• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kerajaan Anugerah Gambaran kera jaan kemuliaan itu ditampilkan di Bukit Ke-

Dalam dokumen Apa yang Perlu Anda Ketahui Tentang 28 (Halaman 64-68)

segala sesuatu diciptakan, sifat-sifat Allah dinyatakan, keselamatan manusia dilengkapkan, dan dunia dihakimi Ialah Allah yang sejat

TUGAS-TUGAS YESUS KRISTUS

2. Kerajaan Anugerah Gambaran kera jaan kemuliaan itu ditampilkan di Bukit Ke-

muliaan. Di sanalah Kristus menampilkan diri-Nya dalam kemuliaan-Nya. “Wajah-Nya bercahaya seperti matahari dan pakaian-Nya menjadi putih bersinar seperti terang” (Mat. 17:2). Musa dan Elia mewakili orang yang ditebus. Musa menggambarkan orang yang mati dalam Kristus dan kemudian dibangkit- kan, sedangkan Elia mewakili orang-orang percaya yang akan dibawa ke surga tanpa mengalami kematian pada waktu kedatang- an-Nya kedua kali.

Kerajaan kemuliaan, akan didirikan de- ngan diikuti peristiwa dahsyat waktu keda- tangan Kristus (Mat. 24:27, 30, 31; 25:31, 32). Kemudian diikuti dengan pengadilan, waktu Anak Manusia mengakhiri tugas peng- antaraan-Nya di bait suci surga, “Yang Lan- jut Usianya”—Allah Bapa—akan memberi- kan kepada-Nya “kekuasaan dan kemuliaan dan kekuasaan sebagai raja” (Dan. 7:9, 10, 14). Kemudian “pemerintahan, kekuasaan dan kebesaran dari kerajaan-kerajaan di ba- wah semesta langit akan diberikan kepada orang-orang kudus, umat Yang Mahatinggi: pemerintahan mereka adalah pemerintahan yang kekal, dan segala kekuasaan akan me-

ngabdi dan patuh kepada mereka” (Dan. 7: 27).

Kerajaan kemuliaan pada akhirnya akan didirikan di atas dunia pada akhir milenium itu, manakala Yerusalem Baru akan turun da- ri surga (Why. 20, 21). Dengan menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat, kita da- pat menjadi warga negara kerajaan kemu- rahan-Nya sekarang dan kerajaan kemulia- an pada waktu kedatangan-Nya, yang kedua kali. Di hadapan kita terbentang kehidupan yang mempunyai kemungkinan yang tiada batasnya. Kehidupan yang diberikan Kris- tus bukanlah suatu kehidupan yang dipenu-

hi kegagalan dan hadapanyang pudar serta

impian yang buyar, melainkan suatu kehi- dupan yang bertumbuh, yang berjalan de- ngan sukses bersama Kristus, Juruselamat. Suatu kehidupan yang memperlihatkan ke- hidupan cinta kasih yang sejati dan bertum- buh terus, penuh kegembiraan, damai, pan- jang sabar, lemah lembut, kebajikan, setia- wan, ramah dan penuh pengendalian diri (Gal. 5:22, 23)—buah-buah hubungan de- ngan Yesus, yang diberikan-Nya kepada se- mua orang yang mau memasrahkan hidup kepada-Nya. Siapakah yang akan menolak pemberian yang demikian?

Referensi:

1. Mengenai nubuatan 70 minggu. baca 70 weeks, Leviticus, and the Nature of Prophecy, ed., Frank B. Holbrook (Wash- ington, D.C.” Biblical Research Institute, General Conference of Seventh-day Adventist, 1986), hlm. 3-127.

2. Mengenai Fondasi Alkitabiah prinsip tahun hari, lihat William H. Shea, Selected Studies on Prophetic Interpretation

(Washington, D.C.: Review and Herald, 1982), hlm. 56-93.

3. Tanggal-tanggal pemerintahan Artaxerxes dikukuhkan oleh tangga-tanggal Olimpiade, Kanon Ptolemy, Papirus Ele- phantine dan tablet Kuniform Babilonia.

4. Lihat juga C. Mervyn Maxwell, God Cares (Mountain View, CA.: Pacific Press, 1981) Jilid 1, hlm. 216-218. 5. Gleason L. Archer, Encyclopedia of Bible Difficulties (Grand Rapids, MI: Zondervan, 1982), hlm. 291. 6. White, The Desire of Ages (Mountain View, CA: Pacific Press, 1940), hlm. 530.

7. Alkitab menyebut Yesus “anak tunggal” dan “anak sulung” dan berbicara mengenai hari kelahiran-Nya bukanlah berarti menyangkal keilahian-Nya serta keberadaan-Nya yang abadi. Istilah “anak tunggal” (Yoh. 1:14; 1:18; 3:16; 1 Yoh. 4:9) berasal dari kata Yunani monogenes. Penggunaan yang Alkitabiah kata monogenes menyatakan bahwa cakupan makna- nya “satu-satunya” yang “unik” menggambarkan suatu hubungan yang khusus, bukan suatu peristiwa kebetulan saja. Misalnya, Ishak disebut “satu-satunya anak Abraham” sekalipun sebenarnya bukan hanya ialah anak satu-satunya, bah- kan anak sulung sekalipun (Kej. 16:16; 21:1-21; 25:1-6). Ishak adalah anak yang unik, yang tiada taranya, yang dimak- sudkan sebagai pengganti Abraham. “Yesus Kristus, Allah yang sudah ada sejak dahulu, Firman Allah yang Ilahi, karena dengan penjelmaan-Nya menjadikan Ia sebagai Anak Allah yang unik—yang mana Ia dinyatakan “monogenes,” tidak ada yang seperti Dia, yang unik dalam banyak hal aspek hidup dan wujud-Nya. Tidak ada anak manusia yang seperti Dia, tiada taranya dalam hubungan-Nya dengan Keallahan, yang melakukan pekerjaan yang benar seperti yang dilaku- kan-Nya. Oleh karena itu, “monogenes” melukiskan hubungan antara Allah Bapa dengan Yesus Kristus sang Anak sebagai Pribadi yang terpisah dalam Keallahan. Inilah hubungan yang dimiliki Yesus, dengan kepribadian-Nya yang Ilahi, dalam hubungan dengan rencana keselamatan.” (Committe on Problem in Bible Translation, Problems in Bible Translation [Washington, D.C.: Review and Herald, 1954] hlm. 202). Seperti halnya ketika Kristus disebut “anak tung- gal” (Ibr. 1:6; Rm. 8:29; Kol. 1:15, 18; Why. 1:5), Istilah itu tidak merujuk pada segi waktu raja. Justru itu menekankan pentingnya atau prioritas (bandingkan Ibr. 12:23). Dalam kultur Ibrani, biasanya anak sulung memperoleh hak-hak istimewa dalam keluarga. Demikianlah Yesus, sebagai anak sulung di antara manusia, memenangkan kembali semua hak-hak istimewa manusia yang telah hilang itu. Ia menjadi Adam yang baru, “anak sulung” yang baru atau pemimpin umat manusia. Petunjuk yang diberikan Alkitab mengenai Yesus yang diperanakkan itu didasarkan atas konsep yang sama dengan anak tunggal dan anak sulung. Dengan berdasarkan konteks itu, nubuat mengenai Mesias, “Anak-Ku engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini” (Mzm. 2:7), menunjuk kepada Yesus dengan penjelmaan-Nya (Ibr. 1:6), kebangkitan (Kis. 13:33; bandingkan dengan ayat 30), atau penahbisan-Nya (Ibr. 1:3, 5).

8. Bukti tambahan diperoleh dalam hukum tata bahasa Yunani. (1) Penggunaan kata (menggunakan kata tanpa suatu penunjuk/kata sandang tentu) “Lord” (Tuhan). Penerjemah LXX menerjemahkan YHWH dengan kurios amartria. Se- ring benar, apabila seseorang menemukan kurios di dalam Perjanjian Baru maka yang ditunjukkannya ialah Tuhan (mi- salnya dalam Mat. 7:21; 8:2, 6. 25). (2) Sebuah kata sandang tunggal menyatakan dua kata benda. Misalnya di dalam kedua frase ini Kristus digambarkan sebagai Allah “Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus” (Titus

2:13), “oleh karena keadilan Allah dan Juruselamat kita, Yesus Kristus” (2 Ptr. 1:1). (3) Apabila ada dua kata benda dan yang kedua itu dalam bentuk kasus genetif tanpa penunjuk tentu (artikel), yang lainnya kata benda yang saling mengisi satu sama lain. Begitu pulalah dengan Rm. 1:17, 18. yang berbicara mengenai “kebenaran Allah” dan “murka Allah”, dengan demikian Yesus dilukiskan sebagai “Anak Allah” (Luk 1:35).

9. White, “The True Sheep Respond to the Voice of the Shepherd,” Signs of the Times, 27 November 1893, hlm. 54. 10. White, Patriarchs and Prophets, hlm. 34.

11. Ungkapan-ungkapan ini sering digunakan oleh para penulis Advent untuk menggambarkan identitas Yesus terhadap umat manusia (bangsa manusia), akan tetapi mereka menggunakannya bukan dalam pengertian dan lingkup yang penuh dosa. Gereja secara resmi mengambil poisisi (sepanjang sejarahnya) bahwa Tuhan Yesus Kristus sama sekali tidak berdosa.

12. Kristus mengenakan “tubuh dan pikiran yang sama mudahnya dipengaruhi” seperti orang yang hidup pada masa-Nya (White, “Notes of Travel,”Advent Review and Sabbath Herald, 10 Februari 1885, hlm. 81)—keadaan manusia yang sudah merosot “kekuatan jasmaninya, begitu pula kuasa pikiran dan moral”—secara moral Kristus tidak merosot, Ia pun sama sekali tidak berdosa (White, “In All Points Tempted Like As We Are,” Signs, 3 Desember 1902, hlm. 2; White,

Desire of Ages, hlm. 49).

13. Henry Melvill dalam Sermons by Henry Melvill, B.D., ed., C.P. Mellvaine (New York, N.Y.: Stanford & Swords, 1844), hlm. 47. Dengan “tanpa cacat-cela” dimaksudkannya lapar, sakit, duka, dsb. Ia menyebut pandangan ini “doktrin orto- doks” sebelum dan sesudah Kejatuhan—sebagai sifat Kristus.

14. White, Letter 8, 1895 dalam The Seventh-day Adventist Bible Commentary, ed., Francis D. Nichol, rev. ed. (Washington, D.C.” Review and Herald, 1980), jld 5, hlm. 1128,1129; bandingkan SDA Bible Commentary, rev. ed., jilid 7, hlm. 927. 15. Bnd. White, “In Gethsemane”, Signs, 9 Desember 1987, film. 3; White dalam SDA Bible Commentary, rev. ed., jld 7,

hlm. 426.

16. Brooke F. Wescott, The Epistle to the Hebrews (Grand Rapids, MI: Wm. B. Eerdmans, 1950), hlm. 59. 17. F.F. Bruce, Commentary on Epistle to the Hebrews (Grand Rapids, MI: Wm. B. Eerdmans, 1972), hlm. 85, 86. 18. White, The Temptation of Christ,” Review and Herald, 1April 1875, hlm. 3.

19. Philip Schaff, The Person of Christ” (New York, NY: George H. Doran, 1913), hlm. 35, 36.

20. Karl Ullmann, An Apologetic View of the Sinless Character of Jesus, The Biblical Cabinet; atau Hermeneutical Exe- getical, and Philological Library (Edinburgh, Thomas Clark, 1842) jld. 37, hlm. 11.

21. White, “In Gethsemane,” Signs, 9 Desember 1897, hlm. 3; bandingkan White, Desire of Ages, hlm. 266.

22. White, Letter 8, 1895, dalam SDA Bible Commentary, jilid 5, hlm. 1128, 1129. Pada masa E.G. White definisi Propen- sity (kecenderungan) dipungut dari bahasa Latin propensus yang berarti “kecenderungan alamiah;prasangka, keras hati akan” (Webster Collegiate Dictionary, edisi ketiga., (Springfield, MA: G.&C. Merriam Co., 1916): bandingkan Nut- sall’s Standard Dictioinaty of the English Laguage (Boston, MA: De Wolfe, Fiske & Co., 1886). Webster’s Unabridged Dictionary mengartikannya sebagai “kualitas atau keadaan cenderung (condong ke arah, dalam rasa moral); Kecende- rungan alamiah; disposisi untuk melakukan yang baik atau jahat: prasangka, cenderung, tendensi” Webster’s lnterna- tional Dictionary of the English Language (Springfield, MA: G.&C. Merriam & Co., 1890). Salah seorang penulis yang

sangat dikagumi E.G. White, Henry Melvin, menulis, ‘Tetapi ia mengenakan kemanusiaan tanpa cacat-cela, Ia tidak mengikuti kecenderungan hati terhadap dosa. Di sinilah Keilahiannya diserang. Roh Kudus menyelubungi Sang Pera- wan, dan mengizinkan kelemahan datang dari padanya, menjauhkan yang jahat; sehingga mengakibatkan kemungkinan adanya duka dan derita manusia, namun tidak bernoda dan bercacat-cela; manusia yangjuga mengenal air mata, namun tidak ada noda; kemungkinan untuk murka, namun tidak cenderung untuk mempertahankan diri; sangat mengenal kesengsaraan tetapi bukan akibat perbuatannya (Melvin, hlm. 47). Baca Tim Poirier, “A Comparison of the Christology of Ellen G. White and Her Literary Sources” (Naskah yang tidak diterbitkan dari Ellen G. White Estate, Inc., General Conference of Seventh-day Adventists, Washington, D.C. 20012).

23. White, ‘Temptation of Christ” Review and Herald, 13 Oktober 1874, hlm. [1]; bandingkan White dalam SDA Bible Commentary, jilid 7, hlm. 904.

Allah Roh yang kekal aktif bersama Bapa dan Anak dalam Penciptaan,

Dalam dokumen Apa yang Perlu Anda Ketahui Tentang 28 (Halaman 64-68)