• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dari hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa perbandingan komposisi pulp sampah kertas dan pulp tandan kosong kelapa sawit memberikan pengaruh terhadap nilai gramatur, kekuatan tarik dan ketahanan sobek kertas. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4. Pengaruh komposisi TKKS dan sampah kertas terhadap parameter Perlakuan Gramatur (g/m²) Kekuatan tarik (kN/m) Ketahanan Sobek (mN) K0 11,97 0,04 186,67 K1 185,56 3,27 283,33 K2 236,78 3,79 235,00 K3 210,83 3,66 306,67 K4 269,03 4,25 308,67 K5 242,43 4,13 300,00

Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa nilai gramatur tertinggi diperoleh pada perlakuan K4 yaitu sebesar 269,03 g/m² dan terendah pada perlakuan K0 yaitu sebesar 11,97 gr/m². Nilai kekuatan tarik tertinggi diperoleh pada perlakuan K4 yaitu sebesar 4,25 kN/m dan terendah pada K0 yaitu sebesar 0,04 kN/m. Nilai ketahanan sobek tertinggi diperoleh pada perlakuan K4 yaitu sebesar 308,67 mN dan terendah pada K0 yaitu sebesar 186,67 mN.

Hasil analisa statistik komposisi sampah kertas (K) terhadap masing-masing parameter yang diamati dapat dilihat pada uraian berikut.

Gramatur

Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 3) dapat dilihat bahwa komposisi sampah kertas memberikan pengaruh sangat nyata terhadap gramatur kertas. Hasil pengujian menggunakan DMRT (Duncan Multiple Range Test) menunjukkan

pengaruh komposisi sampah kertas terhadap gramatur kertas untuk tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Pengaruh komposisi sampah kertas terhadap gramatur kertas

Jarak DMRT Perlakuan Rataan Notasi

0,05 0,01 0,05 0,01 - K0 11,97 a A 2 124,71 174,92 K1 185,56 b A 3 130,78 184,23 K3 210,83 b B 4 134,83 189,49 K2 236,78 b B 5 136,05 192,73 K5 242,43 b B 6 137,67 194,76 K4 269,03 b B

Keterangan: notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% dan sangat nyata pada taraf 1%.

Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa nilai gramatur terbesar diperoleh pada perlakuan K4 yaitu 269,03 gr/m² dan terkecil pada K0 yaitu 11,97 gr/m². Perlakuan K4, K5, K2, K3 memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap perlakuan K1 dan K0 pada taraf uji ketelitian 0,01.

Hubungan antara perlakuan (komposisi sampah kertas) dan gramatur dapat dilihat pada gambar 5.

Gambar 5. Hubungan antara komposisi sampah kertas dan gramatur

Dari grafik di atas menunjukkan bahwa pada komposisi sampah kertas menghasilkan nilai gramatur kertas yang fluktuatif yaitu naik dari K0 ke K2 kemudian turun ke K3 yaitu pada komposisi sampah kertas 30% dan naik kembali

0 50 100 150 200 250 300 350 0 10 20 30 40 50 60 G ra m at u r (g /m ²)

24

pada K4 yaitu komposisi sampah kertas 40% dan turun pada K5 pada komposisi sampah kertas 50%.

Pada komposisi sampah kertas 0% (K1) kertas hanya berhasil pada ulangan pertama dan sangat tipis, sedangkan ulangan kedua dan ketiga tidak membentuk kertas. Hal ini disebabkan alat yang digunakan masih berupa manual dan tidak dilakukan rolling dan pressing pada proses pembuatan kertas.

Kertas yang dihasilkan dari penelitian ini memiliki gramatur dengan nilai diatas 100 g/m² kecuali pada K0 ulangan 1, Sehingga kertas ini jika dibandingkan dengan syarat mutu gramatur kertas cetak A (Lampiran 6) 50-100 g/m² maka tidak memenuhi syarat untuk dijadikan kertas cetak, sedangkan jika dibandingkan

dengan nilai gramatur karton duplex (Lampiran 6) yang memiliki gramatur 225-500 g/m² maka kertas yang dihasilkan ini masuk ke dalam kertas karton

karena kertas cukup tebal. Kertas ini dikategorikan kertas seni untuk kemudian diolah lagi menjadi produk lain seperti paper bag, bahan pengemas, bingkai dan lain-lain.

Nilai gramatur yang besar disebabkan alat yang digunakan masih menggunakan alat manual yaitu berupa screen sablon untuk mencetak kertas, proses penggerusan juga memberikan pengaruh terhadap gramatur kertas ini dimana ketika penggerusan (untuk menghilangkan air) tebalnya kertas menjadi tidak merata, serta tidak adanya proses penekanan atau pressing pada kertas sehingga membuat kertas ini memiliki gramatur yang besar.

Kertas hasil penelitian ini dimaksudkan untuk diolah lagi menjadi barang lain maka nilai gramatur yang besar lah yang lebih baik karena semakin besar

nilai gramatur maka semakin tebal dan luas kertas tersebut. Jadi perlakuan terbaik terdapat pada K4 yaitu 269,03 gr/m².

Kekuatan Tarik

Dari hasil sidik ragam (Lampiran 4) dapat dilihat bahwa perlakuan komposisi kertas memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kekuatan tarik kertas. Hasil pengujian menggunakan analisa DMRT (Duncan Multiple Range Test) menunjukkan pengaruh komposisi kertas untuk tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Pengaruh komposisi sampah kertas terhadap kekuatan tarik kertas

Jarak DMRT Perlakuan Rataan Notasi

0,05 0,01 0,05 0,01 - K0 0,04 a A 2 2,02 2,85 K1 3,27 b B 3 2,12 3,00 K3 3,66 b B 4 2,18 3,09 K2 3,79 b B 5 2,20 3,14 K5 4,13 b B 6 2,23 3,17 K4 4,25 b B

Keterangan: notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% dan sangat nyata pada taraf 1%.

Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa kekuatan tarik terbesar diperoleh pada perlakuan K4 yaitu 4,25 kN/m dan terendah pada perlakuan K0 yaitu 0,04 kN/m. Perlakuan K4, K5, K2, K3 dan K1 memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap K0.

Hubungan antara perlakuan (komposisi sampah kertas) dan kekuatan tarik dapat dilihat pada gambar 6.

26

Gambar 6. Hubungan antara komposisi sampah kertas dan kekuatan tarik Gambar 6 menunjukkan bahwa komposisi sampah kertas memberikan pengaruh hasil yang fluktuatif, naik dari K0 ke K2 kemudian turun ke K3 yaitu pada komposisi sampah kertas 30% dan naik kembali pada K4 yaitu pada komposisi sampah kertas 40% kemudian turun pada K5 yaitu pada komposisi sampah kertas 50%.

Nilai kekuatan tarik/ ketahanan tarik kertas ditentukan oleh keterikatan serat-serat ketika telah diolah menjadi kertas, semakin kuat ikatan serat maka nilai ketahanan tarik semakin besar. Jika dibandingkan nilai kekuatan tarik kertas kraft (seni) penelitian ini (Lampiran 4) dengan nilai kekuatan tarik kertas cetak A (Lampiran 6), kertas ini memiliki kuat tarik lebih besar yaitu 3,27 sampai 4,25 kN/m dari kertas cetak A yang menetapkan kekuatan tarik min. 2 kN/m.

Untuk nilai kekuatan tarik kertas semakin besar nilai kuat tarik kertas maka semakin baik kualitas kertas tersebut. Dari hasil penelitian kekuatan tarik terbaik diperoleh pada perlakuan K4 dengan nilai 4,25 kN/m.

Ketahanan Sobek

Hasil uji analisis sidik ragam ketahanan sobek menunjukkan bahwa setiap

0 1 2 3 4 5 0 10 20 30 40 50 60 K ekua ta n t ar ik ( K N /m )

DMRT tidak dilanjutkan. Menurut Hanafiah (1995) hasil perlakuan tidak nyata memiliki makna bahwa tidak ada perlakuan yang pengaruhnya menonjol dibanding perlakuan lain. Hal ini terjadi jika H0 (hipotesis percobaan) diterima pada taraf uji 5%.

Ketahanan sobek kertas merupakan sifat atau karakteristik yang dimiliki kertas seberapa kuat kertas tersebut menahan sobekan. Nilai ketahanan sobek ini dinyatakan dalam mN (mili Newton). Pada data (Lampiran 5) diperoleh rataan ketahanan sobek dari terkecil hingga terbesar adalah K0 186,67; K2 235; K1 283,33; K5 300; K3 306, 67 dan K4 308,67.

Ketahanan sobek merupakan indikator panjang dan keseragaman serat dalam selembar kertas, berarti semakin besar nilai ketahanan sobek menunjukkan bahwa kertas tersebut memiliki panjang serat yang baik dan keseragaman serat yang baik pula. Namun nilai ketahanan sobek untuk berbagai kertas memiliki standar nilai yang berbeda disesuaikan dengan penggunaanya. Karena kertas seni pada penelitian ini digunakan untuk keperluan lain maka dibutuhkan ketahanan sobek yang besar, dan nilai terbaik diperoleh pada perlakuan K4 yaitu 308,67 mN. Karakteristik Kertas

Karakteristik kertas hasil penelitian ini dinilai dari gramatur, kekuatan tarik dan ketahanan sobek dan hasil penampakan kertas yang dilihat secara visual. Kertas yang dihasilkan dari campuran tandan kosong dan sampah kertas ini memiliki penampakan yang indah karena masih banyaknya serat yang timbul di permukaan kertas. Sehingga kertas ini dapat dikategorikan kedalam kertas kraft yaitu jenis kertas seni yang kegunaannya disesuaikan dengan kebutuhan. Setelah kertas ini berhasil dicetak maka dapat dilanjutkan dengan membuat bahan seni

28

lain dari kertas ini seperti paper bag, kotak kado, packing paper, dan benda-benda seni atau kebutuhan lainnya.

Tabel 4 menunjukkan Nilai gramatur, kekuatan tarik dan ketahanan sobek terbesar pada perlakuan K4 (komposisi sampah kertas 40%) dan terendah pada perlakuan K0 (komposisi sampah kertas 0%) yaitu hanya tandan kosong saja yang dibentuk menjadi kertas. Hasilnya adalah kertas hanya bisa dibuat pada ulangan pertama dan menghasilkan kertas yang tipis dan bernilai rendah pada semua parameter yang ditentukan. Hal ini disebabkan tidak dilakukan proses penggilingan pada kertas karena keterbatasan alat. Menurut Nasution (2010) selama proses penggilingan, serat mengalami penyikatan, pengoyakan, pemukulan, penggosokan dan penekanan sehingga ikatan antar serat menjadi terbuka dan terjadi hidrasi fibril. kertas yang dibuat dari pulp yang sudah digiling akan diperoleh kertas dengan kekuatan tinggi, padat dan formasi terjalin baik.

Tampilan kertas hasil penelitian ini berwarna sangat coklat pada perlakuan pertama (K0) semakin banyak campuran sampah kertas berpengaruh pada warna kertas yang semakin memudar atau semakin mendekati warna putih. Kertas ini sedikit bergelombang/ keriput sebelum disetrika karena tidak ada proses pressing atau penekanan pada kertas. Untuk tampilan lain yaitu tampak ada serat-serat tandan kosong yang belum hancur sempurna timbul pada kertas, namun serat yang timbul ini menambah keindahan atau nilai estetika pada kertas seni ini. Pasaribu dan Sahwalita (2007) menyatakan kertas seni dengan campuran serat alam memiliki penampilan yang lebih indah karena menampilkan serat-serat yang muncul di permukaan kertas.

Penggunaan NaOH pada pembuatan kertas ini dimaksudkan untuk membuat serat tandan kosong lebih mudah lunak dan terurai. Menurut Heradewi (2007) menyatakan bahwa semakin tinggi kadar NaOH yang ditambahkan pada proses pembuatan kertas maka padatan total yang dihasilkan semakin banyak (Tabel 2) banyaknya padatan yang dihasilkan menunjukkan bahwa serat yang terurai atau terdegradasi semakin banyak.

Menurut Harefa (2012) proses pembuatan kertas menggunakan proses soda (menggunakan NaOH) sangat cocok digunakan untuk bahan baku non-kayu karena proses ini lebih menguntungkan dari segi teknis dan ekonomis dan membuat limbah yang tidak terlalu berbahaya bagi lingkungan. Oleh sebab itu penulis menggunakan NaOH sebagai larutan pemasakan pada proses pembuatan kertas ini.

Proses pemasakan pada pembuatan kertas ini dilakukan untuk melunakkan serat tandan kosong kelapa sawit. Lamanya waktu pemasakan yang digunakan yaitu 60 menit, hal ini dimaksudkan agar serat lunak dan tidak hancur. Menurut Wibisono, dkk (2011) waktu pemasakan memberikan pengaruh terhadap proses pembuatan pulp yaitu semakin lama waktu pemasakan serat maka akan meningkatkan reaksi hidrolisis lignin. Untuk waktu dibawah 1 jam pulp belum terbentuk, waktu diatas 5 jam selulosa akan terdegradasi.

Dokumen terkait