• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II RUANG LINGKUP KEDUDUKAN DIREKSI DALAM PERSEROAN

B. Kewajiban Dan Tanggung Jawab Direksi

Kekuasaan dan kewajiban anggota Direksi (powers of Directors) biasanya ditentukan dalam anggaran dasar Perseroan. Akan tetapi tanpa mengurangi apa yang diatur dalam anggaran dasar, UUPT 2007 telah mengatur pokok-pokok kewajiban dan tanggung jawab yang mesti dilakukan anggota Direksi dalam melaksanakan pengurusan perseroan, seperti yang akan dijelaskan pada uraian berikut ini.

1. Kewajiban Direksi

Secara umum kewajiban Direksi adalah mengurus dan mengelola perseroan, dan mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan. Anasitus Amarat, membagi kewajiban Direksi dalam 2 kategori, yaitu:49

a. Kewajiban yang berkaitan dengan Perseroan.

b. Kewajiban yang berkaitan dengan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

Ada beberapa kewajiban Direksi apabila ditinjau dari Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas antara lain sebagai berikut:

1) Dalam pasal 100 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas menyatakan:

“Direksi wajib:

a) membuat daftar pemegang saham, daftar khusus risalah RUPS, dan risalah rapat Direksi;

b) membuat laporan tahunan sebagaimana dimaksud dalam pasal 66 dan dokumen keuangan perseroan sebagimana dimaksud dalam undang-undang tentang dokumen perusahaan; dan

49

Anasitus Amarat, Pembahasan UUPT 1995 dan Penerapannya dalam Akta Notaris, (Jakarta: Rajawali Pers, 1996), hal 130-132.

c) memelihara seluruh daftar, risalah, dan dokumen keuangan perseroan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b dan dokumen perseroan lainnya”.

2) Dalam pasal 101 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang menyatakan:

“ Anggota Direksi wajib melaporkan kepada perseroan mengenai saham yang dimiliki anggota Direksi yang bersangkutan dan/atau keluarganya dalam perseroan dan perseroan lain untuk selanjutnya dicatat dalam daftar khusus”.

3) Dalam pasal 102 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang menyatakan:

“Direksi wajib meminta persetujuan untuk:

a) mengalihkan kekayaan perseroan;

b) menjadikan jaminan utang kekayaan perseroan;

yang merupakan lebih dari 50% (lima puluh persen) jumlah kekayaan bersih perseroan dalam 1 (satu) transaksi atau lebih, baik yang berkaitan satu sama lain maupun tidak”.

2. Tanggung Jawab Direksi

Agar Direksi sebagai organ perseroan yang mengurus perseroan sehari-hari dapat mencapai prestasi terbesar untuk kepentingan perseroan, maka ia harus diberi kewenangan-kewenangan tertentu untuk mencapai hasil yang optimal dalam mengurus perseroan. Dari kewenangan yang diberikan, ia perlu diberi tanggung jawab untuk mengurus perseroan. Hal ini berarti dalam membicarakan kewenangan-kewenangan Direksi, diperlukan pemahaman tentang tanggung jawabnya.

Tanggung Jawab adalah kewajiban seseorang Direksi untuk melaksanakan aktivitas yang ditugaskan kepadanya sebaik mungkin sesuai dengan kemampuannya.50

50

Winardi, Asas-asas Manajemen, (Bandung: Alumni, 1983), hal. 98.

Menurut Nindyo Pramono, tanggung jawab Direksi timbul apabila Direksi yang memiliki kewenangan atau Direksi yang menerima kewajiban untuk melaksanakan pengurusan perseroan tersebut mulai menggunakan kewenangannya tersebut. Agar kewenangan atau kewajiban Direksi tersebut dilaksanakan untuk kepentingan perseroan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan, maka idealnya kewenangan itu dapat dilaksanakan sesuai dengan tanggung jawabnya dan sebaliknya tanggung jawab harus diberikan sesuai dengan wewenang yang ada. Untuk itulah Undang-Undang Perseroan Terbatas menentukan bahwa Direksi bertanggungjawab atas pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan, yang

mana pengurusan oleh Direksi tersebut wajib dilaksanakan dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab.51

Dalam kaitannya lagi dengan tanggung jawab Direksi, Darian M. Ibrahim, membagi waktu timbul pertanggungjawaban pribadi masing-masing Direksi dan waktu timbulnya pertanggungjawaban yang bersifat tanggung renteng (kolektif), yaitu Direksi bertanggung jawab pribadi jika tidak melaksanakan atau melanggar duty of loyality (good faith, conflict of interest or self interest). Sedangkan pertanggungjawaban renteng (kolektif) timbul jika Direksi tidak melakukan duty of care yaitu tidak dilaksnakannya atau melanggar standart of conduct. Duty of loyality dan duty of care ini yang disebut dengan fiduciary duty.52

Dalam Pasal 97 ayat (5) ditegaskan bahwa anggota Direksi tidak dapat dipertanggungjawabkan atas kerugian perseroan sepanjang dapat membuktikan bahwa: (1) kerugian tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya; (2) telah melakukan pengurusan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk kepentingan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan; (3) tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung maupun tidak langsung atas tindakan pengurusan yang mengakibatkan kerugian; dan (4) telah mengambil tindakan untuk mencegah timbul atau berlanjutnya kerugian tersebut, 53

51

Freddy Harris dan Teddy Anggoro,Op. Cit, hal 44.

hal inilah yang dikenal dengan business judgment rules. Pembuktian oleh Direksi tersebut di atas, tidak

52

Ibid, hal.45. 53

mengurangi hak anggota Direksi lain dan/atau anggota Dewan Komisaris untuk mengajukan gugatan atas nama perseroan.54

Setiap anggota direksi dapat menjadi pengawas terhadap satu dengan yang lainnya, walaupun demikian pada prakteknya fungsi pengawasan melalui mekanisme check and balance sulit untuk dilakukan. Untuk itu diperlukan pembagian tugas dan wewenang serta tanggung jawab yang jelas. Dengan adanya pembagian tersebut maka masalah pembuktian anggota direksi yang sebenarnya harus bertanggung jawab apabila terjadi tindakan yang merugikan kepentingan perseroan menjadi lebih mudah.

Secara umum tanggung jawab direksi dapat dibedakan dalam:55

a. Tanggung jawab internal direksi yang meliputi tugas dan tanggung jawab direksi terhadap perseroan dan pemegang saham perseroan.

b. Tanggung jawab eksternal direksi, yang berhubungan dengan tugas dan tanggung jawab direksi kepada pihak ketiga yang berhubungan hukum langsung maupun tidak langsung dengan perseroan.

Setiap anggota direksi yang lalai dalam melaksanakan kewajibannya tersebut diatas memberikan hak kepada pemegang saham perseroan untuk secara sendiri-sendiri ataupun bersama-sama yang mewakili jumlah sepesepuluh pemegang saham perseroan untuk melakukan gugatan, untuk dan atas nama perseroan, terhadap direksi perseroan yang kesalahannya dan kelalaiannya telah

54

Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Bab V, Pasal 97 ayat (7).

55

merugikan perseroan (derivative action). Secara sendiri-sendiri melakukan gugatan langsung, untuk dan atas nama pribadi pemegang saham terhadap direksi perseroan, atas setiap keputusan atau tindakan direksi perseroan yang merugikan pemegang saham.56

Selanjutnya pasal 104 UUPT menjelaskan tentang kesalaham dan kelalaian Direksi dalam perseroan:

1) Direksi tidak berwenang mengajukan permohonan pailit atas perseroan sendiri keada pengadilan niaga sebelum memperoleh persetujuan RUPS, dengan tidak mengurangi ketentuan sebagaimana diatur dalam Undang-undang tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.

2) Dalam hal kepailitan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terjadi karena kesalahan atau kelalaian direksi dan harta pailit tidak cukup untuk membayar seluruh kewajiban perseroan dalam kepailitan tersebut, setiap anggota Direksi secara tanggung renteng bertanggung jawab atas seluruh kewajiban yang tidak terlunasi dari harta pailit tersebut.

3) Tanggung jawab sebgaimana dimaksud pada ayat (2) berlaku juga bagi anggota Direksi yang salah atau lalai yang pernh menjabat sebagai anggota Direksi dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sebelum putusan pernyataan pailit yang diucapkan.

4) Anggota Direksi tidak bertanggung jawab atas kepailitan perseron sebagaimana dimaksud pada ayat (2) apabila dapat membuktikan:

56

a) Kepailitan tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya; b) Telah melakukan pengurusan dengan itikad baik, kehati-hatian, dan penuh tanggung jawab untuk kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan;

c) Tidak mempunyai benturan kepentingan baik secara langsung maupun tidak langsung atas tindakan pengurusan yang dilakukan; dan

d) Telah mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya kepailitan. 5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat (3), dan ayat (4)

berlaku juga bagi direksi dari perseroan yang dinyatakan pailit berdasarkan gugatan pihak ketiga.

UUPT memberikan ketentuan sanksi berupa sanksi perdata yang sangat berat kepada setiap direksi perseroan aats setiap kelalaian atau kesalahannya, namun pelaksanaan pemberian sanksi ini sendiri sebenarnya tidak terlalu dikhawatirkan, selama anggota direksi yang bersangkutan bertindak sesuai dengan dan tidak menyimpang dari aturan main yang telah ditetapkan dalam anggaran dasar perseroan dn peraturan-perundang-undangan yang berlaku. Para pemegang saham perseroan maupun pihak ketiga yang merasa dirugikan oleh tindakan direksi harus membuktikan apakah memang benar kerugian perseroan terjadi karena kesalahan dan kelalaian direksi.

Tanggung jawab Direksi perseroan erat kaitannya dengan sifat kolegialitas Direksi perseroan. Undang-Undang Perseron Terbatas mengatur bahwa Direksi mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan.

Dalam hal anggota Direksi terdiri lebih dari satu orang, yang berwenang mewakili perseroan adalah setiap anggota Direksi, kecuali ditentukan lain dalam anggaran dasar. Oleh sebab itu, dalam pasal 98 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Perseroan Terbatas ditentukan bahwa yang berwenang mewakili perseroan adalah setiap anggota Direksi, kecuali ditentukan lain dalam Anggaran Dasar. Bahkan dari sudut pandang doktrin, kedudukan masing-masing organ perseroan (dewan komisaris dan direksi) pada asasnya satu sama lain mempunyai kedudukan yang sama atau sejajar, dimana yang satu tidak berada di bawah yang lain, dan masing-masing mempunyai tugas sendiri-sendiri yang diberikan oleh Undang-Undang dan anggaran dasar kecuali RUPS. Konsekuensi selanjutnya, adalah bahwa fokus direksi dan dewan komisaris dalam mengurus perseroan tidak semata-mata hanya tertuju kepada pemegang saham, tetapi lebih kepada kepentingan perseroan yang cakupannya lebih luas dari pada kepentingan pemegang saham.57

C. Direksi Sebagai Pengurus dan Wakil Perseroan

Dokumen terkait