• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

F. Kerangka Teori dan Konsepsi

1. Kerangka Teori

Teori berfungsi untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi, sedangkan kerangka teori merupakan landasan dari teori atau dukungan teori dalam membangun atau memperkuat kebenaran dari permasalahan yang dianalisis.34Dibawah ini akan diuraikan pemikiran-pemikiran, butir-butir pendapat, serta teori yang akan menjadi dasar kerangka bagi penelitian ini.

34

JJJ. M. Wuisman, Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Asas-asas, ( Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1996), hlm. 203.

a. Hukum dan Kegiatan Ekonomi.

Hukum mengatur bagaimana seseorang bertingkah laku di lingkungan masyarakat, bagaimana seseorang harus bertindak memenuhi kebutuhannya, bagaimana seseorang berinteraksi dengan orang lain. Bidang ekonomi merupakan salah satu bidang pengaturan dari hukum. Hukum mengatur bagaimana cara-cara pelaku ekonomi bertindak dalam menjalankan kegiatan ekonominya untuk mencapai tujuannya. Ekonomi berbicara tentang cara pemenuhan kebutuhan, yaitu segala tindakan yang dilakukan manusia dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Sedangkan hukum berbicara tentang bagaimana menjamin terlaksananya pemenuhan kebutuhan itu secara tertib dan adil. Peraturan-peraturan hukum di bidang perekonomian itu disebut sebagai Hukum Ekonomi.35

Rochmat Sumitro mengemukakan defenisi hukum ekonomi sebagai berikut:36

“Hukum Ekonomi, yaitu keseluruhan norma yang dibuat oleh pemerintah atau penguasa sebagai suatu personifikasi dari masyarakat yang mengatur kehidupan ekonomi dimana kepentingan individu dan kepentingan masyarakat saling berhadapan.”

Kegiatan-kegiatan di bidang ekonomi pada dasarnya dapat dikelompokkan dalam 2 (dua) kategori besar, yaitu :

35

Ismail Saleh, Pembaharuan Hukum Ekonomi Indonesia, dalam Serangkaian Pembahasan Bagi Pembaharuan Hukum Ekonomi di Indonesia, (Jakarta: Kantor Menko Ekkuwasbang dan Dep.Kehakiman, 1991), hlm., 16-17.

36

Neni Sri Imaniyati, Hukum Ekonomi dan Ekonomi Islam Dalam perkembangannya, (Bandung: Mandar Maju, 2002),hlm.70.

1. Kegiatan dalam rangka pembangunan ekonomi.

Pembangunan ekonomi pada dasarnya meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi untuk meningkatkan perekonomian nasional demi tercapainya kesejahteraan masyarakat (kepentingan umum). Termasuk dalam hal ini adalah segala upaya pemerintah untuk meningkatkan volume pembangunan nasional, meningkatkan produksi nasional, serta meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat melalui pemberian dan perluasan kesempatan berusaha, kesempatan bekerja, dan kesempatan mengembangkan diri. Oleh karena itu, bagian ini lebih mengarah kepada kepentingan umum. Pembangunan ekonomi yang dimaksud menjadi tugas, kewenangan, dan tanggung jawab pemerintah yang didasarkan kepada sejumlah peraturan sebagai dasar dan penentu arahnya. Peraturan-peraturan di bidang ini dapat disebut sebagai hukum yang bersifat publik.37

2. Kegiatan yang berupa menjalankan usaha (menjalankan perusahaan/bisnis).

Menjalankan kegiatan usaha merupakan kegiatan ekonomi yang diorganisasikan dalam satu lingkup kegiatan perusahaan yang kemudian menjadi bagian dari suatu perusahaan. Dalam menjalankan perusahaan atau tindakan bisnis pihak-pihak yang terkait di dalamnya mempunyai kepentingan untuk dijamin dan dilindungi haknya. Oleh karena itu, para pihak yang terkait dengan perusahaan harus tunduk kepada peraturan hukum sebagai aturan mainnya sehingga lebih jauh ada ketentuan hukum tentang bagaimana tugas, wewenang, dan tanggung jawab

37

Janus S. dan Berlian Simarmata, Pokok-Pokok Hukum Ekonomi Indonesia, (Medan: Bina Media Perintis, 2006), hlm.3

pengelola perusahaan kepada perusahaan secara timbal balik, maupun kepada masyarakat dan pemerintah. Ketentuan hukum yang berkaitan dengan menjalankan perusahaan dan tindakan bisnis mempunyai ciri khusus yang berbeda dengan ketentuan hukum mengenai pembangunan ekonomi. Ketentuan hukum di bidang perusahaan dan bisnis ini lebih bercorak privat (keperdataan), meskipun mengandung ciri publik (kepentingan umum, khususnya ciri administratif). Peraturan-peraturan hukum yang dimaksud dikategorikan sebagai Hukum Perusahaan.38

Sekurang-kurangnya ada tiga fungsi yang dimainkan hukum dalam perekonomian, yaitu :39

1. Fungsi Hukum sebagai Penentu Arah Pembangunan Ekonomi.

Pembangunan ekonomi harus dilakukan terarah supaya dapat mencapai tujuan yang sudah ditetapkan bersama. Pembangunan ekonomi memerlukan perencanaan, pedoman pelaksanaan, dan evaluasi yang harus ditata supaya saling menunjang dengan pembangunan bidang-bidang lainnya. Perlu ada kesepakatan bersama untuk menetapkan arah dan tujuan pembangunan itu yang dituangkan dalam bentuk peraturan perundang-undangan. Pemerintah maupun masyarakat harus merencanakan dan menjalankan kegiatan ekonomi sesuai dengan arah yang sudah ditetapkan itu. Oleh karena itu, hukum memberi arah bagi pembangunan ekonomi.

38 Ibid. 39

2. Hukum sebagai Alat Legitimasi.

Pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan ekonomi memerlukan jaminan bahwa tindakan-tindakan mereka tidak melanggar hukum, bahwa tindakan mereka dibenarkan dalam hidup bermasyarakat, sehingga kelak tidak mendapat gangguan dari masyarakat karena dianggap mengganggu. Begitu juga dengan pejabat pemerintah, memerlukan pedoman tindakan apa yang dapat mereka lakukan sehubungan dengan terjadinya peristiwa di bidang ekonomi serta memerlukan jaminan bahwa tindakan mereka dibenarkan. Hukum dapat menjamin semua tindakan itu karena hukum menjadi landasan legitimasi yaitu melegitimasi setiap tingkah laku dari pelaku ekonomi dan pejabat negara di bidang ekonomi. Hukum memberi keabsahan bagi segala tindakan pelaku ekonomi.

3. Hukum Sebagai Alat Kontrol.

Motif mencari keuntungan dapat mendorong pelaku usaha untuk bertindak menyimpang. Hukum dapat dijadikan alat yang dapat mengendalikan perilaku menyimpang itu supaya tidak berlangsung terus atau supaya tidak diikuti orang lain. Peraturan hukum menjadi acuan untuk menilai apakah suatu tindakan dikategorikan melanggar hukum atau tidak. Melalui peraturan hukum itu pula, dapat dikenakan sanksi tertentu kepada siapa saja yang melakukan pelanggaran. Dengan demikian tidak timbul tindakan sewenang-wenang dari aparat negara maupun dari pelaku usaha. Hukum dijadikan alat kontrol untuk menghindari tindakan pemerintah yang merugikan pelaku usaha. Sementara itu, pelaku usaha juga tidak bertindak di luar

ketentuan hukum yang dapat merugikan pelaku usaha lain, masyarakat, pemerintah maupun perekonomian nasional.

Merger bank sebagai salah satu bentuk kegiatan ekonomi yaitu termasuk ke

dalam kegiatan yang berupa menjalankan perusahaan/bisnis dimana merger pada dasarnya merupakan salah satu bentuk keputusan manajemen puncak yang tipikal, di samping akuisisi, investasi modal yang besar, diversifikasi, peluncuran produk baru, atau penanaman modal patungan. Di samping itu merger juga dikelompokkan sebagai salah satu bagian dari restrukturisasi perusahaan di samping perubahan dalam struktur permodalan, operasional atau kepemilikan yang dilakukan di luar kegiatan usaha yang normal.40 Dengan demikian, merger merupakan kegiatan perusahaan yang bersifat khusus karena berdampak besar tidak saja terhadap perusahaan secara keseluruhan, akan tetapi juga berdampak pada pemegang saham, kreditur, fiskus atau pemerintah maupun pihak ketiga lainnya seperti para karyawan dan juga masyarakat luas. Oleh karena itu, merger mempunyai potensi untuk memberikan dampak positif dan negatif. Untuk meminimalisasi terjadinya dampak-dampak negatif yang bakal muncul dari merger ini, DPR bersama pemerintah hendaknya lebih sigap dalam bertindak lewat pembuatan peraturan perundang-undangan sehingga celah-celah negatif tersebut bisa diperkecil atau dihilangkan agar program pemerintah dalam

40

James C.Van Horne dan John M.Wachowioz, Fundamentals of Financial Management, (New Jersey: Prentice Hall International, Inc., 11 Edition, 2001), hlm.624 dalam Cornelius Simanjuntak, Hukum Merger Perseroan Terbatas, (Bandung: PT.Citra Aditya Bakti, 2004), hlm.2.

upaya meningkatkan kualitas dan peran bank dalam perekonomian Indonesia dapat terwujud.41

Menurut studi yang dilakukan Burg’s setidaknya ada lima unsur kualitas hukum yang harus dipenuhi agar tidak menghambat pertumbuhan ekonomi, yaitu stabilitas (stability), prediksi (predictability), keadilan (fairness), pendidikan (education), dan pengembangan khusus bagi para sarjana hukum (the special

development abilities of the lawyer).42

Burg’s menjelaskan bahwa unsur pertama dan kedua merupakan prasyarat agar sistem perekonomian dapat berfungsi dengan baik. Dalam hal ini, stabilitas diartikan bahwa peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang merger tidak terjadi pertentangan satu sama lain sehingga tercipta harmonisasi peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang merger sedangkan prediksi merupakan suatu kebutuhan untuk bisa memprediksi ketentuan-ketentuan yang berhubungan dengan merger, dimana hukum harus dapat mencegah dampak negatif dari adanya

merger yaitu salah satunya agar merger tidak menimbulkan praktek monopoli dan

persaingan usaha tidak sehat.

Diantara kedua unsur itu penting pula diperhatikan aspek keadilan, bahwa peraturan perundang-undangan tentang merger itu ditujukan untuk kesejahteraan rakyat banyak sehingga menciptakan keadilan sosial yang merata. Dimana merger

41

Adrian Sutedi, Hukum Perbankan Suatu Tinjauan Pencucian Uang, Merger, Likuidasi, dan Kepailitan, ( Jakarta : Sinar Grafika, Cetakan II, 2008),hlm.98-99.

42

Bismar Nasution, Hukum Kegiatan Ekonomi, (Bandung :BooksTerrace & Library, 2007), hlm. 37-38.

dapat meningkatkan kinerja bank untuk lebih baik lagi sehingga dapat mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi sehingga kesejahtaraan rakyat juga meningkat.43 b. Hukum sebagai Sarana Pembaharuan Masyarakat.

Lembaga perbankan sebagai salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peran strategis dalam perekonomian suatu negara. Peran strategis tersebut terutama disebabkan oleh fungsi utama bank sebagai suatu wahana yang dapat menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat secara efektif dan efisien yang dengan berasaskan demokrasi ekonomi mendukung pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan taraf hidup rakyat banyak.44

Masyarakat menyimpan dananya di bank pada dasarnya tanpa jaminan yang bersifat kebendaan. Kesediaan masyarakat menyimpan dananya semata-mata dilandasi oleh kepercayaan, bahwa pada waktunya uangnya akan kembali ditambah dengan sejumlah bunga sebagai penghasilannya. Untuk mengukur tingkat kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan tercermin dari keinginan masyarakat berpartisipasi dalam kegiatan perbankan seperti menyimpan atau menginvestasikan uang, mendepositokan dan meminjam uang untuk memulai atau memperluas usaha. Kemudian dengan dana masyarakat inilah bank menjalankan

43

Dilihat dari segi tujuannya, pada akhirnya tujuan hukum bermuara pada kesejahteraan rakyat. Hukum berusaha menjamin tercapainya keamanan, ketertiban, dan keadilan demi kesejahteraan rakyat. Sementara itu, ekonomi bertujuan untuk menyejahterakan rakyat melalui pemenuhan kebutuhan secara cukup dan baik. Dengan demikian, tujuan hukum dan ekonomi bergerak pada satu arah yang sama. Namun, cara kerjanya berbeda di mana hukum bertugas memberi jaminan, sedangkan ekonomi bertugas menemukan caranya. Janus Sidabalok, Op.,Cit, hlm. 4.

serangkaian aktivitas intermediasi yang pada akhirnya merupakan bagian dari pergerakan roda perekonomian.45 Berkurangnya kepercayaan terhadap suatu bank mempunyai dampak domino yang dapat mempengaruhi kepercayaan terhadap bank lainnya yang pada dasarnya sehat. Ini terjadi karena nasabah mengetahui apabila bahwa apabila terjadi rush (penarikan dana secara besar-besaran oleh nasabah), maka nilai asset bank akan turun dengan cepat sehingga nasabah akan berupaya menarik simpanannya sebelum nasabah yang lain.46

Pentingnya peranan bank dalam perekonomian dan besarnya tingkat kepercayaan masyarakat yang harus dijaga dalam industri ini menyebabkan perbankan menjadi industri yang paling banyak dan ketat diatur (heavly regulated). Hal ini dimaksudkan agar terpeliharanya kesehatan perbankan dalam penciptaan sistem keuangan yang sehat.47Selain itu perkembangan ekonomi nasional dewasa ini

45

Leo J.Susilo dan Karlen Simarmata, Good Corporate Govrnance pada Bank:Tanggung Jawab Direksi dan Komisaris dalam Melaksanakannya, (Bandung: PT.Hikayat Dunia, 2007), hlm. v. Peran dan partisipasi dari kalangan masyarakat luas ini merupakan sesuatu yang vital bagi industri perbankan itu sendiri maupun kesejahteraan masyarakat umum secara luas yang pada akhirnya berkepentingan bagi pembangunan.

46

Sebagai penyedia likuiditas, bank harus mampu menyediakan dana bagi nasabah penyimpan setiap saat, dengan catatan penarikan dana tidak dilakukan oleh nasabah penyimpan secara bersama-sama. Apabila nasabah secara bersama-sama menarik dananya, maka bank terpaksa mencairkan asset tidak likuid mereka yang biasanya dengan harga dibawah pasar sehingga menyebabkan kebangkrutan bank. Zulkarnain Sitompul, Perlindungan Dana Nasabah…..Op.,Cit., hlm.25. Sektor perbankan merupakan suatu sistem yang saling terkait erat satu dengan lainnya. Kegagalan satu bank tidak hanya menyebabkan masalah pada individual bank. Lebih jauh lagi, kegagalan bank dapat menimbulkan efek domino dalam industri perbankan. Karena bank menyediakan sarana pembayaran, maka kegagalan di sektor perbankan pada gilirannya akan menimbulkan kegagalan di sektor perusahaan dimana terjadi hambatan dalam penyelesaian pembayaran. Akibat kegagalan dalam di sektor ini dapat berdampak negatif pada seluruh sistem (systemic risk), maka gagalnya satu bank dapat menyebabkan masalah pada sistem perbankan secara keseluruhan dan dapat menimbulkan penarikan dana secara besar-besaran pada bank yang sehat. Sunarsip, Op.,Cit,.hlm.2.

47

Beberapa alasan pentingnya kesehatan lembaga keuangan, khususnya perbankan, dalam penciptaan sistem keuangan yang sehat , antara lain:1). Keunikan karakteristik perbankan yang rentan terhadap serbuan masyarakat yang menarik dana secara besar-besaran (bank runs) sehingga berpotensi

menunjukkan arah yang semakin menyatu dengan ekonomi regional dan internasional yang dapat menunjang sekaligus dapat berdampak kurang menguntungkan. Oleh karena itu, diperlukan berbagai penyesuaian kebijakan di bidang ekonomi termasuk sektor perbankan sehingga diharapkan akan dapat memperbaiki dan memperkukuh perekonomian nasional serta mengharmonisasikan berbagai ketentuan-ketentuan dan perkembangan baru yang terjadi di tingkat internasional.48

Berkaitan dengan hal ini, peranan hukum sangat besar dalam mengorganisir industri perbankan secara efektif dan efisien agar mampu bersaing secara internasional serta melakukan harmonisasi ketentuan-ketentuan internasional ke dalam hukum nasional. Setidaknya ada empat alasan mengapa di dalam suatu masyarakat hukum, fungsi perencanaan dan penanggulangan itu dilakukan dengan memanfaatkan hukum. Pertama, hukum merupakan hasil penjelajahan ide dan pengalaman manusia dalam mengatur hidupnya. Hukum merupakan bentuk pengaturan kehidupan manusia yang paling tua, yang pada abad ke-20 telah diyakini

merugikan deposan dan kreditur bank; 2). Penyebaran kerugian diantara bank-bank sangat cepat melalui contagion effect sehingga berpotensi menimbulkan sistem problem; 3). Proses penyelesaian bank-bank bermasalah membutuhkan dana dalam jumlah yang tidak sedikit. 4). Hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap perbankan sebagai lembaga intermediasi akan menimbulkan tekanan-tekanan dalam sektor keuangan (financial distress) ; 5). Ketidakstabilan sektor keuangan akan berdampak pada kondisi makroekonomi, khususnya dikaitkan dengan tidak efektifnya transmisi kebijakan moneter. Anwar Nasution, “Masalah-Masalah Sistem Keuangan dan Perbankan Indonesia”, disampaikan dalam Seminar Pembangunan Hukum Nasional VIII yang diselenggarakan oleh Badan Pembinaan Hukum Nasional-Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia RI, tanggal 14-18 Juli 2003 di Denpasar.

48

Ketentuan-ketentuan dan perkembangan baru di tingkat internasional tersebut umumnya dituangkan dalam berbagai bentuk kerjasama multilateral yang tergabung dalam organisasi internasional seperti World Trade Organization (WTO) dan International Monetary Fund (IMF). Dimana keanggotaan Indonesia di kedua organisasi internasional tersebut membawa konsekuensi bahwa seluruh ketentuan dalam WTO dan IMF wajib dilaksanakan oleh Indonesia. Zulkarnain Sitompul, Problematika…Op.Cit.,hlm.56-57.

sebagai desain dan pengaturan hidup manusia yang paling modern dan representatif.

Kedua, terbawa oleh hakikat pengadaan dan keberadaan hukum dalam suatu

masyarakat. Termasuk di dalamnya pengaturan terhadap perubahan yang terjadi, atau yang hendak dilakukan oleh masyarakat.

Ketiga, fungsi hukum selain mengatur, juga berfungsi sebagai pemberi

kepastian, pengamanan, pelindung dan penyeimbang, yang sifatnya tidak sekedar adaptif dan fleksibel, melainkan juga juga prediktif dan antisivatif. 49Potensi hukum ini terletak pada dua dimensi utama dari fungsi hukum yaitu fungsi preventif dan fungsi represif. Fungsi preventif yaitu fungsi pencegahan, yang dituangkan dalam bentuk pengaturan pencegahan yang pada dasarnya merupakan desain dari setiap tindakan yang hendak dilakukan masyarakat, yang meliputi seluruh aspek tindakan manusia, termasuk resiko dan pengaturan prediktif terhadap bentuk penanggulangan resiko itu. Sedangkan represif adalah fungsi penanggulangan, yang dituangkan dalam bentuk penyelesaian sengketa atau pemulihan terhadap kerusakan keadaan yang disebabkan oleh resiko tindakan yang terlebih dahulu telah ditetapkan dalam perencanaan tindakan itu.50Dimensi fungsi hukum di atas menunjukkan bahwa hukum merupakan instrumen yang tidak hanya potensial untuk mengatur dan menjaga harmonisasi kehidupan masyarakat, melainkan juga potensial untuk merekayasa masyarakat.

49

Lili Rasjidi dan I.B. Wyasa Putra, Hukum Sebagai Suatu Sistem, (Bandung : Mandar Maju, 2003), hlm. 178.

50 Ibid.

Keempat, dalam isu pembangunan global, hukum telah dipercaya untuk

mengemban misinya yang paling baru, yaitu hukum sebagai sarana perubahan sosial atau sarana pembangunan.Kepercayaan ini didasarkan pada hakikat dan potensi hukum sebagai inti kehidupan masyarakat.51

Pemikiran tentang hukum sebagai alat pembaharuan dalam masyarakat (law

as a tool of social engineering ) berasal dari Roscoe Pound dalam bukunya yang

terkenal “An Introduction to the Philosophy of Law”. 52 Pendapat Roscoe Pound ini kemudian disesuaikan dengan situasi dan kondisi di Indonesia oleh Mochtar Kusumaatmadja dimodifikasi menjadi konsepsi hukum sebagai sarana pembaharuan masyarakat Indonesia. Mochtar Kusumaatmadja lebih lanjut mengatakan bahwa penggunanaan hukum sebagai sarana perubahan sosial/masyarakat dimaksudkan untuk menggerakkan masyarakat agar bertingkah laku yang sesuai dengan irama dan tuntutan pembangunan seraya meninggalkan sesuatu yang sudah tidak perlu lagi dipertahankan. Di Indonesia, fungsi hukum dalam pembangunan adalah sebagai

51

Mochtar Kusumaatmadja, Hukum, Masyarakat dan Pembinaan Hukum Nasional Suatu Uraian tentang Landasan Pikiran Pola dan Mekanisme Pembaharuan Hukum Indonesia, (Jakarta : Bina Cipta, 1976), hlm.12.

52

Lili Rasjidi dan Ira Rasjidi, Dasar-Dasar Filsafat dan Teori Hukum, ( Bandung : Citra Aditya Bakti, Cetakan VIII, 2001), hlm.78-79. Roscoe Pound adalah pendasar mazhab sociological jurisprudence. Inti pemikiran mazhab yang berkembang di Amerika ini yaitu :“ Hukum yang baik adalah hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup di masyakat”. Aliran ini timbul dari proses dialektika antara positivisme hukum (tesis) dan mazhab sejarah (antitesis). Mazhab sociological jurisprudence menganggap pentingya akal maupun pengalaman, dimana menurut Roscoe Pound, hukum adalah pengalaman yang diatur dan dikembangkan oleh akal yang diumumkan dengan wibawa oleh badan-badan yang membuat undang-undang atau mengesahkan undang-undang dalam masyrakat yang berorganisasi politik dan dibantu kekuasaan masyarakat itu. Roscoe Pound, Tugas Hukum, terjemahan Mohammad Radjab, ( Jakarta: Bhratara, 1975), hlm. 45. Dengan demikian sociological jurisprudence menunjukkan kompromi yang cermat antara hukum tertulis sebagai kebutuhan masyarakat hukum demi terciptanya kepastian hukum (positivisme hukum) dan living law sebagai wujud penghargaan terhadap pentingnya peranan masyarakat dalam pembentukan hukum dan orientasi hukum. Bismar Nasution dan Mahmul Siregar, “Diktat Kuliah Teori Hukum”, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, 2007, hlm. 46.

sarana pembaharuan masyarakat. Hal ini didasarkan pada anggapan, bahwa adanya ketertiban (stabilitas) dalam pembangunan merupakan suatu yang dipandang penting dan diperlukan. Suatu ketertiban hukum merupakan suatu ketertiban yang dipaksa, apabila oleh hukum suatu tindakan-tindakan tertentu tidak diperkenankan, maka jika tindakan itu dilakukan, yang melakukan tindakan tersebut akan dikenakan sanksi.53

Salah satu ciri yang menonjol dari hukum pada masyarakat modern adalah penggunaannya secara sadar oleh masyarakatnya. Disini hukum tidak hanya dipakai untuk mengukuhkan pola-pola kebiasaan dan tingkah laku yang terdapat dalam masyarakat, melainkan juga untuk mengarahkannya kepada tujuan-tujuan yang dikehendaki, menghapuskan kebiasaan yang dipandangnya tidak sesuai lagi, menciptakan pola-pola kelakukan baru dan sebagainya. Inilah yang disebut sebagai pandangan modern tentang hukum itu menjurus kepada penggunaan hukum sebagai suatu instrumen.54 Hal ini sebagaimana dilukiskan oleh Roscoe Pound bahwa tugas pokok pemikiran modern mengenai hukum adalah “rekayasa sosial”

Roscoe Pound mengatakan:55

“but law is not only a means toward civilization, it is a product of

civilization; We must look at it, therefore, in theree ways: as to the past as a product civilization, as to the present as a means of maintaining civilization, as to the future as a means of futhering civilization.”

53

Mochtar Kusumaatmaja, Op.Cit.,hlm.9. 54

Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, (Bandung: Citra Aditya Bakti, Cetakan V, 2000), hlm.206. Hukum tidak hanya dibelakang dan menunggu serta mengikuti perubahan, akan tetapi secara aktif mendorong terjadinya perubahan. Meskipun terjadinya perubahan sosial bukanlah hanya semata-mata ditimbulkan oleh hukum saja tetapi faktor-faktor lain juga turut berperan, namun paling tidak, hukum memilki kemampuan sebagai landasan, petunjuk arah serta sebagai bingkainya. Satjipto Rahardjo, Hukum dan Perubahan Sosial, (Bandung : Alumni, 1991), hlm.113.

55

Roscoe Pound, Interpretations of Legal History, (Florida: Wm.W.Gaunt & Sons.Inc.,1986), hlm.143.

Langkah penggunaan hukum secara sadar untuk mengubah masyarakat (social engineering) bersifat sistematis, dimulai dari identifikasi problem sampai kepada jalan pemecahannya, yaitu :56

1. Mengenal problem yang dihadapi sebaik-baiknya. Termasuk di dalamnya mengenali dengan seksama masyarakat yang hendak menjadi sasaran dari penggarapan tersebut.

2. Memahami nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Hal ini penting dalam hal

social engineering itu hendak diterapkan pada masyarakat dengan sektor-sektor

kehidupan majemuk, seperti: tradisional, modern, dan perencanaan. Pada tahap ini ditentukan nilai-nilai dari sektor mana yang dipilih.

3. Membuat hipotesa-hipotesa dan memilih mana yang paling layak untuk dilaksanakan.

4. Mengikuti jalannya penerapan hukum dan mengukur efek-efeknya.

Hukum yang digunakan sebagai sarana pembaharuan itu antara lain dapat berupa peraturan perundang-undangan. Dalam hal ini Bank Indonesia sebagai bank sentral sekaligus sebagai otoritas perbankan berdasarkan ketentuan perundangan memiliki kewenangan untuk membuat dan menerapkan ketentuan perundangan (right to regulate) yang berkaitan dengan kegiatan operasional sebuah bank, baik yang bersifat preventif maupun represif. 57Arah pengembangan industri perbankan

56

Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum…Op.Cit.,hlm.208. 57

Soedjono Dirdjosisworo, Hukum Perusahaan Mengenai Hukum Perbankan di Indonesia, (Bandung : Mandar Maju, 2003), hlm. 29.

melalui peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia tersebut ditujukan untuk menciptakan sistem perbankan yang sehat, efisien, dan tangguh guna menciptakan kestabilan sistem keuangan dalam rangka membantu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional serta mampu bersaing dalam era globalisasi dan perdagangan bebas.58

Bank Indonesia, oleh karena itu pada Januari 2004 telah mengeluarkan Arsitektur Perbankan Indonesia (API). API merupakan suatu cetak biru (blueprint) mengenai arah dan tatanan perbankan nasional dalam kurun waktu 5-10 tahun ke