• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kepemimpinan Kepala Madrasah Diniyah di Pondok Pesantren Wahid Hasyim Wahid Hasyim Wahid Hasyim

DATA HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Gambaran Umum Lokasi Penelitian

B. Data Hasil Penelitian

2. Kepemimpinan Kepala Madrasah Diniyah di Pondok Pesantren Wahid Hasyim Wahid Hasyim Wahid Hasyim

a. Kepala Madrasah Dalam Mengambil Keputusan dan Memecahkan Masalah

1) Pemecaham Masalah Dalam Pengambilan Keputusan

Informasi tentang pemecaham masalah yang dilakukan Kepala Madrasah Diniyah dalam mengambil keputusan diperoleh peneliti dengan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Informan dalam penelitian ini meliputi Kepala Madrasah Diniyah, Ustadz Madrasah Diniyah, pengurus Pondok Pesantren Wahid Hasyim, dan Santri Madrasah Diniyah.

Berdasarkan penuturan Kepala Madrasah Diniyah di Pondok Pesantren Wahid Hasyim cara pemecahan masalah dalam pengambilan keputusan selalu dilakukan rapat dan diputuskan secara mufakat, karena untuk memecahkan masalah harus memimta pertimbangan dari pengurus Madrasah Diniyah yang lain. Jika dengan musyawaroh tidak kunjung selesai maka kepala Madrasah Diniyah akan mengambil keputusan sendiri. Dalam pengambilan keputusan Kepala Madrasah Diniyah melihat situasi dan kondisi, jika permasalahan itu sedikit dan bersifat individual tidak menutup kemungkinan akan diselesaikan sendiri atau berdua dengan rekan pengurus yang lainnya.

89

Hasil wawancara Kepala Madrasah Diniyah, ustadz dan pengurus pondok pesantren yang berjumlah 4 orang pemencahan masalah selalu diselesaikan dengan rapat mufakat. Adapun jika ada masalah yang kiranya bersifat individual maka permasalahan tersebut diselesaikan dengan yang bersangkutan. Berikut penuturan dari Bpk N.A selaku Kepala Madrasah Diniyah :

“Jadi disini itu sistemnya kekeluargaan, ketika ada apa-apa terkait Madrasah Diniyah kita langsung mengadakan evaluasi secara dadakan, ya komunikasi 2 arah, dari rekan-rekan ke saya dan begitu juga sebaliknya, jadi disini tidak memakai sistem otoriter yang langsung putuskan itu.” (11 Mei 2016) Selanjutnya Bpk Ro selaku pengurus Madrasah Diniyah selaku rekan kerja dari Kepala Madrasah Diniyah mengatakan bahwa :

“Pak NA itu orangnya kekeluargaan, kita itu sering kumpul bareng, ya sebulan sekali, namun kita sering kumpul insidental, sering ditanya gimana tugas bendahara, ada masalah apa kayak githu, jadi kita koordinasi cepat.” (6 Juni 2016)

Pernyataan ini diperkuat oleh Bpk Du selaku rekan kerja juga di Madrasah Diniyah mengatakan bahwa :

“Untuk rapat itu gak terlalu formal-formal banget, biasa di rumah makan, dan itu justru lebih mengena. Kita disini itu memang kadang antar satu yang lain seperti temen biasa, kita satu asrama, sebenarnya di aliah beliau termasuk guru saya, beliau itu friendly banget.” (6 Juni 2016)

Dari observasi yang dilakukan 6 Juni 2016 diketahui bahwa kepala Madrasah Diniyah selalu memutuskan sesuatu dengan musyawarah dengan rekan-rekan pengurus Madrasah Diniyah atau

90

Para Ustadz dan hasilnya permasalahan dapat terselesaikan dengan baik dan rasa persahabatan mereka juga makin erat dikarenakan sering bertemu dan mereka para pengurus pun di asrama Pondok Pesantren juga tinggal satu komplek yang setiap saat bertemu.

Jadi dapat disimpulkan bahwa cara Kepala Madrasah Diniyah dalam memecahkan masalah dan mengambil keputusan dilakukan dengan musyawaroh bersama rekan pengurus Madrasah Diniyah dan juga para ustad, sebagai seorang pemimpin untuk memutuskan sesuatu Kepala Madrasah Diniyah harus meminta pertimbangan dari pengurus lain walupun akhirnya yang memutuskan adalah Kepala Madrasah Diniyah.

2) Keterlibatan Kepala Madrasah Diniyah dalam Musyawarah

Dalam memecahkan masalah dan mengambil keputusan Kepala Madrasah Diniyah selalu terlibat apapun dan aktif dalam musyawarah kerja yang diselenggarakan Madrasah Diniyah di Pondok Pesantren Wahid Hasyim. Observasi yang dilakukan pada 31 Mei 2016 di Kantor Pondok memperoleh informasi bahwa kepala Madrasah Diniyah memang termasuk pribadi yang aktif dalam rapat, malahan bapak Kepala Madrasah Diniyah yang mengajak rekan-rekan pengurus Madrasah Diniyah rapat duluan.

Berdasarkan hasil wawancara mas Ro selaku pengurus Madrasah Diniyah dan Ustadz di Madrasah Diniyah mengatakan bahwa :

91

“Terlibatan beliau cukup penting, malahan kepala Madrasah Diniyah itu yang ngajak duluan, biasanya yang memberi contoh duluan, ya pernah absen itu karena ada kumpul yayasan atau ngisi pengajaian, pokoknya bapak Kepala Madrasah Diniyah sudah tidak diragukan lagi.” (6 Juni 2016) Ungkapan bapak Ro diperjelas oleh mas Ri selaku pengurus pondok pesantren yang mengatakan bahwa :

“Yang saya tahu selama ini pak Alwinya yang mengundang duluan, bukan bendaharanya yang mengajak, tetapi kalau berbicara pengurus Madrasah Diniyah memang ketuanya yang mengajak duluan.” (31 Mei 2016)

Dapat ditarik kesimpulan bahwa seorang pemimpin, Kepala Madrasah Diniyah selalu terlibat langsung dalam rapat Madrasah Diniyah dan Musyawarah kerja, kecuali Kepala Madrasah Diniyah ada acara yang sangat mendesak seperti rapat yayasan atau pas mengisi pengajian di masyarakat. Biasanya rapat akan di atasi oleh rekan pengurus lainnya.

3) Peran Kepala Madrasah Diniyah dalam Mengambil Keputusan Kepala Madrasah Diniyah memiliki peran yang sangat besar dalam mengambil keputusan karena Kepala Madrasah Diniyah adalah inti dari rapat dan peran besar dalam perumusan rapat dari sebuah keputusan. Sehingga pada saat rapat Madrasah Diniyah, sebisa mungkin Kepala Madrasah Diniyah hadir. Hal tersebut sesuai dengan perkataan Bapak Du selaku rekan kerja di Madrasah Diniyah bahwa peran kepala Madrasah Diniyah dalam pengambilan keputusan yaitu :

92

“Sangat besar, kita punya jadwal rapat bersama, malah kita sering rapat dadakan juga, dan itu Kepala Madrasah Diniyah rajin, aktif pas rapat, apa adanya sosialnya juga tinggi.” (6 Juni 2016)

Senada dengan pendapat Kepala Madrasah Diniyah yang mengatakan bahwa :

“Saya pada waktu rapat memimpin rapat memberikan kesempatan kepada semua untuk berpendapat, dari pendapat itu saya kumpulkan dulu, lalu kita musyawarahkan, kita ambil yang baik, jika ada yang kurang relevan ya kita tahan dulu.”

Jadi dapat disimpulkan bahwa peran Kepala Madrasah Diniyah dalam mengambil keputusan sangatlah besar sebagai sebagai penentu hasil akhir rapat. Kepala Madrasah Diniyah selalu bijaksana dalam memutuskan sesuatu yang sangat dibutuhkan oleh staf dan para Ustadz.

4) Pengaruh Kehadiran Kepala Madrasah Diniyah dalam Mengambil Keputusan

Kehadiran seorang pemimpin sangat dibutuhkan dalam setiap pengambilan keputusan seperti rapat dan lain-lain. Karena setelah Kepala Madrasah Diniyah memutuskan sesuatu dan memberi masukan secara langsung, para ustadz akan menjadi lebih paham dengan hasil keputusan tersebut. Selain itu observasi yang dilakukan pada 6 Juni 2016 memperoleh informasi bahwa jika ada masalah di Madrasah Diniyah Kepala Madrasah Diniyah langsung cekatan mengurus hal tersebut sampai untuk pengurus Madrasah Diniyah itu terus berkomunikasi lewat groub salah satu media

93

sosial, jadi jika terdapat masalah bisa langsung di share dan dapat diketahui oleh semuanya. Seperti yang diungkapkan oleh Kepala Madrasah Diniyah yang menyatakan bahwa :

“Kalau untuk pemecahan masalah harus hadir pas rapat, kita para pengurus Madrasah Diniyah punya groub WA jadi kita sudah biasa rapat dadakan, tempat bisa dimana saja, entah di kantor, di rumah makan atau di pondok, sebisa mungkin saya hadir. Untuk memecahkan masalah bersama sama.” (11 Mei 2016)

Ungkapan Kepala Madrasah Diniyah diperjelas oleh mas Ri selaku Pengurus Pondok Pesantren Wahid Hasyim :

“Yang saya tahu selama ini pak NA biasanya yang mengundang duluan, bukan bendaharanya yang mengajak, tetapi kalau berbicara pengurus Madrasah Diniyah memang ketuanya yang mengajak, lalu di sharekan ke temen-teman.”

Selanjutnya mas Du juga mengatakan pentingnya pengaruh kehadiran Kepala Madrasah Diniyah dalam mengambil suatu keputusan dan sebagai sumber informasi langsung mas Du berkata :

“Sangat penting ya mas, karena Kepala Madrasah Diniyah kan yang memimpin rapat dan sebagainya jika tidak ada kita juga kesulitan kan. Misalnya antar Ustadz gitu bisa tau apa-apa, tetapi Kepala Madrasah Diniyah itu langsung mendapat informasi dari pihak yayasan begitu kan lebih jelas kalau disampaikan secara langsung kepada para Ustadz, jadi sangat penting sekali itu kehadirannya, kalau tidak datang itu serasa ada yang kurang lah.” (6 Mei 2016)

Dapat disimpulkan bahwa kehadiran Kepala Madrasah Diniyah sangat berpengaruh penting dan sangat dibutuhkan oleh para ustadz maupun pengurus Madrasah Diniyah. Karena setelah memutuskan Kepala Madrasah Diniyah memberikan

masukan-94

masukan agar para Ustadz menjadi lebih paham. Selanjutnya dari informasi tersebut juga akan disampaikan ke pihak yayasan.

b. Cara Kepala Madrasah Diniyah Dalam Menggerakkan Atau Memimpin Rekan Kerja

1) Pembinaan Secara Langsung Kepada Rekan Kerja

Pembinaan langsung Kepala Madrasah Diniyah terhadap rekan kerja (para Ustadz, santri) oleh kepala Madrasah Diniyah yang menyatakan bahwa :

“Jadi disini itu sistemnya kekeluargaan, ketika ada apa-apa

terkait Madrasah Diniyah kita langsung mengadakan evaluasi secara dadakan, ya komunikasi dua arah, dari rekan-rekan ke saya dan begitu juga sebaliknya, jadi disini tidak memakai sistem otoriter yang langsung putuskan itu.” (11 Mei 2016) Lebih lanjut pada tanggal 12 April 2016 salah satu pengurus Pondok Pesantren yaitu mas Ri menyatakan pembinaan yang dilakukan Kepala Madrasah Diniyah kepada rekan kerja (pengurus pondok, ustadz dan santri) dilakukan secara langsung pada saat rapat yang banyak dilakukan oleh pengurus Madrasah Diniyah. Pada tanggal 6 Mei 2016 mas Ro (bendahara Madrasah Diniyah) menyatakan bahwa pembinaan selalu dilakukan sepanjang waktu ketika rapat maupun diluar rapat, karena kita tinggal satu pondok dan sering ketemu bareng. Kepala Madrasah Diniyah juga memberi pembinaan kepada para santri dan biasanya pembinaan kepada para santri dilakukan secara spontanitas. Pembinaan kepada santri dilakukan satiap saat seperti keliling kelas memantau kondisi kelas

95

dan lain-lain seperti yang dikatakan salah satu santri Madrasah Diniyah mbak Ir mengatakan :

“Ya kalo berangkat ngaji, orangnya selalu berangkat duluan,

stand by dulu, baru kita berangkat, pas jam kosong masuk kelas dan kadang ngasih tahu apa-apa.” (11 April 2016) Dapat disimpulkan bahwa pembinaan yang dilakukan kepala Madrasah Diniyah menggunakan cara global dan individual yaitu pembinaan yang dilakukan di dalam rapat dan ditunjukkan kepada semua orang baik ustadz, pengurus maupun santri. Sedangkan pembinaan secara individual yaitu memberi bimbingan secara perorangan, memberi bimbingan, arahan maupun motivasi kepada pengurus, ustadz maupun santri yang disampaikan secara langsung. 2) Pemberian Contoh Sebelum Memerintah

Sebelum memerintahkan sesuatu, Kepala Sekolah selalu memberi contoh terlebih dahulu kepada para Ustadz dan santri. Pak N.A berkata :

“Mau turun ke bawah dan memberi contoh kepada yang lain, seperti halnya pak Nyai di pondok ini yang mau turun ke bawah untuk memberi contoh kepada santrinya dan saya berusaha mencontoh sebagaimana beliu ajarkan kepada kami semua (santri).” (11 Mei 2016)

Pernyataan tersebut diperkuat oleh salah satu santri Madrasah Diniyah saudari I.R :

“Ya kalo berangkat ngaji, orangnya selalu berangkat duluan,

stand by dulu, baru kita berangkat, pas jam kosong masuk kelas, dan kadang ngasih tahu apa-apa.” (11 April 2016) Lebih lanjut mas IA selaku santri juga mengatakan :

96

“Ya beliau Kepala Madrasah Diniyah di samping memberi

contoh juga melaksanakan bukan cuma memberi contoh saja. Banyaklah contohnya misalnya pas beliau ngajar beliau selalu on time, pas kelas gak ada ustadz biasanya beliau masuk ngisi apa gitu.” (25 April 2016)

Sebelum memerintah sesuatu kepala Madrasah Diniyah selalu meberikan contoh terlebih dahulu sebagai seorang pemimpin, Kepala Madrasah Diniyah bertugas memberi contoh yang baik agar dapat ditiru oleh yang lain seperti ustadz maupun santri. Contoh yang dilakukan Kepala Madrasah Diniyah di Pondok Pesantren Wahid Hasyim adalah dari segi pakaian, kedisiplinan, dan keramahan terhadap siapapun, Kepala Madrasah Diniyah di pondok juga masih menjadi santri, beliau pada waktu di asrama juga tidak segan-segan berbaur dengan yang santri-santri lain.

Dapat disimpulkan bahwa sebelum memerintahkan sesuatu kepada rekan kerja, Kepala Madrasah Diniyah selalu memberikan contoh terlebih dahulu. Jadi tidak hanya sekedar memerintah namun juga ikut melaksanakannya juga.

3) Pemberian Sanksi Kepada Yang Bersalah

Tidak hanya contoh, Kepala Madrasah Diniyah juga selalu memberikan sanksi kepada rekan kerja (ustadz dan santri) yang bersalah. Seperti pernyataan salah satu ustadz Madrasah Diniyah mas Ro mengatakan :

“Walaupun pak N.A termasuk sesepuh disini namun beliau di Madrasah Diniyah masih baru jadi jika ada ustadz yang berbuat salah itu paling cuma dibilangin dengan cara halus,

97

maksimal ya nyindir saja, masalahnya disini itu masih ada rasa pekewuh gitu.” (6 Mei 2016)

Madrasah Diniyah di Pondok Pesantren Wahid Hasyim termasuk Madrasah Diniyah untuk mahasiswa sebagaimana dikatakan Bapak N.A :

“Madrasah Diniyah disini adalah Madrasah Diniyah

mahasiswa, karena sebagian besar santrinya dari mahasiswa baik UIN, UGM, UNY, Amikom, UTY dan lain sebagainya.”

(11 Mei 2016)

Dalam pengambilan keputusan pun juga berbeda karena yang dihadapi bukan anak-anak lagi mereka para mahasiswa sudah dewasa dan dapat berpikir melalui rasio mereka. Hal itu didukung oleh I.A sebagai salah satu santri berkata :

“Toleransi jelas, cara menegakkan kedisiplinan tegas, ada

beberapa yang ditoleransi, kadang ada yang enggak, seperti kehadiran,, kurang dari 75 % harus menerima hukuman,

hafalan harus selesai.” (25 April 2016)

Tidak hanya contoh Kepala Madrasah Diniyah juga memberikan sanksi kepada yang bersalah namun memang sanksinya tidak begitu berat mengingat lembaga Madrasah Diniyah di Pondok Pesantren Wahid Hasyim ini bergerak di bidang Kegiatan Belajar Mengajar saja, untuk penegakan kedisiplinan itu Madrasah Diniyah bekerja sama dengan lembaga lain yang bernama Lembaga OSWAH (Organisasi Santri Wahid Hasyim) begini Kepala Madrasah Diniyah berkata :

“Disini kita cuma menegur saja, adapun jika ada yang

melanggar kita akan mencatatnya dan kita berikan kepada lembaga lain yang mengurusi tentang kedisiplinan dipondok,

98

namanya OSWAH, lembaga itu yang akan menindak, memberi hukuman, berupa lisan, bisa juga tertulis.” (11 Mei 2016)

Lanjut mas Ri selaku salah satu pengurus di Pondok Pesantren Wahid Hasyim mengatakan :

“Bener mas, artinya dari banyaknya lembaga disini itu kita

saling berhubungan, satu contoh terkait dengan pelanggaran tentang santri, katakan si A jarang ngaji, kemudian dari Madin udah ada rekapan, dari Madin cuma mengurus KBM aja, sama seperti kampus ketika kehadiran kurang dari 75 % maka masih tetep diberi toleransi dalam bentuk menghadap pada pengurus Madin. Kemudian mengingat hukuman lain kenapa anak pondok kok dak ngaji gitu, lalu ada lembaga OSWAH mengapa kok gak mengikuti KBM, lalu lembaga itu yang menghukum, jadi wewenang lembaga Madin hanya diseputar KBM saja. Jadi nanti kita tinggal, komunikasi aja, misalnya Madin tidak mengijinkan ujian, lalu Madin melaporkan ke OSWAH supaya di tindak lanjuti masak ada

orang pondok di pondok kok gak ngaji gitu.” (30 Mei 2016)

Terkait sanksi memang dari Kepala Madin masih menegur saja, dan sebatas cuma tidak mengijinkan ujian, untuk kedisiplinan di Pondok Wahid Hasyim ini sudah ada lembaga lain yang menangani sendiri.

Jadi dapat disimpulkan sanksi yang diberikan oleh Kepala Madrasah Diniyah terhadap rekan kerja dapat berupa nasehat dan teguran halus. Kepala Madrasah Diniyah tidak pernah memberi sanksi secara fisik. Khusus untuk santri dalam penegakan kedisiplinannya diurus oleh lembaga kedisiplinan Pondok Pesantren Wahid Hasyim yang bernama OSWAH (Organisasi Santri Wahid Hasyim).

99

4) Pemberian Penghargaan Khusus Kepada Ustadz Atau Santri yang Berprestasi

Selain sanksi, penghargaan khusus juga diberikan Kepala Madrasah Diniyah kepada rekan kerja (Ustadz/ Santri) yang berprestasi. Bapak N.A berkata :

“Ya itu sebenarnya sudah kita lakukan sejak tahun lalu, dan sekarang pun juga akan kita lakukan lagi, kepada santri berprestasi yang diberikan pas lulusan nanti.” (11 Mei 2016) Lebih lanjut disampaikan oleh salah satu santri mbak IR yang mengatakan :

“Seumpama aku semester 1, bisa juara satu itu bisa langsung naik kelas, tapi itu gak semuanya kok, enaknya kalo udah ulya, pas munaqosah itu terbuka.” (11 Mei 2016)

Jadi pemberian penghargaan khusus kepada rekan kerja yang berprestasi itu diberikan pada waktu lulusan dalam bentuk reward pada acara tersebut dan ada beberapa yang mendapatkan keistimewaan naik kelas langsung.

5) Parsitipasi Kepala Madrasah Diniyah Dalam Kegiatan Di Madrasah Diniyah

Bagi seorang pemimpin, partisipasi Kepala Madrasah Diniyah dalam kegiatan di Madrasah Diniyah sangatlah penting. Kepala Madrasah Diniyah mengungkapkan :

“Sebisa mungkin saya ikut, namun kalo saya hubungan dengan pihak yayasan mungkin saya terpaksa absen. Pihak yayasan biasanya memberi undangan rapat gitu.“ (11 Mei 2016)

100

Lanjut ditambahkan oleh bapak Ro selaku salah satu ustadz di Madrasah Diniyah mengatakan :

“Kadang lebih sering misalkan kayak ngisi pengajian lah, pak Alwi langsung berangkat, kalo Madrasah Diniyah kayak pelaksanaan kita harus tepat waktu, pak Alwi selalu datang lebih awal, pak Alwi selalu stand by duluan.” (6 Juni 2016) Kepala Madrasah Diniyah sangat parsitipatif selalu datang tepat waktu. Ikut mengajar juga di kelas. Dari observasi yang dilakuhkan 06 Mei 2016 ternyata Bapak N.A selain menjadi Kepala Madrasah Diniyah namun di lembaga formal juga menjadi guru di SMA Wahid Hasyim dan di Pondok Pesantren juga merupakan salah Satu stering comite penasehat lembaga.

Dapat disimpulkan bahwa Kepala Madrasah Diniyah di Pondok Pesantren Wahid Hasyim merupakan Kepala Madrasah Diniyah yang sangat aktif dan selalu berpartisipasi dalam kegiatan di Madrasah Diniyah walaupun beliau juga aktif di lembaga lain seperti SMA Wahid Hasyim dan menjadi salah satu stering comite lembaga-lembaga di Pondok Pesantren Wahid Hasyim.

c. Kepribadian Kepala Madrasah Diniyah di Pondok Pesantren Wahid Hasyim

1) Kedisiplinan yang Dimiliki Kepala Madrasah Diniyah

Kedisiplinan yang dimiliki Kepala Madrasah Diniyah sangat baik, seperti yang diungkapkan oleh bapak Ri selaku salah satu ustadz di Madrasah Diniyah berkata :

101

“Disiplin, selalu datang tepat waktu, sebelum jam masuk

Bapak N.A itu selalu datang duluan kadang berdiri di depan nunggu santri masuk kelas, untuk rapat sering bapak N.A yang ngajak duluan, dengan beliau diangkat menjadi kepala Madrasah Diniyah dan juga pengalaman beliau menjadi kepala di LPM Wahid Hasyim kedisiplinan beliau sudah tidak diragukan lagi.” (6 Mei 2016)

Sedangkan penegakan kedisiplinan di Madrasah Diniyah tidak begitu ketat karena di Pondok Pesantren Wahid Hasyim ini memberikan tugas kedisiplinan kepada lembaga lain, jadi mereka para lembaga tersebut hanya berkolaborasi sedangkan dari pihak Madrasah Diniyah hanya dapat memberi teguran semata seperti wawancara Bapak N. A selaku Kepala Madrasah Diniyah mengatakan :

“Disini kita cuma menegur saja, adapun jika ada yang melanggar kita akan mencatatnya dan kita berikan kepada lembaga lain yang mengurusi tentang kedisiplinan dipondok, namanya OSWAH, lembaga itu yang akan menindak, memberi hukuman, berupa lisan, bisa juga tertulis.” (11 Mei 2016)

Ustadz Ro dan Du mengatakan bahwa Kepala Madrasah Diniyah memang orangnya kalem namun untuk masalah tugas Madrasah Diniyah beliau sangat cekatan dan berusaha menyelesaikan tepat waktu. Hal tersebut sesuai dengan pendapat salah satu santri Ir berkata :

”Bapak N.A itu kalau pas Madrasah Diniyah itu sering berangkat duluan ngawasin santri brangkat ngaji.” (12 Mei 2016)

Jadi dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan yang dimiliki Kepala Madrasah Diniyah cukup bagus hal ini dibuktikan dari

102

sikap Kepala Madrasah Diniyah yang selalu melaksanakan tugas dengan baik, beliau selalu datang lebih awal untuk memastikan para santri dan ustad masuk kelas Madrasah Diniyah. Walaupun dalam hubungan dengan santri dan ustadz beliau termasuk orang yang kalem.

2) Rasa Percaya Diri yang Dimiliki Kepala Madrasah Diniyah

Tidak hanya kedisiplinan yang tinggi, Kepala Madrasah Diniyah juga memiliki rasa percaya diri yang cukup besar seperti yang diungkapkan pada tanggal 6 Mei 2016 Kepala Madrasah Diniyah mengungkapkan bahwa rasa percaya diri itu harus dimiliki oleh seorang pemimpin, bagaimana seorang bisa dianggap pemimpin jika tidak percaya diri. Pada 30 Juni 2016 mas Ri selaku salah satu pengurus pondok Pesantren Wahid Hasyim mengatakan :

“Iya, Bapak N.A itu termasuk percaya diri, bagaimana tidak sebelum menjadi kepala Madrasah Diniyah beliau menjadi kepala LPM Wahid Hasyim selama 2 periode.” (30 Mei 2016)

Lanjut salah satu ustadz di Madrasah Diniyah menambahkan, bapak Ro berkata :

“Menurut saya, bapak kepala Madrasah Diniyah itu sangat percaya diri, beliau biasa berbicara di depan umum, apalagi pas menjadi Kepala LPM beliau sering mengisi pengajian di masyarakat sekitar.” (6 Mei 2016)

Dalam memimpin, Kepala Madrasah Diniyah memiliki rasa percaya diri, terlihat dari cara beliau berbicara di depan umum dan pengalaman beliau sebelumnya menjadi kepal LPM Wahid Hasyim

103

mengisi pengajian di masyarakat sekitar. Selain itu Kepala Madrasah Diniyah terlihat sangat percaya diri dalam memimpin rapat maupun pengambilan keputusan. Rasa kepercayaan diri dalam diri Kepala Madrasah Diniyah di Pondok Pesantren Wahid Hasyim sudah tidak diragukan lagi.

3) Sikap Kepala Madrasah Diniyah dalam Memimpin Madrasah Diniyah.

Selain rasa percaya diri, hal lain yang mendukung kemajuan Madrasah Diniyah adalah sikap Kepala Madrasah Diniyah dalam memimpin Madrasah Diniyah, peneliti menjumpai sikap disiplin, rendah hati dan bertanggung jawab dengan segala sesuatu yang ada di Madrasah Diniyah. Seperti yang diungkapkan oleh Kepala Madrasah Diniyah sebagai berikut :

“Jadi kita disini kita usahakan saling memotivasi, jika para

pengurus redup, saya memotivasi, jika saya redup biasanya gantian pengurus lain yang memotivasi, untuk motivasi yang paling berarti di sini adalah wejangan/ pengajian pengasuh (kyai) setiap sabtu dan minggu pagi, pak nyai selalu mengajarkan pada kami jangan sampai membanggakan diri sendiri, iso o rumongso, ojo rumongso iso, dan itu sudah menjadi prinsip kami. Walau disini Madrasah Diniyah ini