• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ketentuan Undang-Undang No 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

PENGATURAN PEMBELIAN KEMBALI SAHAM (BUYBACK)

A. Pengaturan Hukum Pembelian Kembali Saham (buyback)

2. Ketentuan Undang-Undang No 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal

terkait pembelian kembali (buyback) saham

Undang-Undang Pasar Modal tidak ada mengatur tentang pembelian kembali saham emiten yang telah dilepas ke Pasar Modal, karena pada dasarnya

21

Pasal 39 UU Nomor 40 tahun 2007

22

tranksaksi buyback dalam kondisi yang normal dapat dikategorikan pelanggaran sebagai pelanggaran terhadap Undang-Undang Pasar Modal, hal ini secara tersirat dapat kita lihat dalam ketentuan Peraturan Bapepam LK No XI.B3 Keputusan Kepala Bapepam LK No 401/BL/2008 yang menentukan bahwa emiten dapat melakukan pembelian kembali sepanjang tidak bertentangan dengan pasal 91, 92, 95, dan 96 undang-undang No 8 tahun 1995, dimana ketentuan pasal 91 ,92 ,95 dan 96 tersebut adalah ketentuan yang mengatur tentang penipuan, manipulasi pasar dan perdagangan orang dalam24

23

Pasal 40 UU No 40 tahun 2007

24

Peraturan Bapepam XI.B3 Keputusan Kepala Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan No 401/BL/2008 Tentang Pembelian Kembali Saham Emiten Dalam Kondisi

.

Dalam pasal 2 lampiran Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal No XI.B3 Keputusan Kepala Badan Pengawas Pasar Modal No 401/BL/2008 tentang pembelian kembali saham emiten dalam kondisi pasar yang berpotensi kritis jelas disebutkan bahwa buyback dapat dilaksanakan oleh emiten dengan ketentuan tidak bertentangan dengan ketentuan pasal 91, 92, 95, dan 96 Undang-Undang No 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal dengan kata lain jika buyback tersebut dilakukan dengan melanggar ketentuan pasal 91, 92, 95 dan 96 Undang-Undang No 8 Tahun 1995 tersebut maka buyback tersebut adalah batal oleh hukum dan merupakan pelanggaran pidana pasar modal sebab ketentuan tersebut adalah ketentuan tentang pelanggaran dalam pasar modal yang memiliki sanksi pidana. Untuk memperjelas tentang ketentuan pasal-pasal tersebut, selanjutnya akan dikemukakan tentang hal-hal yang dilarang oleh pasal-pasal tersebut.

Setiap pihak dilarang melakukan tindakan, baik langsung maupun tidak langsung, dengan tujuan untuk memberikan gambaran semu atau menyesatkan tentang perdagangan, keadaan pasar atau harga efek di bursa efek.

Masyarakat pemodal sangat memerlukan informasi mengenai kegiatan perdagangan, keadaan pasar, atau harga efek di bursa efek yang tercermin dari kekuatan penawaran jual dan penawaran beli efek sebagai dasar untuk mengambil keputusan investasi dalam efek. Sehubungan dengan itu, ketentuan ini melarang adanya tindakan yang dapat menciptakan gambaran semu mengenai kegiatan perdagangan,keadaan pasar atau harga efek, antara lain.

a. Melakukan tranksaksi efek yang tidak mengakibatkan perubahan pemilikan atau

b. Melakukan penawaran jual atau beli efek pada harga tertentu dimana pihak tertentu tersebut juga telah bersekongkol dengan pihak lain yang melakukan penawaran beli atau penawaran beli atau penawaran jual efek yang sama pada harga yang kurang lebih sama.25

Pasal 92

Setiap pihak baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama dengan pihak lain dilarang melakukan dua traksaksi efek atau lebih baik langsung maupun tidak langsung sehingga menyebabkan harga efek di bursa tetap, naik, atau turun dengan tujuan untuk mempengaruhi pihak lain untuk membeli, menjual atau menahan Efek.

Ketentuan ini melarang dilakukannya serangkaian tranksaksi efek oleh satu pihak atau beberapa pihak yang bersekongkol sehingga menciptakan harga

efek yang semu di bursa efek karena tidak didasarkan pada kekuatan permintaan jual atau beli efek yang sebenarnya dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau pihak lain.26

a. Emiten atau perusahan publik dimaksud

Pasal 95

Orang dalam dari emiten atau perusahaan publik yang mempunyai informasi orang dalam dilarang melakukan pembelian atau penjualan atas efek;

b. Perusahaan lain yang melakukan tranksaksi dengan emiten atau perusahaan publik yang bersangkutan.

Yang dimaksud dengan orang dalam pasal ini adalah

a. Komisaris, direktur atau pegawai emiten atau perusahaan publik

b. Pemegang saham utama emiten atau perusahaan publik

c. Orang perorangan yang karena kedudukannya atau profesi atau karea hubungan usahanya dengan emiten atau perusahaan publik memungkinkan orang tersebut memperoleh informasi lebih dalam atau;

d. Pihak yang dalam waktu enam bulan terakhir tidak lagi menjadi pihak sebagai mana dimaksud dalam poin a, b, c diatas.

Yang dimaksud dengan kedudukan dalam poin c adalah jabatan pada lembaga, institusi atau badan pemerintah. Kemudian hubungan usaha adalah dalam poin c tersebut adalah hubungan kerja atau kemitraan dalam kegiatan usaha antara lain hubungan nasabah, pemasok, kontraktor, pelanggan dan kreditor.

Informasi orang dalam adalah informasi material yang dimiliki oleh orang dalam yang belum tersedia untuk umum.27

Yang dimaksud dengan tranksaksi dalam uraian diatas adalah semua tranksaksi yang terjadi antara emiten atau perusahaan publik dan perusahaan lain, termasuk tranksaksi atas efek perusahaan lain tersebut yang dilakukan oleh emiten atau perusahaan publik yang bersangkutan.

Orang yang dimaksudkan dalam huruf D sebagai contohnya adalah sebgai berikut. Tuan A berhenti menjadi direktur pada tanggal 1 Januari 2010 maka tuan A tetap dianggap sebagi orang dalam sampai dengan 30 Juni 2010 sesuai dengan penjelasan dalam poin D tersebut.

Larangan bagi orang dalam untuk melakukan pembelian atau penjualan atas efek emiten atau perusahaan publik yang bersangkutan didasarkan atas pertimbangan bahwa kedudukan orang dalam seharusnya mendahulukan kepentingan emiten, perusahaan publik atau pemegang saham secara keseluruhan termasuk didalamnya untuk tidak menggunakan informasi orang dalam untuk kepentingan diri sendiri atau pihak lain.

Disamping larangan tersebut diatas, orang dalam suatu emiten atau perusahaan publik yang melakukan tranksaksi dengan perusahaan lain juga dikarenakan larangan untuk melakukan tranksaksi atas efek dari perusahaan lain tersebut meskipun yang bersangkutan bukan bukan orang dri perusahaan lain tersebut. Hal ini karena kedudukannya pada emiten atau perusahaan publik yang melakukan tranksaksi dengan perusahaan lain tersebut.

28

Pasal 96

26

Penjelasan Pasal 92 UU Nomor 8 tahun `1995

27

Orang dalam sebagai mana dimaksud dalam pasal 95 dilarang

a. Mempengaruhi pihak lain untuk melakukan penjualan atau pembelian efek dimaksud

b. Memberi informasi orang dalam kepada pihak manapun yang patut diduganya dapat menggunakan informasi dimaksud untuk melakukan pembelian dan penjualan efek.

Orang dalam sebagai mana dimaksud dalam pasl 95 dilarang mempengaruhi pihak manapun untuk melakukan pembelian dan atau penjualan atas efek dari emiten atau perusahaan publik yang bersangkutan. Walaupun orang dalam dimaksud tidak memberikan informasi orang dalam kepada pihak lain karena hal ini dapat mendorong pihak lain untuk melakukan pembelian atau penjualan efek berdasarkan informasi orang dalam.

Selain itu orang dalam dilarang memberikan informasi orang dalam kepada pihak lain yang diduga akan menggunakan informasi tersebut untuk melakukan pembelian dan atas penjualan penjualan atas efek.29