• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

statistik tidak signifikan maka kesimpulannya adalah menerima hipotesis null atau memiliki akar unit.

2. Analisis Model Regresi Data Panel

Untuk mencari keterkaitan antar variabel yang tercakupdalam penelitian ini, penulis menggunakan analisis regresi panel data. Analisis panel data adalah gabungan antara data runtut waktu (time series) dan data silang (cross section) (Wahyu Purnomo, 2011). Data runtut waktu biasanya meliputi satu objek/individu (misalnya harga saham, kurs mata uang, SBI, atau tingkat inflasi), tetapi meliputi beberapa periode (bisa harian, bulanan, kuartalan, atau tahunan). Data silang terdiri dari atas beberapa atau banyak objek, sering disebut responden (misalnya perusahaan) dengan beberapa jenis data (misalnya : laba, biaya iklan, laba ditahan, dan tingkat investasi) dalam suatu periode waktu tertentu. Alat/software yang digunakan dalam penelitian ini adalah Eviews8 dan dalam mengelompokkan data-data yang dibutuhkna peneliti menggunakan Microsoft Excel 2007.

63 Keunggulan regresi data panel menurut wibisono (2005) antara lain:

a. Panel data mampu memperhitungkan heterogenitas individu secara eksplisit dengan mengizinkan variabel spesifik individu;

b. Kemampuan mengontrol heterogenitas ini selanjutnya menjadikan data panel dapat digunakan untuk menguji dan membangun model perilaku lebih kompleks.

c. Data panel mendasarkan diri pada observasi cross-section yang berulang-ulang (time series), sehingga metode data panel ini cocok digunakan sebagai study of dynamic adjusment

d. Tingginya jumlah observasi memiliki implikasi pada data yang lebih informatif, lebih variatif, dan kolineritas (multiko) antara data semakin berkurang, dan derajat kebebasan (degree of freedom/df) lebih tinggi sehingga dapat diperoleh hasil estimasi yang lebih efisien.

e. Data panel dapat digunakan untuk mempelajari model-model perilaku yang kompleks.

f. Data panel dapat digunakan untuk meminimalkan bias yang mungkin ditimbulkan oleh agregasi data individu.

Dengan keunggulan tersebut maka pada implikasi tidak harus dilakukan pengujian asumsi klasik dalam model data panel (Verbeek, 2000; Gujarati, 2006; Wibisono, 2005; Aulia, 2004, dalam Shrochrul R, Ajija, dkk. 2011). Meningat data panel merupakan gabungan dari data cross section dan data time series, maka model dalam penelitian ini ditulis dengan:

64

CSRit =

0

+

1 IGScoreit

+

2IAHit

+

3SIZEit +

ϵ

it

Dimana :

CSRit = Total CSR berdasarkan indeks ISR 2011-2015

IGScoreit = Nilai IGScore 2011-2015

IAHit = Rasio dari jumlah total dana rekening investasi nasabah

SIZEit = Natural logaritma dari total aset 2011-2015

0 = Intercept

1 2 3 = Besarnya konstanta variabel

ϵ = error

Dalam Rohmana (2010:2014), bahwa dalam pembahasan teknik estimasi model regresi data panel ada 3 teknik yang dapat digunakan yaitu:

a. Model dengan metode OLS (common) b. Model Fix Effect

c. Model Random Effect

a. Common Effect Model

Model Common Effect merupakan model sederhana yaitu menggabungkan seluruh data time series dengan cross section, selanjutnya dillakukan estimasi

65 model dengan menggunakan OLS (Ordinary Lesat Square). Model ini menganggap bahwa intersep dan slop dari setiap variabel sama untuk setiap obyek observasi. kelemahan model ini adalah ketidaksesuaian model dengan keadaan sebenarnya. kondisi setiap obyek dapat berbeda dan kondisi suatu obyek satu waktu yang lain dapat berbeda. Model Common Effect dapat diformulasikan sebagai berikut:

it

= α+

j

χ

it +

ϵ

it

Dimana:

it = Variabel depeden di waktu t untuk unit cross section i

α = intersep

j = parameter untuk variabel ke j

χit = variabel bebas diwaktu t untuk unit cross section i

ϵ it = komponen error di waktu t untuk unit cross section i

i = urutan bank yang diobservasi

t = Time series (urutan waktu)

j = urutan variabel

66 Pendekatan efek tetap (Fixed effect). Salah satu kesulitan prosedur panel data adalah bahwa asumsi intersep dan slope yang konsisten sulit terpenuhi. Untuk mengatasi hal tersebut, yang dilakukan dalam data panel adalah dengan memasukkan variable boneka (dummy variable) untuk mengizinkan terjadinya perbedaan nilai parameter yang berbeda-beda baik lintas unit (cross section) maupun antar waktu (time series), Pendekatan dengan memasukkan variabel boneka ini dikenal dengan sebutan model efek tetap (fixed effect) atau Least Square Dummy Variable (LSDV).

it

= α+

j

χ

j

it

+∑

ɑ

i

D

i

+

ϵ

it

Dimana:

it = Variabel depeden di waktu t untuk unit cross section i

α = intersep yang berbah-ubah antar cross section

j = parameter untuk variabel ke j

χj

it = variabel bebas j diwaktu t untuk unit cross section i

ϵ it = komponen error di waktu t untuk unit cross section i

Di = dummy variable

67

Random Effect Model (REM) digunakan untuk mengatasi kelemahan model efek tetap yang menggunakan dummy variable, sehingga model mengalami ketidakpastian. Penggunaan dumy variable akan mengurangi derajat bebas (degree of freedom) yang pada akhirnya akan mengurangi efisiensi dari parameter yang di estimasi. REM menggunakan residual yang diduga memiliki hubungan antar waktu dan antar individu. sehingga REM mengasumsikan bahwa setiap individu memiliki perbedaan intersep yang merupakan variabel random. model REM secara umum dituliskan sebagai berikut:

Ŷ

it =

ɑ +

j

χ

j it +

ϵ

it

ϵ

it

= u

i

+ v

t

+ w

it Dimana : ui~ζ(0, 2

u) = merupakan komponen cross section error

vi~ζ(0, 2

u) = merupakan komponen time series error

wi~ζ(0, 2

u) = merupakan komponen time series dan cross section error.

Selanjutnya hanya digunakan satu metode sehingga perlu dipilih metode yang paling baik, yaitu melalui pengujian. Pengujian tersebut terdiri dari Uji Chow dan Uji Hausman. Kedua uji dijelaskan sebagai berikut :

68 Uji chow digunakan untuk memilih metode mana yang paling tepat diantara common effect model dan fixed effect model.Hipotesis yang diajukan adalah:

H0 : common effect model

H1 : fixed effect model

Dengan asumsi jika Probabilita dari Chi-square > 0,05 maka Ho diterima model yang digunakan common effect. Namun jika probabilita < 0,05 maka model yang digunakan adalah Individual Effect atau model fixed effect yang dipilih. Sehingga langkah selanjutnya adalah melakukan uji hausman (Puspa dan Sumiyati 2014:163)

b. Uji Hausman (Hausman-Test)

Uji hausman digunakan untuk memilih antara fixed effect model dan

random effect model. Hipotesis dalam yang diajukan adalah:

Ho : random effect model

H1 : fixed effect model

Dengan asumsi jika probabilita dari Chi-square > 0,05 maka Ho diterima model yang digunakan Random Effect. Namun jika probabilita < 0,05 maka model yang digunakan adalah Fixed Effect. Jika probabilitas < 0,05, berarti Ho ditolak, dan diterima H1 (Puspa dan Sumiyati 2014:164).

69 Dalam perhitungan statistik uji Hausman diperllukan asumsi bahwa banyaknya kategori cross section lebih besar dibandingkan jumlah variabel independen (termasuk konstanta) dalam model. lebih lanjut, dalam estimasi statistik uji Hausman diperlukan estimasi variansi model. Apabila kondisi-kondisi ini tidak terpenuhi maka hanya dapat digunakan model fixed effect.

3. Pengujian Signifikansi

a. Uji t (Parsial)

Uji t merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah koefisien regresi signifikan atau tidak (Nachrowi dan Usman, 2008:24). Nilai t hitung digunakan untuk menguji pengaruh secara parsial (per variabel) terhadap variabel terikatnya. Apakah variabel tersebut memiliki pengaruh yang berarti terhadap variabel terikatnya atau tidak (Suliyanto, 2011:55). Langkah-langkah yang harus dilakukan dengan uji-t yaitu dengan merumuskan hipotesis, yaitu:

1) Uji Hipotesis

Ho : i ≥ α 5% artinya secara individu tidak ada pengaruh yang

signifikan dari variabel bebas ke-i terhadap variabel tidak bebas. Ho : i ≤ α 5% artinya secara individu ada pengaruh yang signifikan dari variabel bebas ke-i terhadap variabel tidak bebas.

i = depedent variabel ke-i

70

Probabilitas i dengan t-statistik > α5% = variabel bebas tidak

signifikan atau tidak mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat (terima H0, tolak H1)

Probabilitas i dengan t-statistik < α5% = variabel bebas

signifikan atau mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat (tolak H0, terima H1).

b. Uji F (Simultan)

Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas (independent variable) secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel tidak bebas (depedent variable). Pengujian semua koefisien penaksiran regeresi secara bersama-sama dilakukan dengan uji-F dengan merumuskan hipotesis, yaitu:

1) Uji Hipotesis

Ho : 1 = β ≤ α 5% artinya secara bersama-sama tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel bebas terhadap variabel terikat.

H1 : 1 = β ≥ α 5% artinya secara bersama-sama ada pengaruh yang signifikan dari variabel bebas terhadap variabel terikat.

2) Uji-t dapat dilihat dari probabilitas tiap-tiap variabel secara individu:

Probabilitas i dengan t-statistik > α5% = variabel bebas tidak

signifikan atau tidak mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat (terima H0, tolak H1)

71 Probabilitas i dengan t-statistik < α5% = variabel bebas signifikan

atau mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat (tolak H0, terima H1).

c. Uji Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur sebaik mana variabel terikat dijelaskan oleh total variabel bebas. Ukurannya adalah semakin tinggi R2 maka garis regresi sampel semakin baik juga. R2 mengartikan apakah variabel bebas yang terdapat dalam model mampu menjelaskan perubahan dari variabel tidak bebas. Jika R2 mendekati satu maka variabel independen mampu menjelaskan perubahan dari variabel tidak bebas. Jika R2 mendekati satu maka variabe independen mampu menjelaskan perubahan variabel dependen, tetapi jika R2 mendekati 0, maka variabel independen tidak mampu menjelaskan variabel dependen.

72

4. Tahapan Analisa Data

Tahapan analisis akan menjelaskan alur dalam penelitian ini. Hubungan Sharia governace yang berpengaruh terhadap pengungkapkan CSR.

Gambar 3.1

Sharia Governance Structure Pengungkapan CSR (Corporate Social SIZE (Ukuran Perusahaan IAH (Invesment Account Holder) IG SCORE (Index Governance Score) Bank Syariah

Uji Stasioner Data

Model Common Effect Model Fixed Effect Model Fixed Effect Model Random Effect

Uji Chow Uji Hausman

Hasil dan Analisis

Kesimpulan

Analisis pengaruh sharia governance structure terhadap pengungkapan CSR pada perbankan syariah di Indonesia tahun 2011-2015

73

BAB IV

HASIL DAN ANALISIS

A. Tingkat Pengungkapan CSR Bank Umum Syariah di Indonesia Berdasarkan Indeks ISR

Pada bagian ini akan dilakukan analisis dari hasil perhitungan indeks ISR pada sebelas BUS dari tahun 2011 sampai 2015. Analisis akan dilakukan terhadap setiap tema indeks ISR pada tiap-tiap BUS. Tema pengungkapan Indeks ISR yang digunakan dalam penelitian ini mencakup 6 (enam) tema: Tema Pendanaan dan Investasi, Tema Produk dan Jasa, Tema Karyawan, Tema Masyarakat, Tema Lingkungan, dan Tema Tata Kelola Perusahaan. Dari setiap tema terdiri dari beberapa sub-tema. Seluruh sub-tema dari masing-masing tema dalam penelitian ini berjumlah 53 (lima puluh tiga) sub-tema. Penentuan tingkat pengungkapan kinerja sosial pada setiap tema berdasarkan ketentuan predikat kinerja sosial sebagaimana dijelaskan pada Bab III. Hasil skoring indeks ISR pada BUS dalam penelitian ini dapat dilihat pada lampiran.

1. Tema Pendanaan dan Investasi (Finance and Investment Theme)

Secara keseluruhan, sub-tema yang paling banyak diungkapkan oleh semua BUS pada tema ini adalah aktivitas yang mengandung riba, Kebijakan atas keterlambatan pembayaran piutang dan penghapusan piutang tak tertagih, jenis investasi, dan proyek pembiayaan. Kebijakan atas keterlambatan pembayaran piutang dan penghapusan piutang tak tertagih diungkapkan oleh seluruh BUS melalui kebijakan PPAP. Hampir seluruh BUS masih terdapat aktivitas riba berupa beban bunga atau

74 pendapatan bunga dalam jumlah yang berbeda-beda. Sedangkan sub-tema yang tidak pernah diungkapkan adalah aktivitas yang mengandung gharar. Berdasarkan hasil skoring Indeks ISR tema pendanaan dan investasi dari tahun 2011 sampai 2015 diperoleh rata-rata nilai indeks ISR setiap BUS sebagaimana ditunjukan dalam grafik berikut ini.

Grafik 4.1

Sumber: data sekunder yang diolah

Dari grafik 4.1 dapat ditentukan predikat tingkat pengungkapan kinerja sosial BUS berdasarkan indeks ISR tema pendanaan dan investasi secara rata-rata dari tahun 2011 sampai 2015. BMI, dan BSM memperoleh predikat Informatif, karena nilainya berada diantara 66% sampai 81%. Sedang BRIS memperoleh predikat Sangat Informatif, karena nilai berada diantara 81% sampai 100%. Selain itu BMSI, BSB, BNIS, BVS, BCAS, BJBS dan PBS memperoleh predikat kurang informatif karena nilai berada 50%-66%, dan MBS memperoleh predikat tidak informatif karena nilai kurang dari 50%. Dapat disimpulkan pada tema ini BUS yang memiliki tingkat pengungkapan kinerja sosial yang paling baik adalah BRIS, disusul BMI dan BSM.

80% 73% 60% 83% 60% 60% 50% 67% 54% 57% 40% Tahun 2011 - 2015

Rata-rata Nilai Indeks ISR Tema Pendanaan dan Investasi (Finance and Investment Theme)

BMI BSM BSMI BRIS BSB BNIS

75

2. Tema Produk dan Jasa (Product and Service Theme)

Tema produk dan jasa dalam penelitian ini dilakukan dengan penilaian terhadap 3 (tiga) sub-tema pengungkapan. 3 (tiga) sub-tema pengungkapan pada tema ini yaitu persetujuan dari DPS terhadap produk dan jasa baru yang digunakan, jenis dan definisi pada semua produk dan jasa yang digunakan, dan pelayanan atas keluhan dari nasabah. Berikut ini disajikan nilai indeks ISR tema pendanaan dan investasi pada BUS.

Secara keseluruhan, sub tema yang paling banyak diungkapkan oleh BUS pada tema ini adalah jenis dan definisi produk dan jasa. Sedangkan sub-tema paling sedikit diungkapkan adalah pelayanan atas keluhan atau pengaduan nasabah. Berdasarkan hasil skoring Indeks ISR tema produk dan jasa dari tahun 2011 sampai 2015 diperoleh rata-rata nilai indeks ISR setiap BUS sebagaimana ditunjukan dalam diagram berikut ini.

Grafik 4.2

Sumber: data sekunder yang diolah.

87% 93% 47% 67% 60% 87% 60% 53% 100% 60% 73%

76 Dari grafik 4.2 dapat ditentukan predikat tingkat pengungkapan kinerja sosial BUS berdasarkan indeks ISR tema produk dan jasa secara rata-rata tahun 2011- 2015. BMI, BSM, BNIS dan BJBS memperoleh predikat sangat Informatif, nilai diantara 81% sampai 100%. MBS memperoleh predikat Informatif, nilai diantara 66% sampai 81%. BRIS, BSB, BVS, PBS memperoleh predikat kurang informatif, nilai diantara 50%-65%. Sedangkan BMSI dan BCAS memperoleh predikat Tidak Informatif, nilai berada dibawah 51%. Dapat disimpulkan pada tema ini BUS yang memiliki tingkat pengungkapan kinerja sosial yang paling baik adalah BMI, BSM, BNIS dan BJBS. Sedang BMSI dan BCAS adalah BUS yang memiliki tingkat pengungkapan kinerja sosial paling rendah diantara BUS yang lainnya.

3. Tema Karyawan (Employess Theme)

Penilaian kuantitatif pada tema karyawan dalam penelitian ini dilakukan dengan penilaian terhadap 13 (tiga belas) sub-tema pengungkapan. Tiga belas sub-tema yaitu jumlah karyawan, jumlah jam kerja karyawan, jumlah hari libur karyawan, biaya tunjangan karyawan, biaya kesejahteraan karyawan, kebijakan remunerasi, pendidikan dan pelatihan karyawan, kesamaan peluang bagi seluruh karyawan, apresiasi terhadap karyawan berprestasi, kebijakan kesehatan dan keselamatan karyawan, keterlibatan karyawan di perusahaan, tempat ibadah yang memadai, dan waktu ibadah atau kegiatan keagamaan. Dari perhitungan indeks ISR tema produk dan jasa pada BUS tahun 2011 sampai tahun 2015

77 diperoleh rata-rata nilai indeks ISR BUS. Berikut nilai rata-rata indeks ISR tema karyawan :

Grafik 4.3

Sumber: data sekunder yang diolah.

Dari grafik 4.3 dapat ditentukan predikat tingkat pengungkapan kinerja sosial BUS berdasarkan tema karyawan. BSM memperoleh predikat Informatif, karena berada diantara 66% sampai 81%. BMI memperoleh predikat Kurang Informatif karena nilai indeks berada diantara 51% sampai 65%. Sedang BMSI, BRIS, BSB, BNIS, BVS, BCAS, BJBS, PBS dan MBS memperoleh predikat Tidak Informatif, karena berada dibawah 51%. Dapat disimpulkan pada tema ini tingkat pengungkapan kinerja sosial yang paling baik adalah BSM, kemudian disusul oleh BMI. Sedang kinerja sosial yang paling rendah adalah BVS dan MBS. 63% 69% 38% 43% 49% 45% 29% 46% 34% 46% 23%

Rata-rata Nilai Indeks ISR Tema Karyawan (Employess Theme)

78

4. Tema Masyarakat (Society Theme)

Tema Masyarakat dalam penelitian ini dilakukan dengan penilaian terhadap 11 (sebelas) sub-tema pengungkapan. Sebelas sub-tema pada Tema Masyarakat yaitu donasi atau sedekah, wakaf, qard hasan atau pinjaman kebajikan, sukarelawan dari kalangan karyawan, beasiswa, pemberdayaan kepada lulusan sekolah atau magang, pengembangan generasi muda, peningkatan hidup masyarakat miskin, kepedulian terhadap anak-anak, kegiatan amal atau sosial, dan sokongan terhadap kegiatan-kegiatan sosial. Nilai rata-rata indeks ISR tema masyarakat pada BUS digambarkan pada diagram berikut

.

Grafik 4.4

Sumber: data sekunder yang diolah.

Dari grafik 4.4 dapat ditentukan predikat tingkat pengungkapan kinerja sosial BUS berdasarkan indeks ISR tema masyarakat. BSM

67% 85% 53% 69% 73% 69% 18% 58% 60% 58% 51%

Rata-rata Nilai Indeks ISR Tema Masyarakat (Society Theme)

79 memperoleh predikat Sangat Informatif karena nilai diatas 81%. Sedangkan BMI, BRIS, BSB dan BNIS memperoleh predikat Informatif, karena nilai indeks berada diantara 66% sampai 81%. BMSI, BCAS, BJBS dan PBS memperoleh predikat Kurang Informatif, karena nilai indeks berada diantara 51% sampai 65%. Sedang BVS dan MBS memperoleh predikat Tidak Informatif, karena nilai indeks berada dibawah 51%. Dapat disimpulkan tingkat pengungkapan kinerja sosial yang paling baik pada tema ini adalah BSM, disusul dengan BMI, BRIS, BSB dan BNIS. Sedang BVS adalah BUS yang paling buruk tingkat pengungkapan kinerja sosialnya.

5. Tema Lingkungan (Environment Theme)

Tema Lingkungan dalam penelitian ini dilakukan dengan penilaian terhadap 5 (lima) sub-tema pengungkapan. Lima sub-tema yang digunakan dalam penelitian ini adalah konservasi lingkungan hidup, kebijakan mengurangi polusi, pendidikan lingkungan hidup, penghargaan dibidang lingkungan hidup, dan sistem manajemen lingkungan hidup. Berikut ini disajikan grafik nilai indeks ISR Tema Lingkungan pada setiap BUS. Nilai rata-rata indeks ISR tema lingkungan pada BUS digambarkan pada diagramberikut.

80 Grafik 4.5

Sumber: data sekunder yang diolah.

Dari grafik 4.5 dapat ditentukan predikat tingkat pengungkapan kinerja sosial BUS berdasarkan indeks ISR tema masyarakat. BMI, BSM dan BNIS memperoleh predikat Kurang Informatif, karena nilai indeks berada diantara 50% sampai 65%. Sedang BMSI, BRIS, BSB, BVS, BCAS, BJBS, PBS dan MBS memperoleh predikat Tidak Informatif, karena nilai indeks berada dibawah 50%. Dapat disimpulkan bahwa tingkat pengungakpan kinerja sosial paling baik pada tema ini adalah BMI, disusul oleh BSM. Sedang BMSI, BSB, BVS, BCAS, PBS dan MBS adalah BUS yang memiliki tingkat pengungkapan kinerja sosial paling rendah.

6. Tema Tata Kelola Perusahaan (Good Corporate Governance Theme)

Penilaian kuantitatif pada Tema Tata Kelola Perusahaan dalam penelitian ini dilakukan dengan penilaian terhadap 15 (lima belas) sub-tema pengungkapan. Lima belas sub-sub-tema pada indeks ISR sub-tema tata

64% 64% 12% 36% 0 52% 12% 12% 48% 12% 12%

Rata-rata Nilai Indeks ISR Tema Lingkungan (Environment Theme)

81 kelola perusahaan adalah status kepatuhan operasional terhadap syariah, pendapatan dan penggunaan dana sosial, nama dan profil komisaris, laporan kinerja komisaris, remunerasi komisaris, nama dan profil DPS, laporan kinerja DPS, remunerasi DPS, nama dan profil direksi, laporan kinerja direksi, remunerasi direksi, struktur kepemilikan saham perusahaan, laporan perkara hukum, kebijakan anti korupsi, dan kebijakan anti-terorisme. Berikut ini disajikan diagram nilai rata-rata indeks ISR BUS pada tema tata kelola perusahaan.

Grafik 4.6

Sumber: data sekunder yang diolah.

Dari grafik 4.6 dapat ditentukan predikat tingkat pengungkapan kinerja sosial BUS berdasarkan indeks ISR tema tata kelola perusahaan. BMI, BSM, BSB, BNIS, BCAS, BJBS, PBS dan MBS memperoleh predikat Sangat Informatif, karena nilai indeks berada diantara 81% sampai 100%, sedang BMSI, BRIS dan BVS memproleh predikat

100% 99% 83% 75% 96% 89% 73% 91% 89% 88% 100%

Rata-rata Nilai Indeks ISR Tema Tata Kelola Perusahaan (Good Corporate Governance Theme)

82 Informatif, karena nilai indeks berada diantara 66% sampai 81%. Dapat disimpulkan tingkat pengungkapan kinerja sosial pada tema ini yang paling baik adalah BMI, BSM, BSB, BNIS, BCAS, BJBS, PBS dan MBS, sedang BVS adalah BUS yang kinerja sosialnya paling rendanh diantara BUS yang lainnya.

Namun secara keseluruhan kinerja sosial BUS pada tema ini cukup baik, karena tidak ada BUS yang memiliki predikat Kurang Baik atau Tidak Baik. Hal ini tidak lepas dari kelengkapan informasi yang disampaikan dalam laporan pelaksanaan GCG yang merupakan kewajiban bagi lembaga keuangan untuk melaporkannya.

7. Tingkat Pengungkapan Kinerja Sosial BUS Kumulatif Berdasarkan

Indeks ISR

Pada bagian ini akan ditentukan pengungkapan tingkat kinerja sosial BUS berdasarkan Indeks ISR secara kumulatif pada setiap tahun. Kemudian akan diperbandingkan tingkat pengungkapan kinerja sosial antar BUS secara rata-rata dari tahun 2011 sampai tahun 2014. Untuk menentukan tingkat kinerja sosial BUS berdasarkan ISR mengikuti ketentuan yang telah dijelaskan pada Bab III yaitu: Sangat Informatif memiliki nilai indeks 81% s/d 100%, Informatif memiliki nilai indeks 66% s/d <81%, Kurang Informatif nilai indeks 51% s/d <66% dan Tidak Informatif memiliki nilai indeks 0% s/d <51%.

83 Berdasarkan hasil skoring indeks ISR pada BUS dari tahun 2011 sampai 2015 diperoleh poin dan nilai indeks kinerja sosial masing-masing BUS, sebagaimana ditunjukkan pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Tingkat Kinerja Sosial BUS Kumulatif Berdasarkan Indeks ISR Tahun 2011-2015

No Nama BUS

2011 2012 2013 2014 2015

Poin Nilai Poin Nilai Poin Nilai Poin Nilai Poin Nilai

1 BMI 39 74% 45 85% 40 75% 42 79% 44 83%

No Nama BUS

2011 2012 2013 2014 2015

Poin Nilai Poin Nilai Poin Nilai Poin Nilai Poin Nilai

2 BSM 45 85% 45 85% 44 83% 37 70% 45 85% 3 BMSI 23 43% 23 43% 25 47% 30 57% 35 66% 4 BRIS 32 60% 32 60% 30 57% 33 62% 39 74% 5 BSB 33 62% 33 62% 34 64% 34 64% 40 75% 6 BNIS 31 58% 31 58% 38 72% 38 72% 40 75% 7 BVS 15 28% 15 28% 25 47% 23 43% 32 60% 8 BCAS 27 51% 27 51% 30 57% 36 68% 40 75% 9 BJBS 29 55% 29 55% 34 64% 36 68% 37 70% 10 PBS 24 45% 24 45% 35 66% 35 66% 38 72% 11 MBS 23 43% 29 55% 28 53% 29 55% 34 64%

84 Tabel 4.2 Perbandingan Predikat Tingkat Pengungkapan Kinerja Sosial BUS Tahun 2011-2015 Berdasarkan Indeks ISR

No BUS Predikat

2011 2012 2013 2014 2015

1 BMI Informatif Sangat

Informatif Informatif Informatif

Sangat Informatif 2 BSM Sangat Informatif Sangat Informatif Sangat Informatif Informatif Sangat Informatif 3 BMSI Tidak Informatif Tidak Informatif Tidak Informatif Kurang Informatif Informatif 4 BRIS Kurang Informatif Kurang Informatif Kurang Informatif Kurang Informatif Informatif No BUS Predikat 2011 2012 2013 2014 2015 4 BRIS Kurang Informatif Kurang Informatif Kurang Informatif Kurang Informatif Informatif 5 BSB Kurang Informatif Kurang Informatif Kurang Informatif Kurang Informatif Informatif 6 BNIS Kurang Informatif Kurang

Informatif Informatif Informatif Informatif

7 BVS Tidak Informatif Tidak Informatif Tidak Informatif Tidak Informatif Kurang Informatif 8 BCAS Kurang Informatif Kurang Informatif Kurang

Informatif Informatif Informatif

9 BJBS Kurang

Informatif

Kurang Informatif

Kurang

Informatif Informatif Informatif

10 PBS Tidak

Informatif

Tidak

Informatif Informatif Informatif Informatif

11 MBS Tidak Informatif Kurang Informatif Kurang Informatif Kurang Informatif Kurang Informatif

Dari nilai indeks ISR secara kumulatif setiap tahun pada BUS diperoleh nilai rata-rata indeks ISR BUS Kumulatif. Nilai rata-rata indeks ISR BUS ini

85 untuk mengetahui tingkat pengungkapan kinerja sosial BUS dari tahun 2011

Dokumen terkait