• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.3.1 Pengertian Komunikasi, Teknik Dan Model Komunikasi Dalam Proses

Belajar Mengajar

Komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu (Yogoz.wordpress.com). Proses Belajar Mengajar (PBM) merupakan suatu bentuk komunikasi yaitu komunikasi antara subyek didik dengan pendidik, antara siswa

dengan guru, antara siswa dengan guru”. Kegiatan di dalam komunikasi tersebut

terdapat pembentukan (transform) dan pengalihan (transfer) pengetahuan, keterampilan ataupun sikap dan nilai dari komunikator (pendidik, guru, guru) kepada komunikan (subyek didik, siswa, siswa) sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Unsur-unsur komunikasi menurut Harold Lasswell yaitu; 1) Komunikator (Source, Sender). 2) Pesan (Message). 3) Media (Channel). 4) Komunikan (Receiver). 5) Efek (Effect, Influence). Pada saat ini masih banyak didapati di berbagai institusi pendidikan, pelatihan, termasuk di Perguruan tinggi, yang dalam mengajar masih konvensional dalam arti, pengajar (baik guru atau guru) mengajar secara alami sesuai dengan bakat mengajar yang dimiliki. Ada juga guru yang mengajarnya cenderung meniru gaya orang yang dahulu pernah menjadi guru atau gurunya.

Kenyataan diatas akan menimbulkan beberapa persoalan, baik bagi pengajar maupun peserta didik. Tipe pertama misalnya, akan menimbulkan masalah bagi guru yang tidak mempunyai bakat mengajar atau mempunyai keterbatasan dalam

menyampaikan pesan secara lisan, adapun untuk tipe kedua, jika tidak hati-hati, guru cenderung akan meniru gaya orang yang diidolakannya, tanpa melihat sisi kelemahannya.

Penyampaian materi pelajaran kepada peserta didik/audien, ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan, diantaranya adalah peserta didik, ruangan kelas, metode dan materi itu sendiri. Agar dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan pada suatu pembelajaran, metode pembelajaran dan komunikasi harus mendapat perhatian khusus dalam setiap proses pembelajaran. Metode pembelajaran dan komunikasi tidak selalu harus sama untuk setiap materi. Proses belajar (learning) adalah suatu perubahan yang relatif tetap dalam persediaan tingkah laku, yang terjadi sebagai hasil pengalaman.

Pengajar yang baik seharusnya memahami karakteristik siswanya agar ia sukses dalam melaksanakan peran mengajarnya. Guru dalam proses belajar mengajar kemungkinan akan menemui siswa yang sulit untuk melakukan kontak dengan dunia sekitarnya, suka mengasingkan diri, cenderung menutup diri. Kaitanya dengan hal ini, maka guru hendaknya merencanakan proses belajar mengajar yang sesuai dengan keadaan dan kepribadian siswa. Belajar mengajar sebagai proses (process), pada hakikatnya mengandung tiga unsur yaitu adanya input (bahan mentah yang akan diolah), process (kegiatan mengolah input) dan output (hasil yang telah diolah).

Suatu proses dipandang baik apabila kualitas output lebih baik dari pada input. Input proses belajar mengajar adalah siswa sebelum pembelajaran Mata Pelajaran Membuat Pola. Proses belajar mengajar adalah interaksi antara

komponen-komponen belajar mengajar yaitu tujuan, bahan, metode guru, siswa, fasilitas dan penilaian yaitu, pembelajaran dengan metode ceramah dan demonstrasi dengan ceramah dan MPI. Output dari proses belajar mengajar yaitu peserta didik (siswa) setelah menerima pembelajaran, yaitu hasil belajar Mata Pelajaran Membuat Pola.

Komunikasi merupakan suatu yang sangat pokok dalam setiap hubungan orang-orang, begitu pula dalam suatu organisasi terjadinya komunikasi tentunya ada tujuan yang ingin dicapai. Hal sesuai dengan pendapat Maman Ukas dikutip Yogoz.wordpress.com, mengemukakan tujuan komunikasi sebagai berikut :

(1) Menetapkan dan menyebarkan maksud dari pada suatu usaha. (2) Mengembangkan rencana-rencana untuk mencapai tujuan.

(3) Mengorganisasikan sumber-sumber daya manusia dan sumber daya lainnya seperti efektif dan efisien.

(4) Memilih, mengembangkan, menilai anggota organisasi.

(5) Memimpin, mengarahkan, memotivasi dan menciptakan suatu iklim kerja di mana setiap orang mau memberikan kontribusi (Maman Ukas dikutip Yogoz.wordpress.com).

Komunikasi dalam prosesnya merupakan suatu proses sosial untuk mentransmisikan atau menyampaikan perasaan atau informasi baik yang berupa ide-ide atau gagasan-gagasan dalam rangka mempengaruhi orang lain. Proses komunikasi dalam menyampaikan suatu tujuan lebih dari pada sekedar menyalurkan pikiran-pikiran atau gagasan-gagasan dan maksud-maksud secara lisan atau tertulis.

Komunikasi secara lisan pada umumnya lebih mendatangkan hasil dan pengertian yang jelas daripada secara tertulis, demikian pula komunikasi secara informal dan secara formal mendatangkan hasil yang berbeda pengaruh dan kejelasannya. Satu saluran komunikasi formal tertentu atau lebih ke dan dari setiap

personal atau anggota adalah perlu. Saluran-saluran itu hendaknya perlu dipahami oleh setiap anggota.

Proses komunikasi terbagai dalam 2 macam komunikasi, yaitu komunikasi aktif dan komunikasi pasif (Yogoz.wordpress.com). Komunikasi aktif merupakan suatu proses komunikasi yang berlangsung dengan aktif antara komunikator dengan komunikan, di mana antara keduanya sama-sama aktif berkomunikasi, sehingga terjadi timbal balik di antara keduanya. Sedangkan komunikasi pasif terjadi di mana komunikator menyampaikan informasi atau ide terhadap halayaknya atau komunikan sebagai penerima informasi, akan tetapi komunikan tidak mempunyai kesempatan untuk memberikan respon atau timbal balik dari proses komunikasi.

2.3.2 Hakikat dan proses komunikasi

Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran/media tertentu ke penerima pesan. Pesan, sumber pesan, saluran/media dan penerima pesan adalah komponen-komponen proses komunikasi (Sadiman, et al., 2010: 11). Pesan yang akan dikomunikasikan adalah isi ajaran atau didikan yang ada dalam kurikulum. Sumber pesanya bisa guru, siswa, orang lain ataupun penulis buku dan produser media. Saluranya adalah media pendidikan dan penerima pesanya adalah siswa atau juga guru.

Pesan berupa isi ajaran dan didikan yang ada di kurikulum dituangkan oleh guru atau sumber lain ke dalam simbol-simbol komunikasi baik simbol verbal (kata-kata lisan ataupun tertulis) maupun simbol non verbal atau visual (Sadiman, et al., 2010: 12). Proses penuangan pesan ke dalam simbol-simbol komunikasi itu

disebut encoding. Selanjutnya, penerima pesan (siswa, peserta latihan ataupun guru dan pelatihnya sendiri) menafsirkan simbol-simbol komunikasi tersebut sehingga diperoleh pesan. Proses penafisran simbol-simbol komunikasi yang mengandung pesan-pesan disebut decoding.

Model komunikasi dalam proses belajar mengajar dibagi menjadi 3 yaitu: model komunikasi primer, model komunikasi primer dan sekunder dan model komunikasi sekunder.

1. Model pertama, pesan disampaikan oleh guru langsung kepada siswa (komunikasi primer).

2. Model kedua, pesan disampaikan oleh guru, disamping secara langsung juga diberikan dengan menggunakan media (primer dan sekunder) kepada siswa. 3. Model ketiga, pesan disampaikan oleh guru kepada siswa sepenuhnya

menggunakan media (sepenuhnya sekunder)/ proses komunikasi jarak jauh (Sadiman, et al., 2010: 13, 15, 16). GURU 1 2 3 4 A A1 A2 A3

Gambar 2.2 Bagan Model Komunikasi (Sadiman, et al., 2010: 13, 15, 16).

Model pertama mempunyai kelemahan jika kita lihat terdapat kegagalan dalam proses komunikasi tersebut. Guru menyampaikan pesan”A”, dari keempat

siswa hanya siswa 1 yang tepat dalam menafsirkanya, sedangkan tiga diantaranya kurang tepat/ terjadi verbalisme (pengertia kata-kata) yaitu (A1,A2,A3) sedang satu lainya salah sama sekali.

Ada beberapa faktor yang menjadi penghambat atau penghalang proses komunikasi. Penghambat tersebut biasa dikenal dengan istilah barriers, atau noises. Kita mengenal adanya hambatan psikologis, seperti minat, sikap, pendapat, kepercayaan, intelegensi, pengetahuan, dan hambatan fisik seperti kelelahan, sakit, keterbatasan daya indera dan cacat tubuh. Siswa yang senang terhadap mata pelajaran, topik serta mengidolakan gurunya tentu lain hasil belajarnya dibandingkan dengan yang tidak menyukai semua itu (Sadiman, et al., 2010: 12).

Dua jenis hambatan yang lain adalah hambatan kultural seperti, perbedaan adat istadat, norma-norma sosial, kepercayaan dan nilai-nilai panutan, dan hambatan lingkungan yaitu hambatan yang ditimbulkan situasi dan kondisi keadaan

SUMBER PESAN GURU MEDIA (A) 1 2 3 4 SISWA A A A A MEDIA 1 2 3 4 SISWA SUMBER PESAN A b. Model kedua.

(Proses komunikasi yang berhasil

c. Model ketiga.

sekitar. Proses belajar mengajar di tempat yang tenang, sejuk dan nyaman tentu akan berbeda dengan proses yang dilakukan di kelas yang bising, panas dan padat. Perbedaan adat-istiadat, norma sosial dan kepercayaan kadang-kadang bisa menjadi sumber salah paham. Karena adanya berbagai jenis hambatan tersebut baik dalam diri guru maupun siswa baik sewaktu mengencode pesan maupun mengdecodenya, proses komunikasi belajar mengajar seringkali berlangsung secara tidak efektif dan efisien.

Media dan metode pengajaran sebagai salah satu sumber belajar yang dapat menyalurkan pesan sehingga membantu siswa mengatasi hal tersebut. Perbedaan gaya belajar, minat, intelegensi, keterbatasan daya indera, cacat tubuh atau hambatan jarak geografis, jarak waktu dan lain-lain dapat dibantu diatasi dengan pemanfaatan media pembelajaran.

Proses komunikasi model kedua, memperlihatkan proses komunikasi yang berhasil berkat ikut sertanya media dalam proses belajar mengajar. Sumber pesan bisa penulis buku, pelukis, fotografer, produser dan guru sendiri. Media dapat berupa buku, poster, foto, program kaset, audio, film, kaset video. Pesan “A” yang disampaikan oleh guru maupun media dan sumber pesan ditafsirkan sebagai “A”

oleh para siswa. Guru dan media bekerja sama, bahu membahu dalam menyajikan pesan (Sadiman, et al., 2010: 14).

Proses komunikasi kedua dipakai dalam kegiatan proses pembelajaran kelompok eksperimen metode ceramah dan demonstrasi, dimana terdapat guru sebagai fasilitator dan media berupa buku ajar dan papan tulis yang akan digunakan

dalam menyampaikan materi Mata Pelajaran Membuat Pola (Pattern Making) pokok bahasan membuat pola busana anak kepada siswa.

Model komunikasi ketiga dapat dilakukan di dalam kelas (misalnya dilakukan dengan menggunakan pengajaran terprogram atau modul), mungkin saja guru tidak banyak berperan karena proses belajar mengajar terjadi dalam jarak jauh. Pada situasi ini penulis buku, modul atau produser program audio, video maupun film merupakan sumber pesan. Siswa berinteraksi denganya secara tak langsung lewat media-media yang mereka buat (Sadiman, et al., 2010: 15-16).

Model komunikasi ini akan digunakan dalam eksperimen kelompok pembelajaran dengan metode ceramah dan MPI, dimana dalam proses kegiatan belajar siswa dapat belajar mandiri tanpa bantuan guru karena di dalam media sudah terdapat informasi materi pelajaran yang dibutuhkan secara lengkap dan siswa dapat mengontrol serta memilih gaya belajar sesuai kecepatan belajar masing-masing siswa.

2.3.3 Teknik komunikasi dalam proses belajar mengajar

Secara teknis komunikasi dalam proses belajar mengajar dapat dilakukan dengan secara verbal dan dapat pula dengan non-verbal. Secara verbal antara lain adalah sebagai berkut; teknik berbicara, teknik menulis, teknik bertanya, menjawab atau menanggapi pertanyaan, memberi umpan balik, dan komunikasi non verbal. (a) Teknik berbicara.

Berbicara banyak digunakan alam menjelaskan sesuatu atau menjawab suatu pertanyaan. Berbicara harus dilakukan dengan ucapan dan bahasa yang baik, jelas, sistematis, intonasi dan aksen yang benar serta sederhana, agar mudah ditangkap.

Akan lebih menarik bila disertai dengan mimik dan tingkah, sehingga menampakkan dinamika tidak monoton (Praptono, 1997: 4). Teknik berbicara yang dipergunakan dalam menjelaskan materi Mata Pelajaran Membuat Pola yaitu berbicara dengan bahasa baik, lugas, jelas, sistematis dengan intonasi yang keras dan jelas, tujuanya agar mudah dipahami oleh siswa dan mengurangi verbalisme. (b) Teknik menulis.

Menulis menggunakan bahasa tulis, bukan bahasa lisan yang ditulis. Pergunakan kalimat sempurna yang sederhana, ada subjek predikat dan objek, dan dilengkapi dengan tanda baca yang tepat. Hal ini dilakukan agar tidak menimbukan penafisran ganda. Ekpsresi fikiran atau konsep tersusun secara sistematis dan lugas (Praptono, 1997: 5). Teknik menulis digunakan guru dalam menjelaskan pokok bahasan materi Mata Pelajaran Membuat Pola dipapan tulis dengan cara mendemonstrasikan cara pembuatan pola dasar busana anak dari awal sampai akhir secara runtut dengan menggunakan bahasa tulis yang jelas.

(c) Teknik bertanya.

Bertanya dilakukan dengan berbagai macam tujuan. Tujuan bertanya bagi guru kepada siswanya di dalam kelas, antara lain adalah; basa-basi dalam memulai suatu pembicaraan, mengajak lawan bicara untuk ikut berfikir, mendapatkan balikan, memberikan perintah untuk melakukan sesuatu, menguji atau mengetes, mengumpulkan data, dan mengungkap sesuatu atau menyelidik (Praptono, 1997: 5).

Teknik bertanya digunakan guru dalam mendapatkan umpan balik siswa pada pokok bahasan materi Mata Pelajaran Membuat Pola, yaitu mengetahui sejauh

mana pemahaman siswa sebelum dan sesudah menerima plajaran, begitupun sebaliknya siswa dapat mengajukan pertanyaan untuk dijawab guru tentang materi yang belum dipahami.

(d) Menjawab atau menanggapi pertanyaan.

Menjawab atau menanggapi pertanyaan pada dasarnya sama dengan teknik berbicara. Perbedaanya adalah pada kandungan urgensi, relevansi, dan argumentasi atas pertanyaan yang masuk (Praptono, 1997: 5). Menjawab atau menanggapi petanyaan pada pokok bahasan materi Mata Pelajaran Membuat Pola dilakukan guru apabila menerima pertanyaan yang diajukan oleh siswa, guru harus menjawab pertanyaan yang diajukan siswa, sehingga siswa mengetahui jawaban dari pertanyaanya tadi dan menjadi lebih paham.

(e) Memberi umpan balik.

Proses belajar secara lengkap adalah; orientasi, latihan, umpan balik dan lanjutan. Umpan balik dalam hal ini adalah umpan balik bagi siswa oleh guru, diberikan begitu siswa selesai mengerjakan latihan (Praptono, 1997: 5). Latihan pada pokok bahasan materi Mata Pelajaran Membuat Pola berupa soal kognitif dan psikomotorik/praktek membuat pola busana anak.

(f) Komunikasi non verbal.

Komunikasi non verbal yang dimaksud adalah komunikasi yang bukan berupa kalimat terucapkan atau kalimat yan tertulis, melainkan komunikasi yang mengekspresikan pesan dengan gerak isyarat atau sandi gambar (Praptono, 1997: 6). Komunikasi non verbal yang digunakan guru dalam kegiatan belajar dikelas pokok bahasan materi Mata Pelajaran Membuat Pola adalah isyarat, yaitu dengan

mengacungkan telunjuk tangan pada bibir agar siswa diam dan suasana kelas tidak gaduh.

2.3.4 Komunikasi dengan media

Selain untuk menyajikan pesan, sebenarnya ada beberapa fungsi lain yang dapat dilakukan oleh media. Namun jarang sekali ditemukan seluruh fungsi tersebut dipenuhi oleh media komunikasi dalam suatu sistem pembelajaran. Sebaliknya suatu program media tunggal seringkali dapat mencakup beberapa fungsi sekaligus. Fungsi-fungsi tersebut antara lain; Memberikan pengetahuan tentang tujuan belajar, Memotivasi siswa, Menyajikan informasi, Merangsang diskusi, Mengarahkan kegiatan siswa dan Menguatkan belajar (Yogoz.wordpress.com).

2.3.4.1Memberikan pengetahuan tentang tujuan belajar.

Permulaan pada proses pembelajaran, siswa perlu diberi tahu tentang pengetahuan yang akan diperolehnya atau keterampilan yang akan dipelajarinya. Kepada siswa harus dipertunjukkan apa yang diharapkan darinya, apa yang harus dapat ia lakukan untuk menunjukkan bahwa ia telah menguasai bahan pelajaran dan tingkat kesulitan yang diharapkan (Yogoz.wordpress.com).

2.3.4.2Memotivasi siswa

Salah satu peran yang umum dari media komunikasi adalah memotivasi siswa. Tanpa motivasi, sangat mungkin pembelajaran tidak menghasilkan belajar (Yogoz.wordpress.com). Usaha untuk memotivasi siswa pada Mata Pelajaran Membuat Pola dilakukan dengan menggunakan media interaktif yaitu MPI dimana siswa dapat mengontrol materi di dalam media sesuai dengan pengetahuan

belajarnya. Jika siswa menjadi yakin tentang relevansi pembelajaran dengan kebutuhannya, ia akan termotivasi mengikuti pembelajaran.

2.3.4.3Menyajikan informasi

Media seperti film, MPI dan televisi dapat digunakan untuk menyajikan informasi. Guru di kelas bebas dari tugas mempersiapkan dan menyajikan pelajaran, ia dapat menggunakan energinya kepada fungsi-fungsi yang lain seperti merencanakan kegiatan siswa, mendiagnosa masalah siswa, memberikan konseling secara individual (Yogoz.wordpress.com).

2.3.4.4Merangsang diskusi

Kegunaan media untuk merangsang diskusi seringkali disebut sebagai papan loncat, diambil dari bentuk penyajian yang relatif singkat kepada sekelompok siswa dan dilanjutkan dengan diskusi. Penyajian media dibiarkan terbuka (open-end), tidak ada penarikan kesimpulan atau saran pemecahan masalah. Kesimpulan atau jawaban diharapkan muncul dari siswa sendiri dalam interaksinya dengan pemimpin atau dengan sesamanya. Penyajian media diharapkan dapat merangsang pemikiran, membuka masalah, menyajikan latar belakang informasi dan memberikan fokus diskusi (Yogoz.wordpress.com).

2.3.4.5Mengarahkan kegiatan siswa

Pengarahan kegiatan merupakan penerapan dari metode pembelajaran yang disebut metode kinerja (performance) atau metode penerapan (application). Penekanan dari metode ini adalah pada kegiatan melakukan (doing). Media dapat digunakan secara singkat atau sebentar – sebentar untuk mengajak siswa mulai dan berhenti (Yogoz.wordpress.com). Pada Mata Pelajaran Membuat Pola program

MPI digunakan untuk mengarahkan siswa dilakukan kegiatan langkah demi langkah (step-by-step) pembuatan pola busana anak.

2.3.4.6Menguatkan belajar

Penguatan seringkali disamakan dengan motivasi, atau digolongkan dalam motivasi. Penguatan adalah kepuasan yang dihasilkan dari belajar, dimana cenderung meningkatkan kemungkinan siswa merespon dengan tingkah laku yang diharapkan. Penguatan paling efektif diberikan beberapa saat setelah respon diberikan (Yogoz.wordpress.com). Pada Mata Pelajaran Membuat Pola Suatu program MPI menyajikan pertanyaan kepada siswa, kemudian siswa menyusun jawabannya atau memilih dari beberapa kemungkinan jawaban. Setelah menentukan jawabannya, ia sangat termotivasi untuk segera mengetahui jawaban yang benar. Jika siswa mengetahui bahwa jawabannya benar, maka ia dikuatkan. Komunikasi yang jelas dalam sebuah pembelajaran adalah salah satu syarat pembelajaran dapat berlangsung efektif. Ada beberapa komponen dalam komunikasi pembelajaran yang efektif, yaitu: Penggunaan terminologi yang tepat, Presentasi yang sinambung dan runtut. Sinyal transisi atau perpindahan topik bahasan, Tekanan pada bagian-bagian penting pembelajaran, Kesesuaian antara tingkah laku komunikasi verbal dengan tingkah laku komunikasi nonverbal.

Dokumen terkait