int ernasional. Selain it u, indikat or lainnya ialah dalam hal kew enangan t erhadap perkara yang diambil alih, bat asan kew enangannya, pola pert anggungjaw aban dan pola kerja/ susunan organisasi sert a indikat or dan gambaran kinerja dalam pem berant asan korupsi.

2. Penyebab adanya persamaan dan perbedaan m engenai pengat uran asas m ekanism e pengambilalihan perkara ant ara KPK dengan ICAC Hongkong t idak t erlepas dari t iga hal mendasar yang secara sinyalem ent dapat diperkirakan yait u kondisi luas wilayah, keadaan masyarakat , sert a lamanya pembent ukan lem baga ant i korupsi.

3. Dari hasil perbandingan t ersebut dapat dicermat i adanya suat u f enomena t arikan hukum, yait u bahw a hukum nasional it u m engalami t arikan ke at as oleh pengaruh hukum-hukum int ernasional dan t arikan hukum lokal dalam alam ot onomi daerah. Perbandingan t ersebut juga m enimbulkan kecenderungan umum t erut ama dalam perkembangan hukum universal dalam bidang penyidikan korupsi, yakni adanya implikasi posit if dan negat if dari efekt ivit as dari adanya lem baga ant i korupsi t ersebut , yang diharapkan dapat m enjadi bahan kajian unt uk ke depan dalam upaya memberant as t indak pidana korupsi yang selama ini sudah semakin m erajalela. Adanya suat u it ikad baik polit ik yang kuat sangat diperlukan unt uk menj adi landasan agar kebijakan pemberant asan korupsi mendapat kan legit imasi yang cukup dan ef ekt if. Polit ical w ill dan komit men kuat yang harus dibangun misalnya melalui penyempurnaan perat uran peundangan mengenai ant i korupsi yang lebih komprehensif dan mencakup kerjasama kelem bagaan yang harmonis dalam mengat asi masalah korupsi. Kew enangan yang t egas dan jelas yang diberikan oleh suat u lembaga ant i korupsi juga menjadi kunci keberhasilan st rat egi pemberant asan korupsi, sebab adanya kew enangan yang t umpang t indih ant ara lembaga penegak hukum sat u dengan yang lainnya, yang m enangani kasus korupsi akan menyebabkan kurang efekt ifnya upaya pemberant asan korupsi.

cxxxv B. Saran

1. Permasalahan korupsi yang semakin hari semakin kompleks dan merupakan t indak pidana t erorganisir dan sist emat is karena t idak hanya dilakukan oleh sat u at au dua orang saja namun dilakukan oleh banyak orang yang sebagian besar m emiliki jabat an at au kalangan birokrat m enyebabkan semakin sulit unt uk diberant as oleh lembaga ant i korupsi misalnya di Indonesia yait u KPK. Oleh karena it u dengan adanya penulisan m engenai perbandingan ant ara ICAC Hongkong dengan KPK ini diharapkan mampu menjadi bahan kajian bagi lem baga penegak hukum yang ada di Indonesia, khususnya yang bert ugas unt uk mem erangi korupsi. Terut ama mengenai adanya kew enangan yang masih t umpang t indih ant ara lembaga penegak hukum sat u dengan yang lainnya, yang m enangani kasus korupsi, menyebabkan t idak ef ekt ifnya upaya pemberant asan korupsi. Berkaca dari model ICAC Hongkong yang mengambil alih semua kasus korupsi yang dilaporkan padanya t anpa harus dicampuri oleh aparat penegak hukum lainnya. ICAC Hongkong lebih m enekankan kerjasama yang erat dalam hal pencegahan korupsi baik it u dengan inst ansi penegak hukum at aupun dengan jaringan int ernasional.

2. Selain aspek penindakan yang selama ini dit erapkan oleh KPK dalam memberant as korupsi, harus diimbangi pula dengan aspek pencegahan t erhadap korupsi yang t elah m enjadi budaya di Indonesia. Sepert i halnya yang dit erapkan oleh ICAC Hongkong selama ini yakni adanya pencegahan yang sangat kuat t erhadap korupsi baik it u melalui pendidikan t erhadap generasi muda, sosialisasi mengenai korupsi dan kebijakan perat uran perundangan maupun dengan m engadakan penyuluhan-penyuluhan m engenai bahaya korupsi. Sehingga jika diibarat kan sepert i penyakit , harus bisa dicegah dahulu sebelum m enyebar dan mulai mengganggu kinerja fungsi organ t ubuh lainnya.

3. Keberhasilan KPK dalam m enyelesaikan kasus-kasus korupsi dan m emberikan vonis yang lebih punya efek jera m elalui Pengadilan Tipikor sudah selayaknya didukung dan t idak just ru dilemahkan at au bahkan dibubarkan.

4. Pemberant asan korupsi di Indonesia akan dapat dilakukan apabila ada komit men yang kuat , kerjasama sert a koordinasi ant ara inst ansi pemerint ah dengan aparat

cxxxvi

penegak hukum sert a dukungan dari masyarakat . Pemberant asan korupsi akan berhasil jika komponen bangsa saling bersat u dan saling mendukung dalam segala usaha mem erangi korupsi.

DAFTAR PUSTAKA

Adami Chazaw i. 2005. Hukum Pidana M at eriil dan Formil Korupsi di Indonesia. M alang: Bayum edia Publishing.

Adi Sulist iyono dan M uhammad Rust amaji. 2009. Hukum Ekonomi Sebagai Panglima. Sidoarjo: M asmedia Buana Pust aka.

Akil M ocht ar. 2006. M em berant as Kor upsi, Ef ekt ivit as Sist em Pembalikan Beban Pembukt ian dalam Grat ifikasi. Jakart a: Q-Communicat ion.

Anna w u. 2003. “ HongKong’s Fight Against Corrupt ion Has Lessons for Ot her”. Hong Kong Journal. w ww .hkjournal.org.

Andi Hamzah. 2005. Pemberant asan Korupsi melalui Hukum Pidana Nasional dan Int ernasional. Jakart a: PT. RajaGrafindo Persada.

Barda Naw aw i Arief. Perbandingan Hukum Pi dana. 2002. Bandung: M andar M aju.

cxxxvii

Ermansjah Djaja. 2008. M ember ant as Kor upsi bersama KPK (Kajian Yuridis Normat if UU Nomor 31 Tahun 1999 junct o UU Nomor 20 Tahun 2001 versi UU Nomor 30 Tahun 2002). Jakart a: Sinar Grafika.

Evi Hart at i. 2007. Tindak Pidana Korupsi edisi Kedua. Jakart a: Sinar Grafika. Hon S. Chan and Jack Lo. 1991. “ Hongkong Facing China: Administ rat ive

Compet ence of The ICAC and Fundam ent al Ri ght s of Public Employees” . Asian Journal of Public Administ rat ion Vol.13 No.1. ht t p:/ / en.w ikipedia.org/ wiki/ Independent _Com mission_Against _Corrupt ion_(H

ong_Kong (10 Januari 2010, pukul 17.03 Wib).

ht t p:/ / inimu.com/ berit a/ 2009/ 11/ 18/ cpi-2009-t ingkat -korupsi-indonesia-masih menonjol/ (7 M aret 2010, pukul 09.15 Wib).

ht t p:/ / w w w.bat amt oday.com/ new s/ read/ 2009/ 11/ 1701/ 18045.Peringkat

-Indonesia-Sebagai-Negara-Korup-Turun.ht ml (7 M aret 2010, pukul

10.05)

ht t p:/ / w w w.unisosdem.org/ kliping_det ail.php?aid=11153& coid=1& caid=61 (7 M aret 2010, pukul 10.18 WIB).

ht t p:/ / ant ikorupsi.org/ indo/ cont ent / view / 14980/ 6/ (diakses t anggal 8 juli 2010, pukul 17.05WIB).

Independent Com mission Against Corrupt ion Ordinance Chapt er 204.

Int ernat ional Public M anagement Review . elect ronic Journal at ht t p:/ / w w w.ipmr.net Volum e 10 · Issue 1 · 2009. (“Tinjauan M anajemen Publik Int ernasional” , jurnal elekt ronik di ht t p:/ / w w w.ipmr.net. Volume 10 Edisi 1. 2009). (diakses t anggal 8 Juli 2010, pukul 16.45 WIB).

Johnny Ibrahim. 2008. Teori dan M et odologi Penelit ian Hukum Normat if edisi Revisi. M alang: Bayumedia Publishing.

John R. Heilbrunn. “ Ant i-Corrupt ion Commissions Panacea or Real M edicine t o

Fight Corrupt ion?” .

ht t p:/ / sit eresources.w orldbank.org/ WBI/ Resources/ w bi37234Heilbru nn.pdf (10 Januari 2010, pukul 16.41 Wib).

Keput usan Pimpinan Komisi Pemberant asan Korupsi Republik Indonesia Nom or: KEP-07/ P.KPK/ 02/ 2004 t ent ang Organisasi dan Tat a Kerja Komisi Pemberant asan Korupsi.

M an-w ai Tony Kw ok. M erumuskan St rat egi Ant i Kor upsi Efekt if – Pengalaman dari Hongkong (The Experience of Hongkong ICAC).ht t p:/ / w w w .kw okmanw ai.com/ Speeches/ UNAFEILaw asia_confe rence_speech.ht ml (2 M aret 2010, pukul 15.43 Wib).

cxxxviii

M . Karjadi dan R. Soesilo. 1988. Kit ab Undang-Undang Hukum Acara Pidana dengan Penjelasan Resmi dan Koment ar (sert a Perat uran Pemerint ah R.I. No.27 t ahun 1983 t ent ang pelaksanaannya). Bogor: Polit eia. M r.Tony-Kw okM an-w ai,SBS,IDS. 2003. “ Visit ing Prof essor of t he PRC Nat ional

Prosecut ors College and RRC College. Form er Head of Operat ions, ICAC. Hong Kong, on t he LAWASIA Tokyo Conf erence, 2003, UNAFEI,

Tokyo, Japan” .

(ht t p:/ / w w w.unafei.or.jp/ english/ pdf / PDF_rms/ no69/ 16_P196-201.pdf (2 M aret 2010, pukul 15.05 Wib).

Paku Ut ama. Ref ormasi Pemberant asan Korupsi. ht t p:/ / w w w.kabarindonesia.com (4 M aret 2010, pukul 14.24 Wib). Pet er M ahmud M arzuki. 2005. Penelit ian Hukum. Jakart a: Kencana Prenada

M edia Group.

Pusat Kajian Administ rasi Int ernasional. 2007. “ Laporan Kajian mengenai st rat egi penanganan korupsi di Negara-negara asia pasifik” .

Robert Klit gaard. 2001. M embasmi Korupsi. Jakart a: Yayasan Obor Indonesia. Robert Klit gaard, Ronald M aclean-Abaroa, H.Lindsey Parris. 2002. Penunt un

Pember ant asan Korupsi dalam Pemerint ahan Daerah. Jakart a: Yayasan Obor Indonesia & Part nership for Governance Ref orm in Indonesia.

Romli At masasmit a. 2000. Perbandingan Hukum Pidana. Bandung: M andar M aju.

Supant o. Oper asionalisasi Perundang-undangan Pidana dalam Penanggulangan Tindak Pidana Kor upsi. Jurnal Hukum Yust it ia edisi 74 (M ei-Agust us 2008) Fakult as Hukum Universit as Sebelas M aret Surakart a.

Taufik Basari, 2008. “ Penegakan Hukum Ant i Korupsi Jalan di Tempat

Refleksi Pemberant asan Korupsi 2007” , bullet in komisi yudisial Vol 2 no 3.

The Informat ion Services Depart m ent , Hong Kong Special Administ rat ive Region Governm ent . 2010. “ Hongkong The Fact s” . ht t p:/ / w ww .gov.hk Theodora Yuni Shahput ri. “ Sinergi KPK, Kepolisian dan Kejaksaan dalam

Pemberant asan Tindak Pidana Korupsi” . (M asyarakat Pemant au Peradilan Indonesia) Fakult as Hukum Universit as Indonesia / M aPPI-FHUI.

Tim Evaluasi ICW. 2007. “ Evaluasi Kinerja Pemberant asan Korupsi Komisi Pemberant asan Korupsi (KPK) 2004-2007” .

Ulul Albab, M S. 2009. ” M odel Hongkong SAR”. w w w .unit omo.ac.id (5 M aret 2010, pukul 15.35 Wib)/

cxxxix

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 t ent ang Pem berant asan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana t elah diubah dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001.

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 t ent ang Kom isi Pemberant asan Tindak Pidana Korupsi.

Undang-Undang Nomor 2 t ahun 2002 t ent ang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Yogi Suw arno. St rat egi Pem berant asan Korupsi. ht t p:/ / w w w.st ialan.ac.id/ art ikel%20yogi.pdf (diakses t anggal 5 M aret 2010, pukul 15.45).