Lu as B er c a k ( c m 2 ) Lab Lapangan
Gambar15. Luas bercak (cm2) hasil inokulasi di Lapangan dan Laboratorium
beberapa klon kakao terhadap penyakit busuk buah P. palmivora
Dalam penelitian ini inokulasi di laboratorium maupun di lapang dilakukan dengan pelukaan jaringan. Cara inokulasi demikian dimaksudkan untuk menguji
tingkat ketahanan pascapenetrasi (Iwaro et al., 1995). Beberapa klon yang
sebelumnya dilaporkan tahan seperti Sca 6, PA 7, PA 300 menunjukkan luas bercak yang kecil dibandingkan klon lain pada uji di lapang. Namun pada uji di laboratorium, klon – klon tersebut menunjukkan luas bercak yang sebanding atau bahkan lebih besar dari pada luas bercak klon rentan hasil uji lapangan. Diduga pemetikan buah untuk diuji di laboratorium menjadi faktor predisposisi yang memacu perkembangan bercak. Meskipun uji di laboratorium dapat membedakan klon kakao tahan dan rentan, uji laboratorium mempunyai potensi untuk keliru (misleading) karena klon yang mempunyai ketahanan cukup di lapang dapat terserang patogen di laboratorium dengan menunjukkan bercak yang luas. Perbedaan hasil inokulasi di laboratorium dan di lapangan selain masa inkubasi yang lebih lambat 2 hari dibandingkan dengan laboratorium, juga perbedaan luas bercak yang dihasilkan (Gambar 14 dan 15). Umumnya luas bercak yang dihasilkan inokulasi di laboratorium cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan inokulasi di lapang untuk klon yang sama. Perbedaan perkembangan bercak tersebut, selain kondisi lingkungan yang utamanya suhu dan kelembaban diduga ada faktor lain yang berperan dalam mengatur mekanisme ketahanan beberapa klon kakao tersebut. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mekanisme yang mengatur ketahanan kakao seperti enzim atau bahan kimia yang ada dalam buah atau daun kakao.
Umumnya seleksi ketahanan kakao terhadap penyakit busuk buah dilakukan dengan inokulasi alami ataupun buatan, yang didasarkan pada jumlah organ sakit dan keparahan penyakit (Rocha, 1974). Indikator ini menunjukkan reaksi jaringan terhadap serangan patogen, tetapi tidak mengungkapkan secara tepat mekanisme ketahanan yang bekerja pada satu atau beberapa tahap dari daur penyakit busuk
buah. Pengujian ketahanan dilakukan pada buah yang dipetik (detached pod)
maupun buah di pohon (attached pod). Uji pertama banyak diminati, namun
hasilnya kurang sesuai dengan kondisi lapangan karena uji ini mengabaikan pengaruh lingkungan. Menurut Toxopeus & Jacob (1970 cit. Wood, 1985) ada perbedaan ketebalan kulit buah dan tingkat lignifikasinya antar kultivar kakao sehingga dimungkinkan dapat berperan sebagai faktor ketahanan terhadap penyakit busuk buah.
Simpulan
1. Klon Sca 6 dan Pa 300 secara konsisten menghasilkan luas bercak terkecil
dibandingkan dengan klon yang lainnya baik di laboraorium maupun di lapangan. Klon kakao yang menunjukkan tingkat ketahanan yang rentan di laboratorium juga rentan di lapangan seperti klon GC7,
2. Hasil inokulasi di lapangan menghasilkan perkembangan luas bercak yang
lebih kecil dan masa inkubasinya lebih lamban dibandingkan dengan inokulasi di laboratorium dengan masa inkubasi di lapang lebih lambat rata-rata 2 hari.
3. Penelitian ini menunjukkan bahwa uji ketahanan buah kakao terhadap P.
palmivora terbaik dilakukan pada buah di lapang. Pengujian di laboratorium dengan buah yang dipetik dapat dilakukan apabila dalam setiap pengujian disertakan klon tahan dan rentan sebagai pembanding, seperti Sca 6 dan GC 7.
Daftar Pustaka
Agrios GN. 1997. Plant Pathology. Academic Press.New York.4th Ed.803.p.
Akai S & Fukutomi M. 1980. Preformed internal Physical Defenses.In J.A.
Bailey & B.J. Deverall (Eds). Dynamic of Host Defence: Academic Press.
Sydney.
Akrofi AY & Opoku IY. 2000. Managing Phytophthora megakarya pod root
disease. Ghana experience. Proc. 3rd Int. Seminar of International
Permanent Working Group for Cocoa Pests and Diseases. Kota Kinabalu, Sabah Malaysia. 16-17th October.
Chittor JM, Leach JE, & White FF. 1999. Induction of peroxidase during defense
against pathogens In Datta SK, Muthukrishnan S (Eds). Pathogenesis-
Related Proteins in Plants. p.171-188. Science
Darmono TW, Jamil I & Santoso DA. 2006. Pengembangan penanda molekuler
untuk deteksi Phytophthora palmivora pada tanaman kakao. Menara
Perkebunan 74: 86-95.
Duniaway JM. 1983. Role of Physical Factors in Development of Phytophthora
Diseases. In D.C.Erwin SB Gracia, PH Tsao (Eds) Phytophtora Its Biology,
Taxonomy, Ecology and Pathology. 175-188. APS. St. Paul.
El-Katatny MH, Gudelj M, Robra KH, Elnaghy MA, & Gobitz GM. 2001.
Characterzation of chitinase and endo-beta-1,3-glucanase from Trichoderma
harzianum Rifai T24 involved in control of phytopathogen Sclerotium rolfsii. Appl Microbiol Biotechnol. 56: 137-143.
Fry WE. 1989. Principles of Plant Disease Management. Academic Press, New
York. 376p.
Goodwin T.W. & Mercer EI. 1990. Introduction to Plant Biochemistry. Pergamon Press, Oxford. 677p.
Iwaro DA, Sreenivasan TN & Umaharan P. 1995. Differential reaction of cocoa
clones to Phytophthora palmivora infection. CRU, Univ. West Indies,
Trinidad: 79-85.
Iwaro DA, Sreenivasan TN & Umaharan P. 1997. Phytophthora palmivora
resistance in cocoa (Theobroma cacao): Influence of pod morphological
characteristics. Plant Pathol 46: 557-565.
Iwaro DA, Sreenivasan TN & Umaharan P. 1998. Cocoa resistance to Phytophthora: effects of pathogen spesies, inoculation depths, and pod maturity. EuropeanJ. Plant Pathol 46: 557-565.
Jacob VJ & Toxopeus. 1971. The effect of pollinator parent on the pod value of
hand pollinated pod of Theobroma cacao L. Int. Cacao Res. Conf., Tafo,
Ghana, 556-564.
Lagrimini LM, Joly RJ, Dunlap JR, Liu T-TY. 1997. The consequence of peroxidase overexpression in transgenic plants on root growth and development. Plant. Mol. Biol. 33: 887-895.
Muller RA.1974. Integrated Control Methods. In P.H. Gregory (Eds.) Phytophthora Disease of Cocoa: 259-265. Longman, London.
Neuhaus JM. 1999. Plant chitinase (PR-3, PR-4, PR-8, PR-11) In: Datta SK,
Muthukrishnan S (Eds). Pathogenesis-Related Proteins in Plants.
London:CRC Pr. p. 77-105.
Oku H. 1994. Plants Pathogenesis and Disease Control. Lewis Pub. CRC Press. Tokyo. 119p.
Philips-Mora W. 1999. Studies on Resistance to Black Pod Disease (Phytophthora
palmivora Butler) at CATIE. Proc. Int. Workshop on the Contribution of Disease Resistance to Cocoa Variety Improvement: 41-50. Salvador, Bahia, Brasil. 24-26th November.
Pudjihartati E, Ilyas S & Sudarsono, 2006b. Aktivitas pembentukan secara cepat spesies oksigen aktif perosidase, dan kandungan lignin kacang tanah terinfeksi Sclerotium rolsfii. Hayati 13:166-172.
Pudjihartati E, Siswanto, Ilyas S & Sudarsono. 2006. Aktivitas Enzim Kitinase pada kacang tanah yang sehat dan yang terinfeksi Sclerotium rolsfii. Hayati 13: 73-78.
Rocha HM. 1974. Breeding Cacao for resistance to Phytophthora palmivora. In
P.H Gregory (Ed) Phytophthora Disease of Cocoa: 211-218 Longman
London.
Rubiyo, Purwantara A, Sri-Sukamto & Sudarsono. 2008. Isolation of indigenous Phytophthora palmivora from Indonesia, their morphological and pathogenicity characterizations. Pelita Perkebunan 24 : 37- 49.
Rubiyo, Sri-Sukamto & Iswanto A. 2000. Uji lapang ketahanan hibrida kakao
terhadap penyakit busuk buah (Phytophthora palmivora Butler). Jurnal
Stigma 1: 57-59.
Saikia R, Kumar R, Arora DK, Gogoi DK, & Azad P. 2006. Psedomonas
aeruginosa inducing rice resistance against Rhizoctonia solani Folia: production of salicylic acid and peroxidase. Microbiol 51: 375-380.
Soria J. 1974. Sources of Resistance to Phytophthora palmivora. In P.H Gregory
(Ed.) PhytophthoraDisease of Cocoa: 197-202. Longman London.
Simmonds NW. 1994. Horizontal resistance to cocoa disease. Cocoa Growers Bul
47:42-52.
Toxopeus H. 1999. Search for Phytophthora Pod Rot Resistance and Escape at the
Cocoa Research Institute of Nigeria during the 1960s. Proc. Int. Workshop
on the Contribution of Disease Resistance to Cocoa Variety Improvement: 159-166. Salvador, Bahia, Brasil. 24-26th November.
Tarjot M. 1972. Etude anatomique de la Cabosse de Cacaoyer en Relation avec
Lattaque du Phytophthora palmivora. Proc. IV Int. Cacao Research Conf.
p:379-397. St Augustine, Trinidad. 8-18thJanuary.
Tarjot M. 1974. Physiology of Fungus. In P.H. Gregory (Ed) Phytophthora
Wood. 1985. Establishment. In G.A.R. Wood & R.A. Lass (Eds.) Cocoa: 119- 165. Longman, London.
Wirianata H. 2004. Ketahanan Tanaman Kakao Terhadap Penyakit Busuk Buah. Disertasi S3 UGM Yogyakarta (tidak diterbitkan), 130p.
Wang S, Wu J, Rao P, Ng TB & Ye X. 2005. A chitinase with antifungal activity from the mung bean. Protein Expr. Purif . 40:230-236.
Zhang M, Melouk HA, Chenault K, & El Rassi Z. 2001. Determination of cellular carbohydrates in peanut fungal pathogens and bakers yeast by capillary
electrophoresis and electrochromatography. J Agric Food Chem. 49:5265-
5269.
Phytophthora palmivora Butl: RESPON 35 KLON KAKAO BERDASARKAN UJI DETACHED POD
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi respon koleksi kakao terhadap
infeksi penyakit busuk buah P. palmivora. Tujuan penelitian yang dilakukan
antara lain: (i) menguji ketahanan 35 klon kakao terhadap infeksi P. palmivora
berdasarkan uji detached pod,(ii) menentukan ada tidaknya hubungan antara tipe
kakao dan bentuk buahnya dengan sifat ketahanan terhadap infeksi P. palmivora,
dan (iii) mengetahui klon kakao yang rentan pada koleksi plasma nutfah kakao
terhadap infeksi P. palmivora. Penelitian menggunakan buah kakao dari 35 klon
(umur 4 bulan setelah antesis) yang dipetik dari pohon dan diinokulasi dengan
miselia P. palmivora di laboratorium. Pengamatan dilakukan terhadap panjang
dan lebar bercak yang diakibatkan oleh infeksi P.palmivora pada buah kakao yang
diuji. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa klon ICCRI 1, PA 300, ICCRI 3, UIT 1, NIC 4, DR 38, ICS 13, Sca 6, TSH 858 dan ICS 60 merupakan 10 klon
kakao yang mempunyai tingkat resistensi tinggi terhadap infeksi P. palmivora.
Klon kakao yang sangat rentan adalah RCC 73, KKM 22, NIC 7, DRC 16, RCC 71, BL 300, BL 301, KEE 2, TSH 908 dan DRC 15. Klon kakao yang dapat digunakan sebagai tetua untuk proses seleksi lebih lanjut adalah: ICCRI 1, PA 300, ICCRI 3, UIT 1, TSH 858, NIC 4, DR 38, ICS 13, dan Sca 6.
Kata kunci: Busuk buah, pemuliaan kakao, evaluasi plasma nutfah, uji ketahanan di laboratorium
PALMIVORA BUTL. INFECTION: RESPONSE OF 35 CACAO BASED