BAB II LANDASAN TEORI C. Kesulitan Belajar Siswa 1. Pengertian Kesulitan Belajar Aktivitas belajar bagi setiap individu, tidak selamanya belangsung secara wajar. Kadang-kadang lancar, kadang-kadang tidak, kadang-kadang dapat cepat menangkap apa yang dipelajari kadang-kadang terasa amat sulit. Dalam hal semangat kadang semangatnya tinggi, tetapi terkadang juga sulit untuk mengadakan konsentrasi. Dari kenyataan yang sering kita jumpai pada setiap anak didik dalam kehidupan sehari-hari dalam kaitannya dengan aktivitas belajar. Setiap individu memang tidak ada yang sama. Perbedaan individual ini pulalah yang menyebabkan perbedaan tingkah laku belajar dikalangan anak didik. Dalam keadaan dimana anak didik/siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya, itullah yang disebut kesulitan belajar. Kesulitan belajar ini tidak selalu disebabkan karena faktor inteligensi yang rendah(kelainan mental), akan tetapi dapat juga disebabkan oleh faktor-faktornon intelegensi. Dengan demikian IQ yang tinggi belum tentu Kesulitan belajar adalah suatu keadaan dalam proses belajar mengajar dimana anak didik tidak dapat belajar sebagaimana mestinya, sehingga berpengaruh terhadap prestasinya. Setiap anak didik memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam menerima materi/memahami materi, ada yang bisa langsung memahami, ada yang agak kesulitan bahkan ada yang memang benar-benar tidak dapat memahami apa yang dijelaskan oleh guru. Perbedaan-perbedaan inilah yang menyebabkan perbedaan cara belajar. Pada blog ( http://tarmidi.wordpress.com/2008/02/20/kesulitan-belajar-learning-dissability-dan-masalah-emosi/ kesulitan belajar adalah kondisi dimana anak dengan kemampuan intelegensi rata-rata atau di atas rata-rata, namun memiliki ketidakmampuan atau kegagalan dalam belajar yang berkaitan dengan hambatan dalam proses persepsi, konseptualisasi, berbahasa, memori, serta pemusatan perhatian, penguasaan diri, dan fungsi integrasi sensori motorik (Clement, dalam Weiner, 2003) . 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar Dalam M. Entang (1984) untuk menelusuri latar belakang kesulitan belajar yang dihadapi siswa kita harus kembali pada faktor penentu aktualisasi peristiwa belajar mengajar. Faktor-faktor tersebut dapat dikelompokkan secara sederhana oleh Burton dalam Entang (1984: 13-14) yaitu terdiri dari : a. Faktor-faktor yang terdapat dalam diri siswa, antara lain : - Suatu pusat susunan syaraf tidak berkembang secara sempurna luka atau cacat, atau sakit, sehingga sering membawa gangguan emosional. - Penyakit menahun (asma, dan sebagainya) menghambat usaha-usaha belaajar secara optimal. 2. Kelemahan-kelemahan secara mental (baik kelemahan yang dibawa sejak lahir maupun karena pengalaman) yang sukar diatasi oleh individu yang bersangkutan dan juga oleh pendidikan, antara lain : - Kelemahan mental (taraf kecerdasaannya memang kurang) - Nampaknya seperti kelemahan mental, tetapi sebenarnya: kurang minat, kebimbangan, kurang usaha,aktivitas yang tidak terarah, kurang semangat (kurang gizi, kelelahan) dan sebagainya, kurang menguasai ketrampilan dan kebiasaan fundamental dalam belajar. 3. Kelemahan-kelemahan emotional, antara lain : - Terdapatnya rasa tidak aman (insecurity) - Penyelesaian yang salah (adjusment) terhadap orang-orang, situasi dan tuntutan-tuntutan tugas dan lingkungan; - Tercekam rasa pobia (takut, benci dan antipati), mekanisme pertahanan diri; - Tidak matangan (immaturity). 4. Kelemahan yang disebabkan oleh karena kebiasaan dan sikap-sikap - Banyak melakukan aktivitas yang bertentangan dan tidak menunjang pekerjaan sekolah, menolak atau malas belajar; - Kurang berani dan gagal untuk berusaha memusatkan perhatian; - Kurang kooperatif dan menghindari tanggung jawab; - Sering bolos atau tidak mengikuti pelajaran; - Gugup 5. Tidak memiliki keterampilan-keterampilan dan pengetahuan dasar yang diperlukan, seperti : - Ketidak mauan membaca, berhitung, kurang mengetahui pengetahuan dasar untuk sesuatu bidang studi yang sedang diikutinya secara sekuensial (meningkat dan beruntun), kurang menguasai bahasa asing; - Memiliki kebiasaan belajar dan cara bekerja yang salah. 6. Faktor-faktor yang terletak di luar diri siswa (situasi sekolah dan masyarakat), antara lain : - Kurikulum yang seragam, bahan dan buku-buku yang tidak sesuai dengan tingkat-tingkat kematangan dan perbedaan-perbedaan individu. - Ketidak sesuaian standar adminitratif (sistem pengajaran, sistem penilaian, kegiatan belajar dan pengalaman belajar mengajar dan - Terlalu berat beban belajar (siswa) dan atau mengajar (guru), terlampau besar populasi siswa dalam kelas terlalu banyak menuntut kegiatan di luar, dan sebagainya. - Terlalu sering pindah sekolah, atau program, tinggal kelas dan sebagainya. - Kelemahan dari sistem belajar mengajar pada tingkat-tingkat pendidikan (sekolah asal). - Kelemahan yang terdapat dalam kondisi rumah tangga (pendidikan, status sosial ekonomi, keutuhan keluarga, ketentraman dan keamanan sosial psikologis dan sebagainya). - Terlalu banyak kegiatan di luar jam pelajaran sekolah atau terlalu banyak dalam kegiatan extracilicullar. - Kekurangan makan (gizi) dan sebagainya. Berdasarkan faktor-faktor yang dijelaskan oleh Bruton (dalam Entang, (1984: 13)) dapat disimpulkan : 1. Kasus yang mengalami kelemahan itu berupa kelas (kelompok siswa) secara keseluruhan, maka besar kemungkinan kelemahan itu bukanlah bersumber pada kelemahan secara individual. Di antara sumber yang paling mungkin dari kelemahan itu antara lain : a. Kondisi sekolah yang diakibatkan oleh : - Kualifikasi guru yang kurang memadai syarat (pendidikan atau pribadi); - Metode dan teknik belajar mengajar yang dipakai; - Bahan dan sumber yang langka atau usang. b. Management kelas dan sekolah yang kurang sesuai. c. Letak sekolah yang terlalu terasing atau terganggu oleh kesibukan lain. 2. Kasus ini berupa individu-individu siswa seperti kelemahan dalam bidang studitertentu atau secara keseluruhan atau sebagian besar dari prestasinya bersumber : - Kelemahan dasar intelektual, emosional, kebiasaan belajar, perlakuan guru terhadapnya, dan sebagainya seperti diterangkan di atas. 3. Gejala-gejala siswa kesulitan belajar Beberapa perilaku yang merupakan gejala kesulitan belajar, antara lain : a. Menunjukkan hasil prestasi yang rendah di bawah rat-rata nilai yang dicapai oleh kelompok kelas. b. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan. Mungkin ada siswa yang sudah berusaha giat belajar, tetapi nilai yang diperolehnya selalu rendah. c. Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajarnya dan selalu tertinggal dengan kawan-kawannya dalam segala hal, misalnya dalam mengerjakan soal-soal dan dalam menyelesaikan tugas-tugas. d. Menunjukkan sikap yang kurang wajar seperti : acuh tak acuh, e. Menunjukkan perilaku yang berkelainan. Misalnya : mudah tersinggung, murung, pemarah, bingung, cemberut, kurang gembira, selalu sedih dan sebagainya. Dari gejala-gejala yang nampak itu guru(pembimbing) bisa menginterpretasikan bahwa ia kemungkinan mengalami kesulitan belajar. Di samping melihat gejala-gejala yang nampak, guru pun bisa mengadakan penyelidikan antara lain dengan : Observasi : cara memperoleh data dengan langsung mengamati terhadap objek. Observasi mencatat gejala-gejala yang nampak pada diri subjek, kemudian diseleksi untuk dipilih yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Interview : adalah cara mendapatkan data dengan wawancara langsung terhadap orang yang akan diselidiki. Tes diagnostik : adalah suatu cara mengumpulkan data dengan tes. Menurut Cronbach, tes adalah suatu prosedur yang sistematis untuk membandingkan kelakuan dari dua orang atau lebih. Untuk mengetahui murid yang mengalami kesulitan belajar tes meliputi tes buatan guru(teacher made test) yang terkenal dengan tes diagnosting tes psikologi. Sebab yang mengalami kesulitan belajar tersebut kemungkinan karena IQ rendah, tidak memiliki bakat, Dokumentasi adalah cara mengetahui sesuatu dengan melihat catatan-catatan, arsip-arsip, dokumen-dokumen yang berhubungan dengan orang yang diselidiki. Dalam dokumen Upaya untuk mengatasi kesulitan belajar matematika pada pokok bahasan aljabar semester satu SMP N 2 Yogyakarta dengan diagnosis kesulitan belajar dan pembelajaran remidi (Halaman 29-36)