• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Gerakan Pramuka a. Kekuatan

RENCANA KERJA

KWARTIR DAERAH GERAKAN PRAMUKA KALIMANTAN UTARA MASA BAKTI 2019-2024

A. Kondisi Gerakan Pramuka a. Kekuatan

Secara umum masyarakat dan pemerintah masih menilai Gerakan Pramuka memiliki peran dan menjadi mitra strategis dalam ikut mendidik dan membina kaum muda Indonesia.

Perangkat yang menjadi kekuatan Gerakan Pramuka Kalimantan Utara dalam mengembangkan Kepramukaan adalah :

1) Regulasi Gerakan Pramuka:

a) Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka menjadi dasar yang kuat bagi Gerakan Pramuka dalam menjalankan fungsi dan perannya sebagai lembaga pendidikan nonformal, baik secara internal maupun eksternal.

Keputusan Musyawarah Daerah II Gerakan Pramuka Kalimantan Utara Tahun 2019 30

b) Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka (AD dan ART).

AD dan ART Gerakan Pramuka yang berlaku sekarang adalah Keputusan Musyawarah Nasional X Gerakan Pramuka Tahun 2018 Nomor 07/Munas/2018.

c) Petunjuk Penyelenggaraan dan Pedoman/Panduan organisasi yang telah dimutakhirkan.

2) Permendiknas Nomor 63/2014 tentang Kegiatan Ekstra Kurikuler Wajib Pendidikan Kepramukaan bagi siswa di SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK.

3) Jumlah pembina, pelatih, andalan, dan staf kwartir serta majelis pembimbing tahun hingga tahun 2019 terus bertambah. Melalui beberapa kursus di Kwartir selama 2 tahun meningkat sehingga jumlah anggota dewasa menjadi bertambah.

4) Gugusdepan berbasis komunitas.

Ada beberapa komunitas yang telah mendirikan Satuan Komunitas Pramuka beserta dengan gugus depannya.

5) Banyak anggota Dewasa yang memiliki dedikasi tinggi pada Gerakan Pramuka.

Dari data di atas terbukti bahwa jumlah anggota dewasa yang berdedikasi membaktikan diri pada pembinaan anggota muda tetap tinggi.

6) Organisasi terstruktur dari tingkat gugus depan hingga tingkat Daerah.

Hingga saat ini Gerakan Pramuka Kalimantan Utara memiliki 5 kwartir cabang, memiliki kantor kwartir cabang pada setiap ibukota kabupaten

7) Anggota Gerakan Pramuka terlibat aktif di tingkat Nasional

8) Gerakan Pramuka telah memiliki Surat Hak Cipta (Surat Pendaftaran Ciptaan) yang berlaku selama 50 tahun sejak bulan April 2003 dengan jenis ciptaan Seni Logo ”TUNAS KELAPA” dan sertifikat merek yang berlaku selama 10 (sepuluh) tahun terhitung sejak bulan Januari/Februari 2014.

9) Program kegiatan dan pertemuan Pramuka di tingkat daerah , cabang, ranting dan gugus depan terus bergeliat

10) Telah berkembangnya kerjasama dengan berbagai organisasi dan instansi

b. Kelemahan

Ada beberapa kelemahan atau tantangan dalam Gerakan Pramuka yang telah diidentifikasi dan perlu segera ditindak-lanjuti, yaitu:

1) Sejumlah petunjuk penyelenggaran (jukran) yang diterbitkan Kwartir Nasional kontra dan sudah tidak sesuai dengan perkembangan situasi dan kondisi terakhir.

2) Sejumlah kecakapan umum dan khusus peserta didik perlu mendapatkan pengakuan dari lembaga sertifikasi profesi.

3) Masih ada gudep-gudep berbasis di satuan pendidikan belum berjalan optimal. Belum optimalnya gudep-gudep tersebut di atas adalah karena berbagai sebab:

a) Kurangnya keterlibatan pimpinan lembaga pendidikan, para guru, orangtua murid.

b) Kualitas dan kuantitas pembina belum memadai (terlebih pembina putri).

c) Sarana dan prasarana masih kurang.

4) Kualitas dan kuantitas Pelatih Pembina Pramuka.

Proses pendidikan kepramukaan yang baik sangat ditentukan oleh kualitas dan kuantitas Pembina Pramuka dan Pelatih Pembina Pramuka. Rasio pembina dan peserta didik yang ideal adalah 1 : 20. Saat ini masih lebih dari 1 : 40. Rasio yang masih rendah tersebut masih ditambah dengan sebaran yang tidak merata. Sehingga untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pembina diperlukan pelatih dengan jumlah dan mutu memadai.

Disamping itu pola berfikir pelatih dan pembina pramuka yang masih melihat Kepramukaan itu seperti zamannya dulu. Mereka masih mengembangkan Pendidikan dan Pelatihan kepramukaan dengan pola tradisional dan Konvensional.

5) Penguatan Majelis Pembimbing.

Sejumlah Majelis Pembimbing belum memberikan dukungan moril, material, finansial maupun organisatoris secara optimal. Untuk itu perlu upaya pendekatan dan koordinasi serta konsultasi secara terus menerus oleh pengurus kwartir.

6) Tenaga Pramuka Profesional (professional scouter).

Sejumlah tenaga profesional Pramuka sebagai pelaksana kebijakan (scout executive) operasional sehari-hari perlu diperkuat dan ditingkatkan profesionalitasnya.

7) Andalan kwartir.

Dibutuhkan Andalan Kwartir yang memiliki kecintaan dan komitmen tinggi untuk mendukung dan memajukan kepada Gerakan Pramuka. Sejumlah Andalan Kwartir belum cukup memiliki pengetahuan dan pengalaman kepramukaan

8) Implementasi materi pendidikan dan pelatihan.

Materi pendidikan dan pelatihan sudah dimutakhirkan, akan tetapi implementasi pendidikan dan pelatihan yang telah dimutakhirkan belum disosialisasikan dan dilaksanakan dengan baik hingga tingkat kwartir ranting.

9) Kuantitas dan kualitas buku-buku panduan kurang memadai. Buku-buku panduan dan penyebarannya masih terbatas.

10) Kegiatan Gerakan Pramuka perlu ditingkatkan dan dimutakhirkan terus-menerus agar tetap memiliki daya tarik bagi kaum muda.

Kurangnya kreatifitas pembina menyebabkan kegiatan di gugus depan kurang menarik.

Penurunan jumlah peserta didik secara signifikan terjadi pada tingkatan penegak dan pandega.

11) Sistem Informasi Manajemen Gerakan Pramuka belum optimal.

Salah satu syarat yang wajib dipenuhi oleh organisasi modern adalah adanya sistem informasi manajemen yang digunakan untuk menetapkan kebijakan organisasi. Sistim informasi dan manajemen belum dikelola dan dimanfaatkan secara optimal

12) Pendataan dan Pendaftaran Anggota Gerakan Pramuka.

Sistem pendataan dan pendaftaran anggota dengan program data dasar dan akreditasi gudep secara on-line sudah dibuat, namun masih perlu terus disosialisasikan dan dikampanyekan agar kesadaran anggota untuk mendaftarkan diri dapat tumbuh dan berkembang.

Keputusan Musyawarah Daerah II Gerakan Pramuka Kalimantan Utara Tahun 2019 32

13) Iuran Anggota.

Iuran anggota secara nasional belum berjalan sebagaimana mestinya karena belum adanya kesatuan persepsi tentang makna iuran ini. Iuran anggota bahkan berhenti di sebagian besar gugus depan karena adanya peraturan yang melarang adanya pungutan kepada peserta didik.

Iuran masih dipersepsikan sama dengan pungutan.

14) Kemandirian.

Dalam upaya kemandirian, Unit dan Badan Usaha Kwartir serta aset yang dimiliki kwartir perlu terus ditumbuh-kembangkan dengan mengadopsi kaidah-kaidah bisnis yang sehat, professional, akuntabel, patuh kepada peraturan (termasuk good corporate governance) dan mengedepankan visi dan misi pertumbuhan bisnis yang berkesinambungan.

Dengan demikian diharapkan dapat berkontribusi dalam memenuhi kebutuhan biaya operasional kwartir untuk melaksanakan program pembinaan kepramukaan.

15) Pengelolaan sumberdaya (personil, material dan keuangan).

Pengelolaan personil, material dan keuangan belum optimal karena perangkat lunak yang mengatur ketiga hal di atas masih banyak kekurangannya.

16) Penelitian dan pengembangan.

Sesuai dengan amanat Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka, telah dibentuk Puslitbang namun karena berbagai hal fungsi puslitbang belum optimal.

17) Satuan Karya Pramuka.

Akhir-akhir ini beberapa instansi melakukan kerjasama dengan Gerakan Pramuka untuk membentuk Satuan Karya Pramuka (Saka). Dukungan untuk membentuk saka ini cukup bagus tetapi mengevaluasi saka-saka yang sudah ada tidak semuanya berjalan sebagaimana mestinya. Antara lain disebabkan kurangnya pemahaman Gerakan Pramuka dan Saka serta sumber dana yang terkadang tidak jelas sumbernya.

20) Kerjasama.

Pola hubungan dan kordinasi implementasi kerjasama dengan instansi Pemerintah dan Swasta belum optimal. Petunjuk penyelenggaraan yang mengatur secara teknis pola hubungan dan implementasi kerjasama belum ada.

21) Tantangan lainnya bagi Gerakan Pramuka adalah turut berkontribusi dalam mendidik dan melatih kaum muda guna mengisi Revolusi Industri generasi keempat (4.0) yang ditandai dengan kemunculan komputer super, kecerdasan buatan atau Intelegensi Artifisial.

Tantangan pendidikan ke depan adalah bagaimana menyiapkan sumber daya manusia yang tidak tergantikan dengan mesin, karena saat ini pekerjaan yang bersifat rutin dan harian sudah banyak diambil-alih mesin.

Ke depan, kompetensi yang dibutuhkan dalam Era Industri 4.0 (dan belum dapat diambil-alih mesin) adalah kemampuan memecahkan masalah (problem solving), beradaptasi (adaptability), kolaborasi (collaboration), kepemimpinan (leadership), dan kreatifitas serta inovasi (creativity and innovation).

22) Belum maksimalnya pengelolaan Media Sosial Kwarda dalam memberikan informasi

B. Lingkungan Strategis

Dokumen terkait