• Tidak ada hasil yang ditemukan

a. Observasi Masyarakat Sekitar lahan 1) Tujuan

Dialog dengan warga ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan program CSR (Corporate Social Responsibility) PT.Kitadin, yaitu program keramba ikan berjalan dengan baik dan berjalan jangka panjang.

2) Dasar teori

Observasi ialah suatu cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap suatu obyek dalam suatu periode tertentu dan mengadakan pencatatan secara sistematis tentang hal-hal tertentu yang diamati (Anonim, 2009).

Kegiatan CSR yang dilakukan oleh PT. Kitadin di lahan pasca tambang batu bara di desa Kartabuana merupakan program yang di rancang untuk meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar perusahaan di bidang perikanan melalui kegiatan peternakan ikan di lahan pasca tambang batu bara di lahan PT. Kitadin.

Pemilihan program ini didasarkan pada pertimbangan potensi wilayah yang menyangkut Sumber Daya Air, Tanah dan masyarakat yang mendukung untuk kesuksesan pelaksanaan program. Program kegiatan ini merupakan kerjasama antara PT. Kitadin dengan masyarakat di sekitar desa Kartabuana ( Ambadar, 2008).

3) Alat dan bahan a. Buku b. Pulpen c. Kamera 4) Prosedur kerja

Melakukan wawancara dengan masyarakat di areal bekas tambang PT.Kitadin yang terletak di Karta Buana, tentang bagaimana cara mengelola lahan bekas tambang tersebut sehingga dapat di jadikan keramba ikan.

5) Hasil yang Dicapai

Hasil yang dicapai dari kegiatan ini yaitu penanganan air bekas tambang di lakukan perlakuan menggunakan kapur sebelum memulai menernakkan ikan, hingga sekarang terdapat 300 keramba ikan yang

terdapat di Karta Buana yaitu program CSR keramba ikan dari PT.Kitadin.

6) Pembahasan

Budidaya keramba ikan adalah program CSR (Corporate Social Responsibility) PT. Kitadin untuk pemberdayaan masyarakat setempat dalam tanggung jawab perusahaan. Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung sosial korporat, sering dikenal sebagai tanggung jawab sosial perusahaan kepada stakeholder.

b. Pelatihan budidaya cacing 1) Tujuan

Bisa menghasilkan pupuk organik padat yang dihasilkan dari proses ternak cacing, yaitu dari media ternak cacing tersebut.bisa dipakai sebagai pakan alternatif bahkan pakan tambahan untuk ternak ikan seperti ikan mas, lele, patin, belut, sidat dan sebagainya, cacing bisa diberikan untuk pakan ikan baik dalam bentuk langsung maupun dalam bentuk olahan seperti pelet ikan.

Dapat dimanfaatkan sebagai kandungan protein dan asam amino untuk obat-obatan, khususnya untuk obat panas dan oabat-obatan herbal.

2) Dasar Teori

Cacing tanah Lumbricus rubellus merupakan salah satu dari sekian banyak jenis cacing tanah yang ada di bumi ini.Secara langsung maupun tidak langsung cacing tanah ini banyak berperan dalam kehidupan manusia, mulai dari sebagai pakan ternak, obat, kosmetik penghasil pupuk organik, pelenyap sampah hingga sebagai

bahan tambahan makanan manusia.Dari manfaat tersebut, kini cacing tanah Lumbricus rubellus mulai dilirik dibudidayakan karena perkembananya sangat cepat dan keuntungannya yang tidak sedikit.

Dari kebutuhan pasar luar negeri tercatat kebutuhan cacing tanah cukup besar, Korsel misalnya membutuhkan cacing tanah sekitar 35.000 ton per bulan untuk dijadikan pakan ayam. Untuk keperluan pasar ekspor ini, cacing tanah bukan hanya dijadikan sebagai pakan ternak tetapi juga sebagai bahan baku lain. Di Cina cacing tanah sebagai obat tradisional, di Perancis dan Italia dijadikan bahan kosmetika untuk menghaluskan dan melembutkan kulit, sementara di Jepang dan beberapa Negara Eropa dijadikan bahan tambahan dalam pembuatan makanan dan minuman. Di Indonesia sendiri cacing tanah ini sudah mulai dimanfaatkan sebagai bahan baku obat.

3) Alat dan Bahan

a. Drum / tong rendah dengan lubang dibawahnya b. Serbuk kayu

c. Air

d. Bahan makanan untuk cacing (Kotoran sapi, ampas tahu, sisa makanan, dedak, bedebok pisang)

e. Probiotik dan pemanis

f. Cacing jenis Lumbricus rubellus 4) Prosedur Kerja

a. Penyiapan tempat (tong drum), tong drum tersebut dilubangi untuk menghindari basah

b. Masukkan serbuk gergaji (bekas tempat penanaman jamur tiram), dari serbuk gergaji tersebut tambahkan air supaya lembab

c. Setelah lembab masukkan cacing biarkan 10-15 menit beradaptasi d. Masukkan makanan dari kotoran sapi, dedak halus, ampas tahu,

rumput, batang pisang, sisa-sisa makanan

e. Setelah bahan makanan tersebut tercampur semua tambahkan dengan prebiotik 3 tutup botol dengan campuran air

f. Setelah itu tutup plastik atau karung, hindarkan dari sinar matahari dan hujan.

5) Hasil yang Dicapai

a. Mendapatkan pengetahuan tentang budidaya cacing

b. Dapat diterapkan pada produksi bersih dengan memanfaatkan sisa-sisa makanan, dan sisa-sisa sampah organik

6) Pembahasan

Berikut ini pembahasan tentang cacing yg dipakai dalam pelatihan budidaya cacing yaitu cacing tanah jenis Lumbricus rubellus Bentuk tubuhnya pipih dengan jumlah segmen yang dimiliki sekitar 90-195 dan klitelum yang terletak pada segmen 27-32. Biasanya jenis ini kalah bersaing dengan jenis yang lain sehingga tubuhnya lebih kecil. Tetapi bila diternakkan besar tubuhnya bisa menyamai atau melebihi jenis lain.

Jenis ini lebih unggul dari dua jenis lainnya dikarenakan produktivitasnya tinggi (penambahan berat badan, produksi telur/anakan dan produksi bekas cacing “kascing”) serta tidak banyak bergerak.

Di dalam budidaya cacing tanah, hal pertama yang perlu diperhatikan adalah lokasi yang mendukung budidaya tersebut.Adapun

faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah tanah sebagai media hidup cacing tanah harus mengandung bahan organik dalam jumlah yang besar.Bahan-bahan organik tanah dapat berasal dari serasah (daun yang gugur), kotoran ternak atau tanaman dan hewan yang mati.Cacing tanah sangat menyukai bahan-bahan yang mudah membusuk karena lebih mudah dicerna oleh tubuhnya.Bagi pertumbuhan yang baik, cacing tanah memerlukan tanah yang sedikit asam sampai netral atau ph sekitar 6-7,2.

Dalam kondisi ini, bakteri dalam tubuh cacing tanah dapat bekerja optimal untuk mengadakan pembusukan atau fermentasi.Dalam budidaya cacing tanah, kelembaban yang optimal untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan cacing tanah adalah antara 15-30 %.Suhu yang diperlukan untuk pertumbuhan cacing tanah dan penetasan kokon adalah sekitar 15-25 derajat celcius atau suam-suam kuku.Suhu yang lebih tinggi dari 25 derajat C masih baik asal ada naungan yang cukup dan kelembaban optimal.

Supaya lebih mudah penanganan dan pengawasannya serta tidak terkena sinar matahari secara langsung ada baiknya apabila lokasi pemeliharaan cacing tanah diusahakan, misalnya di bawah pohon yang rindang, di tepi rumah atau di ruangan khusus (permanen) yang atapnya terbuat dari bahan-bahan yang tidak meneruskan sinar dan tidak menyimpan panas.

c. Focus Group Discussion ( FGD ) 1) Tujuan

a) Memperoleh informasi yang banyak secara cepat.

b) Mengidentifikasi dan meggali informasi mengenai kebun percontohan yang dikelola oleh BPTP.

c) Sebagai contoh bagi perusahaan-perusahaan tambang yang ada, bahwa lahan bekas tambang batubara dapat dijadikan lahan perkebunan.

2) Dasar Teori

Focus Group Discussion (FGD) secara sederhana dapat didefinisikan sebagai suatu diskusi yang dilakukan secara sistematis dan terarah mengenai suatu isu atau masalah tertentu. ( Anonim, 2009 )

3) Alat dan bahan a) Pulpen b) Buku c) Kamera d) Laptop e) LCD

f) Pengeras suara 4) Prosedur Kerja

Berdiskusi dengan narasumber dari Litbang provinsi Kalimantan timur, tentang kajian kebijakan pemerintah provinsi Kalimantan timur terhadap pelestarian lingkungan pada perusahaan tambang batubara.Yang dilanjutkan dengan mengisi kuesioner yang dibagikan oleh narasumber kepada undangan yang hadir.

5) Hasil yang dicapai

a. Bahwa tidak semua lahan bekas tambang batubara tidak dapat digunakan sebagai lahan perkebunan, peternakan, dan perikanan.

b. Mendapatkan informasi tambahan berupa data kualitatif dari riset kuantitatif yang melibatkan persoalan masyarakat yang ada disekitar tambang.

c. Menghasilkan ide-ide untuk penelitian lebih mendalam 6) Pembahasan

a. Sebagai sebuah metode penelitian, pelaksanaan FGD memerlukan perencanaan matang dan tidak asal-asalan. Untuk diperlukan beberapa persiapan sebagai berikut :

1) Membentuk Tim

2) Memilih Tempat dan Mengatur Tempat 3) Menyiapkan Logistik

4) Menentukan Jumlah Peserta b. Membentuk Tim

Tim FGD umumnya mencakup:

1) Moderator, yaitu fasilitator diskusi yang terlatih dan memahami masalah yang dibahas serta tujuan penelitian yang hendak dicapai (ketrampilan substantif), serta terampil mengelola diskusi (ketrampilan proses).

2) Asisten Moderator/co-fasilitator, yaitu orang yang intensif mengamati jalannya FGD, dan ia membantu moderator mengenai: waktu, fokus diskusi (apakah tetap terarah atau keluar jalur), apakah masih ada pertanyaan penelitian yang belum terjawab, apakah ada peserta FGD yang terlalu pasif sehingga belum memperoleh kesempatan berpendapat.

3) Pencatat Proses/Notulen, yaitu orang bertugas mencatat inti permasalahan yang didiskusikan serta dinamika kelompoknya.

Umumnya dibantu dengan alat pencatatan berupa satu unit komputer atau laptop yang lebih fleksibel.

4) Penghubung Peserta, yaitu orang yang mengenal (person, medan), menghubungi, dan memastikan partisipasi peserta.

Biasanya disebut mitra kerja lokal di daerah penelitian.

5) Penyedia Logistik, yaitu orang-orang yang membantu kelancaran FGD berkaitan dengan penyediaan transportasi, kebutuhan rehat, konsumsi, akomodasi (jika diperlukan), insentif (bisa uang atau barang/cinderamata), alat dokumentasi, dll.

6) Dokumentasi, yaitu orang yang mendokumentasikan kegiatan dan dokumen FGD: memotret, merekam (audio/video), dan menjamin berjalannya alat-alat dokumentasi, terutama perekam selama dan sesudah FGD berlangsung.

7) Lain-lain jika diperlukan (tentatif), misalnya petugas antar-jemput, konsumsi, bloker (penjaga “keamanan” FGD, dari gangguan, misalnya anak kecil, preman, telepon yang selalu berdering, teman yang dibawa peserta, atasan yang datang mengawasi, dsb)

c) Memilih dan Mengatur Tempat

Pada prinsipnya, FGD dapat dilakukan di mana saja, namun seyogianya tempat FGD yang dipilih hendaknya merupakan tempat yang netral, nyaman, aman, tidak bising, berventilasi cukup, dan bebas dari gangguan yang diperkirakan bisa muncul (preman, pengamen,

anak kecil, dsb). Selain itu tempat FGD juga harus memiliki ruang dan tempat duduk yang memadai (bisa lantai atau kursi).Posisi duduk peserta harus setengah atau tiga perempat lingkaran dengan posisi moderator sebagai fokusnya. Jika FGD dilakukan di sebuah ruang yang terdapat pintu masuk yang depannya ramai dilalui orang, maka hanya moderator yang boleh menghadap pintu tersebut, sehingga peserta tidak akan terganggu oleh berbagai “pemandangan” yang dapat dilihat diluar ruangan

Dokumen terkait