• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEOR

3.2. Rancangan Metode Kerja Berdasarkan Ergonomi dan Konsep Produktivitas

3.2.3. Kesesuaian Fasilitas Kerja Berdasarkan Antropometr

Istilah antropometri berasal dari “anthro” yang berarti manusia dan “metri” yang berarti ukuran. Secara definitif antropometri dapat dinyatakan sebagai satu studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia4. Antropomeetri menurut Sevenson (1989) dan Nurmianto (1991) adalah satu kumpulan data numerik yang berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia ukuran, bentuk dan kekuatan serta penerapan dari data tersebut untuk penanganan masalah desain5

a. Umur. Secara umum dimensi tubuh manusia akan tumbuh dan bertambah besar,seiring dengan bertambahnya waktu, yaitu sejak awal kelahiranya sampai dengan umur sekitar 20 tahunan. Hal ini jelas berpengaruh terutama

.

3.2.3.1.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengukuran Antropometri

Manusia pada umumnya akan berbeda-beda dalam hal bentuk dan dimensi ukuran tubuhnya. Di sini ada beberapa faktor yang akan mempengaruhi ukuran tubuh manusia, sehingga sudah semestinya seorang perancang produk harus memperhatikan faktor-faktor tersebut yang antara lain adalah:

4

jika desain diaplikasikan untuk antropometri anak-anak. Antropometrinya akan cenderung terus meningkat sampai batas usia dewasa. Namun setelah menginjak usia dewasa, tinggi badan manusia mempunyai kecenderungan untuk menurun yang antara lain disebabkan oleh berkurangnya elastisitas tulang belakang (interverteral discs). Selain itu juga berkurangnya dinamika gerakan tangan dan kaki.6

b. Jenis kelamin (sex). Dimensi ukuran tubuh laki-laki umumnya akan lebih besar dibandingkan dengan wanita,terkecuali untuk beberapa bagian tubuh tertentu seperti pinggul, dan sebagainya.

c. Suku/bangsa (ethnic). Variasi di antara bebrapa kelompok suku bangsa telah menjadi hal yang tidak kalah pentingnya terutama karena meningkatnya jumlah angka migrasi dari satu negara yang lain.

d. Jenis pekerjaan. Beberapa jenis pekerjaan tertentu menuntut adanya persyaratan dalam seleksi karyawan/stafnya. Sepertinya misalnya: buruh dermaga/pelabuhan adalah harus mempunyai postur tubuh yang relatif lebih besar dibandingkan dengan karyawan perkantoran pada umumnya. Apalagi dibandingkan dengan jenis pekerjaan militer.

e. Cacat tubuh, dimana data antropometri disini akan diperlukan untuk perancaangan produk bagi orang-orang cacat (kursi roda, kaki/tangan palsu, dan lain-lain). Masalah yang sering timbul misalnya: keterbatasan jarak jangkauan, dibutuhkan ruang kaki untuk desain meja kerja, lorong/jalur khusus untuk kursi roda, ruang khusus di dalam lavatory, jalur khusus untuk

6

keluar masuk perkantoran, kampus, hotel, restoran, super market, dan lain- lain.

f. Tebal/tipisnya pakain yang harus dikenakan, dimana faktor iklim yang berbeda akan memberikan variasi yang berbeda-beda pula dalam pula dalam bentuk rancangan dan spesifikasi pakaian. Dengan demikian dimensi tubuh orangpun akan berbeda dari satu tempat dengan tempat yang lain.

g. Kehamilan (pregnancy), dimana kondisi semacam ini jelas akan mempengaruhi bentuk daan ukuran tubuh (khusus perempuan). Hal tersebut jelas memerlukan perhatian khusus terhadap produk-produk yang dirancang bagi segmentasi seperti ini.

3.2.3.2. Antropometri Statis (Struktural)

Di sini tubuh diukur dalam berbagai posisi standar dan tidak bergerak (tetap tegak sempurna). Istilah lain dari pengukuran tubuh dengan cara ini dikenal dengan “structural body dimension”. Dimensi tubuh yang diukur dengan posisi tetap antara lain meliputi berat badan, tinggi tubuh dalam posisi berdiri, maupun duduk, ukuran kepala, tinggi/panjang lutut pada saat berdiri/duduk, panjang lengan dan sebagainya. Ukuran dalam hal ini diambil dengan persentil tertentu seperti persentil 5 dan 95.

3.2.3.3. Antropometri Dinamis (Fungsional)

Di sini pengukuran dilakukan terhadap posisi tubuh padaa saat berfungsi melakukan geraka-gerakan tertentu yang berkaitan dengan kegiatan yang harus

diselesaikan. Hal pokok yang ditekankan dalam pengukuran dimensi fungsional tubuh ini adalah mendapatkan ukuran yang nantinya akan berkaitan erat dengan gerakan-gerakan nyata yang diperlukan tubuh untuk melaksaanakan kegiatan- kegiatan tertentu. Berbeda dengan cara pengukuran yang pertama, strutural body

dimensions, yang mengukur tubuh dalam posisi tetap/statis (fixed); maka cara

pengukuran kali ini dilakkukan pada saat tubuh melakuakn gerakan-gerakan kerja atau dalam posisi yang “dinamis”. Cara pengukuran seperti ini akan menghasilkan data “dynamic anthropometry”. Antropometri dalam posisi tubuh melakukan fungsinya yang dinamis akan banyak diaplikasikan dalam proses perancangan fasilitas atupun ruang kerja. Sebagai contoh perancangan kursi mobil dimana disini posisi tubuh pada saaat melakukan gerakan mengoperasikan kemudi, tangkai pemindahan gigi, pedal dan juga jarak antara kepala dengan atap mobil maupun dashboard harus menggunakan data “dynamic anthropometry”.

3.2.3.4. Prinsip-prinsip Penggunaan Data Antropometri

Data antropometri yang menyajikan data ukuran dari berbagai macam anggota tubuh manusia dalam percentile tertentu akan sangat besar manfaatnya pada saat suatu rancangan produk ataupun fasilitas kerja akan dibuat. Agar rancangan suatu produk nantinya bisa sesuai dengan ukuran tubuh manusia yang akan mengoperasikannya, maka prinsip-prinsip apa yang harus diambil di dalam aplikasi data antropometri tersebut harus ditetapkan terlebih dahulu seperti diuraikan berikut ini:

a. Prinsip perancangaan produk bagi individu dengan ukuran yang ekstrim. Di sini rancaangan produk dibuat agar bisa memenuhi 2 sasaran produk, yaitu: bisa sesuai untuk ukuran tubuh manusia yang mengikuti klasifikassi ekstrim daalaam arti terlalu besar atau kecil bila dibandingkan dengan rata- ratanya dan tetap bisa digunakan untuk memenuhi ukuran tubuh yang lain (mayoritas dari populasi yang ada). Agar bisa memenuhi sasaran pokok tersebut maka ukuran yang diaplikasikan ditetapkan dengan cara: untuk memenuhi yang harus ditetapkan ddari suatu rancangan produk umumnya didasarkan pada nilai percentile yang tersebar seperti 90-th, 95-th, atau 99-th

percentile. Contoh konkrit pada kasus ini dapat dilihat pada penetapan ukuran

minimal dari lebar dan tinggi dari pintu darurat. Untuk dimensi maksimum yang harus ditetapkan diaambil berdasarkan nilai percentile yang paling rendah (1-th, 5-th, 10-th percentile) dari distribusi data antropometri yang ada. Sebagai contoh penetapan jarak jangkauan dari suatu mekaanisme kontrol yang harus dioperasikan oleh seorang pekerja.

b. Prinsip perancaangan produk yang bisa dioperasikan diantara rentang ukuran tertentu.

Di sini rancaangan bisa dirubah-ubah ukuranya sehingga cukup fleksibel dioperasikan oleh setiap orang yang memiliki berbagai macam ukuran tubuh. Contoh yang paling umum dijumpai adalah perancaangan kursi mobil yang mana dalam hal ini letaknya bisa digeser maju/mundur dan sudut sandarannya pun bisa berubah-ubah sesuai dengan yang diinginkan. Dalam kaitannya untuk mendapatkan rancangan yang fleksibel semacaam ini maka data

antropoometri yang umum diaplikasikan adalah dalam rentang nilai 5-th sampai dengan 95-th percentile.

c. Prinsip perancaangan produk dengan ukuran rata-rata

Dalam hal ini rancangan produk didasarkan pada rata-rata ukuran manusia. Problem pokok yag dihadapi dalam hal ini justru sedikit sekali mereka yang berbeda dalam ukuran rata-rata. Di sini produk dirancang dan dibuat untuk mereka yang berukuran sekitar rata-rata, sedangkan bagi mereka yang memilki ukuran ekstrim akan dibuat rancangan tersendiri.

Dokumen terkait