• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pasar Modal merupakan salah satu sarana penting untuk menggerakkan ekonomi apalagi untuk Negara seperti Indonesia yang pembiayaan pembangunannya tidak sepenuhnya dapat dibiayai oleh Negara dan untuk menumbuhkan dunia usaha sangat membutuhkan aliran dana Investor Privat. Hal ini tentunya menjadi kondisi tersendiri y ang harus diantisipasi dengan tepat oleh

semua pihak yang terkait agar dapat memberi manfaat yang terbaik bagi kelangsungan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam bidang Hukum, Hukum Pasar Modal dan Hukum Kegiatan Ekonomi menjadi garda terdepan dalam mengawal pasar modal dari segi huku m. Huku m Pasar Modal yang berlaku di Indonesia hendaknya adalah benar-benar merupakan hukum yang efektif dan dapat menciptakan keadilan dalam lapangan segi hukum kegiatan ekonomi itu sendiri.

Sebagai sebuah pasar maka Pasar Modal (stock exchange) tidak akan lepas dari hukum permintaan dan penawaran. Dengan demikian saham sebagai komoditi yang diperdagangkan dalam pasar modal tentunya akan mengalami kenaikan dan penurunan harga. Namun harus diingat bahwa saham adalah salah satu komponen modal perseroan terbatas yang mempunyai posisi lebih dari sekedar komoditi di pasar modal.

Untuk melindungi saham tersebut sebagai komponen modal perseroan terbatas maka perseroan publik diperbolehkan untuk mengusai kembali saham yang telah dilepasnya ke publik untuk dikuasai kembali selama jangka waktu yang ditentukan oleh Undang-Undang yaitu selama-lamanya tiga tahun.

Buyback atau Pembelian kembali saham oleh perseroan publik atau emiten adalah upaya perlindungan modal yang dilakukan oleh perusahaan publik (emiten). Buyback dilakukan dalam kondisi perekonomian yang tidak baik, sebab dalam kondisi normal buyback adalah tindakan pelanggaran karena dapat dikasifikasikan sebagai perbuatan insider trading.

Pengaturan pembelian kembali saham terdapat dalam Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas bab III bagian yang kedua

tentang perlindungan modal dan kekayaan perseroan terbatas, selain itu buyback juga diatur dalam peraturan Badan Pengawas Pasar Modal Nomor XI.B3 keputusan Kepala Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan nomor 402/Kep/BL/2008 tentang pembelian kembali saham emiten dalam kondisi pasar yang berpotensi kritis dan harus memperhatikan ketentuan peraturan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor IX.E1 tentang Transaksi Afiliasi dan Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu.

Pembelian kembali saham dapat dilakukan sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan pasal 91, 92, 95, dan 96 Undang-Undang Pasar Modal. Dimana ketentuan tersebut merupakan larangan terhadap pemberian informasi yang tidak benar (missleading), perdagangan orang dalam (insider trading) dan penipuan (fraud)

Pembelian kembali saham ini dapat dilaksanakan dengan ketentuan. 1. Jumlah saham yang dibeli kembali tidak boleh melebihi 10 % (sepuluh

persertus) dari jumlah modal yang ditempatakan dalam perseroan terbatas kecuali peraturan perundang-undnagan di bidang pasar modal menyebutkan lain

2. Pembelian kembali saham tersebut tidak mengakibatkan nilai kekayaan bersih perseroan menjadi lebih kecil bila dibandingkan dengan jumlah modal ditempatkan dan cadangan wajib yang disisihkan.

Sebelum tindakan buyback dilaksanakan terlebih dahulu harus dilakukan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk mematangkan langkah untuk melakukan tindakan buyback.

Rapat Umum Pemegang saham dapat mendelegasikan tugasnya untuk menyepakati tindakan buyback kepada Dewan Komisaris Perseroan.

Buyback dilakukan dengan tranksaksi di bursa efek atau tidak melalui bursa. Transaksi Buyback di bursa dilakukan tidak berbeda dengan tranksaksi efek biasa.

Pembelian kembali saham terlebih dahulu melalui tahapan pengambilan keputusan dan tahapan eksekusi keputusan. Pengambilan keputusan dilakukan dalam Rapat Umum Pemegang saham keculai ditentukan lain oleh perundang- undangan dalam Pasar Modal.

Dewan direksi memiliki tanggung jawab untuk melakukan hal-hal yang terkait dengan buyback dari melakukan pembayaran, penyimpanan surat saham dan perencanaan penjulan kemabli saham.

Akibat hukum pelaksanaan pembelian kembali saham (buyback ) A. Terhadap harta dan kekayaan perseroan terbatas

1. Buyback tidak mengakibatkan harta kekayaan bersih perseroan menjadi lebih kecil dari jumlah modal yang ditempatkan ditambah cadangan wajib yang telah disisihkan

Yang dimaksud dengan kekayaan bersih perseroan terbatas adalah seluruh harta kekayaan perseroan dikurangi seluruh kewajiban perseroan sesuai dengan laporan keuangan terbaru yang disahkan oleh RUPS dalam kurun waktu enam bulan terakhir

B. Terhadap Modal Perseroan Terbatas

1. Buyback tidak mengakibatkan pengurangan modal bagi perseroan terbatas,kecuali jika saham tersebut ditarik kembali

Sekalipun perseroan telah “menarik” sebagian sahamnya dari bursa dan menahannya untuk sementara, dengan kata lain perseroan menguasai keseluruhan saham yang pernah dikeluarkan oleh perseroan tersebut, namun hal tersebut tidak mengakibatkan modal perseroan yang terdiri atas sejumlah saham menjadi berkurang. Sebab saham tidak dihapuskan,akan tetapi hanya ditahan sementara (paling lama 3 tahun) untuk selanjutnya akan diambil opsi oleh perseroan apakah akan dilepaskan ke pasar modal jika kondisinya telah membaik atau akan dihapuskan yang berakibat pengurangan modal bagi perseroan tersebut.

Dalam hal ini menjelaskan fungsi buyback sebagi perlindungan modal suatu perseroan yang telah menempatkan sebagian modalnya untuk ditentukan nilainya oleh mekanisme pasar.

2. Buyback tidak mengakibatkan kekayaan bersih Perseroan menjadi lebih kecil dari jumlah modal yang ditempatkan ditambah cadangan wajib yang telah disisihkan

Ketentuan ini adalah sebuah syarat logis untuk sebuah perusahaan yang sehat,sebab sebuah perusahaan tentunya,agar dapat menjalankan usahanya dengan lancar haruslah memiliki kekayaan minimal setara dengan jumlah modal yang dimilikinya ditambah dengan cadangan wajib dalam kondisi perseroan tersebut tidak memiliki hutang.

Hal ini selaras dengan persamaan dasar akuntasi yang memberikan ketentuan Harta= Utang+Modal

1. Direksi secara tanggung renteng bertanggung jawab terhadap kerugian yang dialami oleh pemegang saham yang beritikad baik dalam hal buyback yang dilakukan menyalahi prosedur dasar yaitu melanggar ketentuan buyback mengakibatkan harta perseroan menjadi lebih kecil dari jumlah modal yang ditempatkan ditambah cadangan wajib yang telah disisihkan

Pertanggung jawaban direksi dalam hal ini adalah bentuk pertangungjawaban jika buyback yang dilakukan melanggar ketentuan pasal 37 ayat 1 UU N0 40 tahun 2007. Dalam hal ini dewan direksi harus menanggung kerugian yang dialami oleh para pemegang saham yang beritikad baik atas buyback dan tidak mengetahui kesalahan yang dilakun direksi ketika melakukan buyback sehingga melanggar ketentuan pasal 37 ayat 1.

Dalam hal ini dewan direksi bertanggung jawab secara keseluruhan secara tanggung renteng terhadap kerugian para pemegang saham

2. Melakukan pembayaran atas nilai tranksaksi yang terjadi dalam buyback Dewan direksi sebagai pelaksana teknis dan administrator dalam perseroan bertugas untuk memnbayar sejumlah nilai untuk tranksaksi buyback yang dilakukan perseroan.

3. Menyimpan surat sahamyang telah di-buyback

Penyimpanan surat saham adalah salah satu tugas dewan direksi dalam kondisi normal. Demikian halnya saham yang telah mengalami buyback juga disimpan oleh dewan direksi.

4. Melakukan perubahan dalam daftar pemegang saham atas saham yang terkena buyback.

Dewan Direksi harus membuat sebuah daftar pemegang saham. Daftar ini bertujuan untuk membuat sebuah administrasi yang jelas atas kepemilikan saham, seperti panggilan untuk melakukan RUPS, pembagian deviden dan hal-hal lainnya.

Dalam kondisi buyback ketika perseroan telah menarik saham yang dikuasai publik maka direksi harus melakukan perubahan atas daftar pemegang saham. D. Terhadap Pemegang Saham yang di-buyback

1. Pemegang saham yang terkena buyback berhak mendapatkan pembayaran atas saham perseroan yang dikuasainya dengan harga pasar pada saat buyback dilaksanakan.

Pemegang saham (investor) telah mengeluarkan sejumlah dana untuk menguasai saham sutu perseroan dengan harapan akan memperoleh sejumlah keuntungan baik dari deviden ataupun capital gain, namun dalam kondisi buyback tidak ada keuntungan yang diperoleh, untuk impas saja sudah merupakan hal yang sangat baik.

Dalam hal inilah para investor perlu untuk mendapatkan pembayaran yang layak yaitu sesuai dengan nilai pasar. Namun jika investor ingin melakukan negoisasi dengan emiten,hal tersebut tentunya diperbolehkan. Investor tentunya harus dilindungi dan dihargai sebab investor telah memberikan investasinya untuk emiten untuk menjalankan bisnisnya.

2. Kehilangan hak dan kewajibannya atas saham yang tidak lagi dimiliknya. Dengan tidak memiliki saham emiten maka semua hak dan kewajiban yang melekat didalamnya tidak lagi didukung oleh investor

1. Saham yang dikenakan tindakan buyback dikuasai oleh perseroan untuk maksimal waktu tiga tahun.

Hal ini sesuai dengan ketentuan pasal 37 ayat 1 Undang-Undang No 40 tahun 2007. Dalam jangka waktu tiga maksimal tiga tahun ini maka emiten harus memaksimalkan kinerjanya dengan asumsi kondisi ekonomi akan membaik untuk kemudian perseroan akan melepas kembali sahamnya ke dalam bursa. 2. Saham yang dikuasai karena buyback tidak mempunyai hak suara

saham yang dikuasai perserona dikarenakan pembelian kembali, peralihan karena hukum, hibah atau hibah wasiat, tidak dapat digunakan untuk mengeluarkan suara dalam RUPS dan tidak diperhitungkan dalam menentukan kuorum yang harus dicapai sesuai dengan ketentuan undang- undang perseroaan terbatas dan atau/anggaran dasar Perseroan yang bersangkutan.

3. Saham yang dikuasai karena buyback tidak memperoleh deviden Saham seperti yang diuraikan diatas tidak mendapat deviden

Saham yang dibeli kembali atau saham yang dapat dibeli kembali sering juga disebut sebagai treasury stock atau reaquired stock yaitu saham yang dikeluarkan perusahaan dengan sengaja dibeli kembali.

Saham yang dibeli kembali dapat dijual melalui Bursa Efek dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Transaksi jual harus melalui salah satu anggota bursa

2. Transaksi jual hanya dapat dilaksanakan setelah 30 ( tiga puluh hari ) sejak pembelian kembali oleh Emiten atau Perusahaan Publik dilaksanakan seluruhnya.

3. Penjualan dilarang dilaksanakan pada saat pembukaan dan penutupan perdagangan atau dalam waktu 30 (tiga puluh) menit sesudah pembukaan atau (tiga puluh) menit sebelum penutupan

4. Penawaran jual harus sama atau lebih tinggi dari harga perdagangan sebelumnya

5. Maksimum penjualan kembali saham pada setiap hari adalah 25 % (dua puluh lima perseratus) dari volume perdagangan harian emiten atau perusahaan publik tersebut,dengan ketentuan apabila mengakibatkan pecahan satuan perdagangan maka pecahan tersebut dibulatkan menajdi satu satuan perdagangan.

6. Orang dalam emiten atau perusahaan publik melakukan transaksi saham emiten atau perusahaan publik tersebut pada hari yang sama dengan penjualan kembali saham yang dilakukan oleh emiten atau perusahan publik melalui bursa efek.

Jika dalam rangka memenuhi peraturan perundang-undangan, emiten atau perusahaan publik menjual saham yang dibeli kembali pada harga yang lebih rendah dari harga pembelian kembali, maka kerugian yang terjadi wajib diungkapkan secara jelas dalam laporan laba rugi emiten atau perusahaan publik. emiten atau perusahaan publik yang sahamnya dicatatkan pada Bursa Efek dilarang membeli kembali sahamnya jika akan mengakibatkan berkurangnya jumlah saham pada suatu tingkat tertentu yang mungkin mengurangi secara signifikan likuiditas saham pada pasar atau dipenuhinya persyaratan delisting saham tersebut dalam bursa efek.

1. Agar Bapepam LK segera membuat peraturan yang baru mengenai pembelian kembali saham, agar tercipta tertib hukum dalam pasar modal jika sewaktu- waktu terjadi kondisi yang tidak diharapkan di pasar modal, sebab berkaca dari dua peraturan Bapepam yang mengatur tentang buyback keduanya dibuat ketika krisis sudah terjadi yaitu pada tahun 1998 dan 2008.

2. Agar Bapepam memuat ketentuan yang jelas mengenai apa yang dapat dsebut dengan kondisi pasar yang berpotensi krisis. Agar terdapat parameter yang jelas untuk menentukan kondisi krisis yang dimaksud.

3. Agar pemerintah membuat peraturan yang lebih jelas dalam lapangan hukum pasar modal, sebab pasar modal merupakan sebuah penggerak pertumbuhan perekonomian di Indonesia yang tentunya membutuhkan kepastian hukum.

DAFTAR PUSTAKA Buku-Buku

Ahmad, Kamaruddin, Dasar-Dasar Manajemen Investasi dan Portofolio, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1998

Ginting, Jamin, Hukum Perseroan Terbatas (Undang-Undang No 40 tahun 2007), Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2007

Rudi Haryono dan Mahmud Mahyong MA, Kamus Inggris-Indonesia, Jomban Lintas Media, 2002

Tim Penulis Resist Book, Tesis-Tesis Marxisme, Jogjakarta: Resist Book, 2002 Sastrawidjaja, Man S, Perseroan Terbatas Menurut Tiga Undang-Undang,

Bandung: PT Alumni, 2008

Wijaya, Gunawan, 150 Tanya Jawab Tentang Perseroan Terbatas, Jakarta: Forum Sahabat, 2008

Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan

Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1997 tentang Pajak Penghasilan Atas Transaksi Saham

Peraturan Bapepam LK Nomor IX.E1 tentang Transaksi afiliasi dan Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu

Peraturan Bapepam LK Nomor XI.B3 tentang Pembelian Kembali Saham Emiten Dalam Keadaan Yang Berpotensi Kritis

Internet