• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

D. Kerangka Teori

Dalam penelitian ini, peneliti mengambil tema terkait pendidikan seks untuk anak usia dini. Dalam hal ini peneliti mengambil subjek orang tua yaitu ibu selaku orang tua dari anak dengan objek penelitian bagaimana persepsi orang tua dalam memberikan pendidikan seks untuk anaknya. Sehingga dalam hal ini akan ditemukan bentuk tindakan orang tua ketika memberikan pendidikan seks kepada anaknya sesuai dengan persepsi yang telah dibangun sesuai dengan apa yang dipercayainya.

38

Selanjutnya alasan mengapa pemberian pendidikan seks ini seharusnya diberikan oleh orang tua adalah karena usia dini adalah usia keemasan atau dengan istilah lain Golden Age, adalah masa-masa penting, dimana orang tua dan lingkungan sekitarnya sangatlah mendukung untuk membentuk kehidupan anak selanjutnya, dimana anak adalah peniru terhebat didunia, betapapun tidak peduli ia terhadap apa yang terjadi di lingkungan ini, anak sebenarnya sedang memperhatikan apa yang sedang dilakukan oleh orang tua (Nugroho, 2014). Dalam hal ini para ahli yang berkecimpung di dunia anak, pada umumnya sependapat bahwa pendidik terbaik anak adalah orang tuanya sendiri, termasuk dalam hal ini adalah pendidik dalam bidang seks. Oleh sebab itu, peran orang tua akan bermain lebih besar dalam hal ini (Gunarsa, 2001).

Pendidikan seks untuk anak baiknya diberikan ketika anak memasuki usia dini (2-6 tahun), usia dini adalah usia keemasan atau dengan istilah lain

Golden Age, adalah masa - masa penting, dimana peran orang tua dan lingkungan sekitarnya sangatlah mendukung untuk membentuk kehidupan anak selanjutnya, dimana anak adalah peniru terhebat di dunia, betapapun tidak peduli ia terhadap apa yang terjadi di lingkungan ini, anak sebenarnya sedang memperhatikan apa yang sedang dilakukan oleh orang tua (Nugroho, 2014). Pada masa ini pendidikan seks sendiri sangat berpengaruh dalam perkembangan kehidupan anak ketika memasuki masa remaja dan selanjutnya. Selain itu, pendidikan seks yang diberikan sejak anak usia dini sangat tepat, di mana dalam usia ini anak-anak sangat kritis

39

dari segi pertanyaan dan tingkah lakunya untuk menjelajahi lingkungannya, oleh sebab itu masa ini disebut dengan ‘masa bertanya’. Itu semua karena pada masa ini anak-anak memiliki rasa keingintahuan yang besar (Hurlock, 1980).

Karakteristik perkembangan anak usia dini terkait dengan perkembangan seksualitas anak menurut Freud (Santrock, 2002) rentang usia antara 3-6 tahun anak berada pada tahap phallic. Selama tahap phallic kenikmatan berfokus pada alat kelaminnya. Kenikmatan masturbasi serta kehidupan fantasi anak yang menyertai aktivitas auto-erotik membuka jalan bagi tumbulnya Oedipus Complex. Dimana anak laki -laki ingin memiliki ibunya dan menyingkirkan ayahnya, sedangkan anak perempuan ingin memiliki ayahnya dan menyingkirkan ibunya. Perasaan-perasaan ini menyatakan diri dalam khayalan pada waktu anak melakukan masturbasi (Kartono, 1995).

Pada usia 3 sampai 4 tahun anak sudah mulai menyadari tentang perbedaan alat kelamin yang berbeda antara anak laki-laki dengan anak perempuan serta menanyakan mengenai perbedaan tersebut. Pertanyaan yang sering muncul pada usia ini adalah “dari mana datangnya bayi”. Perilaku seksual yang biasanya muncul pada anak yang berusia kurang dari 4 tahun adalah : (1) Menyentuh bagian-bagian pribadi mereka di depan umum, (2) Menggosokgosokkan bagian pribadi mereka dengan tangan atau benda yang lain, (3) Mencoba untuk menyentuh paya dara Ibu atau wanita lain, (4) Mencoba untuk melepas baju mereka di depan umum, (5) Mencoba

40

untuk melihat orang lain yang sedang telanjang dan (6) Mengajukan pertanyaan tentang bagian-bagian tubuh mereka beserta fungsinya. Pada usia 4 – 6 tahun perilaku seksual yang pada umumnya muncul adalah : (1) Menjelajah bagian-bagian tubuh mereka sendiri dengan teman- teman

seusianya, misalnya dengan bermain “dokter-dokteran”, (2) Meniru perilaku orang dewasa, misalnya mencium, memegang tangan teman lawan jenisnya, (3) Menyebutkan organ-organ vitalnya dengan istilah mereka sendiri (Santrock, 2002).

Dalam melakukan pendidian seks untuk anak usia dini oleh orang tua dalam penelitian ini memiliki batasan-batasan tertentu disesuaikan dengan usia dan tingkat pemahaman si anak. Pendidikan seks untuk anak usia dini di sini memiliki esensi dengan tingkatan sederhana sesuai dengan tingkat usia dan pemahaman anak usia dini. Dalam hal ini berupa pengenalan kepada anak tentang bentuk fisik dan pengajaran moral. Terkait pengenalan fisik di sini adalah mengenalkan dan mengajarkan kepada anak tentang bagian-bagian tubuh manusia, seperti memperkenalkan bagian anggota tubuh dan fungsinya yang paling sederhana : mata, telinga, hidung, mulut, rambut, tangan, kaki dan sebagainya hingga ke bagian yang lebih intim yaitu bagian alat kelamin. Memperkenalkan perbedaan antara perempuan dan laki-laki yang nampak atau terlihat oleh mata, misalnya menjelaskan kepada anak terkait pakaian antara laki-laki dan perempuan, di mana jika laki-laki memakai sarung, peci, dan kemeja ketika sholat, sedangkan perempuan memakai mukenah ketika

41

sholat. Jika anak perempuan memakai anting dan laki-laki tidak diperbolehkan memakai anting, dan lain-lain.

Sedangkan untuk mengajarkan tentang moral kepada anak usia dini disini bisa dimulai dengan mengajarkan tentang perbuatan yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh anak ketika berada di tempat umum, misalnya mengajarkan anak ketika membuang air kecil dibiasakan di kamar mandi, mengajarkan anak untuk menjaga ucapannya, jangan sampai mengucap kata- kata kotor. Selain itu juga memperkenalkan dan mengajarkan anak tentang sholat, serta perbuatan baik lainnya.

Dari pemaparan krangka pemikiran di atas, dapat dikatakan bahwa memang sangat penting dan baik sekali jika pendidikan seks sejak usia dini segera diberikan oleh orang tua yang memiliki peran utama dalam mendidi anak-anaknya, dengan tujuan agar anak memiliki pengetahuan yang besar serta memahami terhadap masalah seksualitas yang benar. Anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik tanpa harus melakukan penyimpangan moral dan penyimpangan seksual yang kini kian merajalela di kalangan remaja dan anak-anak sekalipun. Selain itu anak juga mendapatkan ajaran untuk dapat menjaga dan mengantisipasi dirinya dari kejahatan-kejahatan seksual.

Dokumen terkait