• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN UMUM WILAYAH KAJIAN

WILAYAH ADMINISTRASI KABUPATEN ROKAN HILIR BERDASARKAN KECAMATAN DAN LUAS WILAYAH TAHUN 2012

4.1.6 Kondisi Penggunaan Lahan

Pada tahun 2012 luas lahan di Kabupaten Rokan Hilir tercatat 888.159 ha. Lahan yang digunakan untuk hutan negara 91.747 ha (10,33 persen), perkebunan 324.297 ha (36,51 persen), tegal /kebun/ ladang/huma 57.245 ha (6,45 persen), pekarangan/lahan untuk bangunan dan halaman sekitarnya 106.493 ha (11,99 persen), rawa-rawa yang tidak diusahakan 132.436 (14,91 persen), tanaman kayu-kayuan 21.361 ha (2,41 persen), lahan yang sementara tidak diusahakan 21.568 ha (2,43 persen), sawah 55.695 ha (6,27 persen), padang rumput 210 ha (0,02 persen), kolam/empang seluas 146 ha (0,02 persen) dan sisanya seluas 76.939 ha (8,66 persen) digunakan untuk lain-lain. (Rokan Hilir dalam Angka, tahun 2012).

Tabel 4.4

Luas Lahan Menurut Penggunaan (Ha) Tahun 2012

No. Penggunaan Luas (Ha) Persentase (%)

1. Pekarangan /Lahan Untuk Bangunan dan Halaman sekitarnya 106,493.00 11.99

2. Tegal, Kebun, Ladang ,huma 57,245.00 6.45

3. Padang rumput 210.00 0.02

4. Tambak 22.00 0.0025

5. Kolam, Tebat, Empang 146.00 0.02 6. Lahan yang sementara tidak diusahakan 21,568.00 2.43 7. Lahan untuk tanaman Kayu-kayuan 21,361.00 2.41

8. Perkebunan 324,297.00 36.51

9. Sawah 55,695.00 6.27

10. Rawa-rawa yang tidak diusahakan 132,436.00 14.91

11. Hutan Negara 91,747.00 10.33

12. Lain-lain 76,939.00 8.66

Jumlah 888,159.00 100 Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Rokan Hilir

| Kajian Potensi Sumberdaya Hutan Mangrove di Kabupaten Rokan Hilir IV - 10 Selama periode 2012 luas panen tanaman padi adalah 45.083 hektar (ha), yang terdiri dari padi sawah 44.828 ha dan padi ladang 255 ha. Sedangkan produksinya 175.453 ton yang terdiri dari padi sawah 174.830 ton dan padi ladang 623 ton. Sedangkan luas panen tanaman pangan lainnya hanya 6,35 persen dari total luas panen tanaman pangan yaitu 719 ha dengan produksi 5.174 ton. Luas panen tanaman sayur-sayuran adalah 2.901 ha dengan produksi 6.054 ton, sedangkan produksi tanaman buah-buahan sebesar 28.828,056ton.

Pada tahun 2012 luas areal perkebunan adalah 280.473,70 ha dengan produksi 692.040,57 ton.

Produksi perikanan di Kabupaten Rokan Hilir sebagian besar berasal dari perikanan laut. Pada tahun 2012, produksi perikanan tercatat sebanyak 57.853,52 ton, dimana sebanyak 55.137 ton merupakan hasil perikanan laut dan perairan umum, budidaya kolam dan budidaya keramba hanya 2.716,52 ton. Bila dibandingkan dengan total produksi ikan pada tahun sebelumnya yang berjumlah 54.112,01 ton berarti produksi perikanan mengalami penurunan sebesar 1,57 persen.

Hutan mempunyai peranan yang penting bagi stabilitas keadaan susunan tanah dan isinya. Luasan hutan di Kabupaten Rokan Hilir menurut Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK) adalah 586.738,90 hektar. Bila dirinci menurut fungsinya seluas 12.146 ha (2,07 persen) merupakan hutan lindung, 8.279,90 ha (1,41 persen) hutan suaka alam, 566.313 ha (96,52 persen) hutan produksi. Sementara kawasan bukan hutan menurut TGHK adalah seluas 169.276 ha. (lihat Tabel dibawah ini).

TABEL 4.5. Kawasan Hutan Menurut Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK) di Kabupaten Rokan Hilir

No. Fungsi Kawasan Hutan Luas (Ha) Persentase 1. Hutan Produksi 566,313.00 96.52

- Hutan Produksi Tetap (HP) 303,302.00 51.69

- Hutan Produksi Terbatas (HPT) 263,011.00 44.83

2. Hutan Lindung 12,146.00 2.07 3. Hutan Suaka Alam dan Wisata (HSAW) 8,279.90 1.41

Jumlah / Total 586,738.90 100.00 Sumber : Dinas Kehutanan Kabupaten Rokan Hilir

| Kajian Potensi Sumberdaya Hutan Mangrove di Kabupaten Rokan Hilir IV - 11 TABEL 4.6 Kawasan Bukan Hutan Menurut Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK) di

Kabupaten Rokan Hilir

No. Fungsi Kawasan Hutan Forest Area Function Luas (Ha) Persentase 1. Hutan Produksi Konversi (HPK) 156,210.00 92.28

2. Areal Penggunaan Lain (APL) 13,066.00 7.72

Jumlah 169,276.00 100.00

Sumber : Dinas Kehutanan Kabupaten Rokan Hilir

Tingginya alih fungsi lahan dan hutan merupakan salah satu penyebab terjadinya kerusakan lingkungan di wilayah Kabupaten Rokan Hilir. Alih fungsi tersebut dipergunakan untuk kegiatan perkebunan, pertanian, industri perkayuan, pemukiman dan perldangan. Umumnya, alih fungsi lahan tersebut terjadi di bagian hulu, tengah, dan hilir Daerah Aliran Sungai (DAS) yang sebagian di antaranya tidak mengindahkan konsep konservasi. Perubahan fungsi lahan secara tidak terkendali selain berpotensi menyebabkan bencana banjir dan genangan di wilayah hilir karena berkurangnya daerah serapan air serta perubahan lahan pertanian di daerah tangkapan air. Hal tersebut juga menimbulkan kerusakan badan sungai berupa longsoran dan abrasi tebing dan tanggul sungai oleh aktifitas bongkar-muat bahan dan produk industri; pendangkalan sungai yang menimbulkan dampak berkurangnya panjang alur sungaiefektif yang dapat dilayari;pencemaran badan sungai oleh limbah industri dan penurunan keanekaragaman hayati. Terjadinya alih fungsi lahan diindikasikan dengan semakin luasnya lahan terlantar yang tidak dikelola,sebagaimana diindikasikan dengan meningkatnya luas lahan lahan tidur dan terbentuknya padang rumput.

Di sisi lainnya, alih fungsi lahan hutan menjadi lahan budi daya dan perkebunan turut meningkatkan produksi pertanian. Meskipun demikian,tidak sedikit pula menyebabkan lahan-lahan terlantar. Keberadaan lahan terlantar ini menciptakan lahan kritis di beberapa bagian wilayah kabupaten Rokan hilir. Pembukaan hutan sekunder untuk keperluan lahan pertanian dan kebun penduduk telah menyebabkan terbentuknya lahan-lahan kritis oleh karena lahan garapan tersebut tidak di pelihara dengan baik dan ditinggalkan untuk berpindah

| Kajian Potensi Sumberdaya Hutan Mangrove di Kabupaten Rokan Hilir IV - 12 ke lokasi lainnya. Lahan yang ditinggalkan berubah menjadi semak belukar dan alang-alang,sehingga tidak mampu menahan air lebih lama untuk di resapkan ke dalam tanah. Lahan kritis yang luasnya mencapai ratusan ribu hektar perlu di pulihkan dan di fungsikan secara lestari.

Kabupaten Rokan hilir juga menghadapi permasalahan pencemaran badan sungai dan pesisir pantai oleh kegiatan industri dan permukiman yang berada di sepanjang badan sungai dan pantai Timur. Kegiatan industri hulu yang mengolah sumber daya hutan,perkebunan,dan pertambangan,seperti industri pengolahan kelapa sawit,crumb rubber,plywood,pulp dan kertas, permukiman penduduk,kegiatan kormesial dan jasa,dan lainnya yang terkadang membuang limbahnya ke badan sungai telah menurunkan kualitas air sungai dan pesisir.Pencemaran badan sungai oleh sumber-sumber domestic,industri,dan kegiatan lainnya yang berlokasi di sepanjang sungai dan dalam DAS memberikan dampak terhadap pemanfaatan sumber daya air tersebut lbagi kebutuhan masyarakat,di mana sebagian penduduk yang bermukim di tepi sungai memanfaatkannya untuk keperluan MCK.

Di samping itu, kawasan pesisir kabupaten Rokan hilir yaitu di kecamatan Bangko,Rimba melintang,Bangko pusako menghadapi permasalahan abrasi yang cukup mengkhawatirkan. Pesisir kecamatan Bangko pusako mengalami tingkat abrasi yang tertinggi yaitu sekitar 7 meter pertahun sedangkan di kedua kecamatan lainnya tingkat abrasi yang di tandai dengan runtuh dan hilangnya wilayah daratan akibat gerusan gelombang mencapai 5 meter pertahun. Untuk mengatasi hal ini,pemerintah dan masyarakat tempatan perlu melakukan kerjasama yang berkelanjutan untuk pencegahan atau mengurangi abrasi ini.

Permasalahan lingkungan lain yang di hadapi Kabupaten Rokan hilir sejak beberapa tahun terakhir dan berlangsung secara berkala adalah perubahan pola iklim yang vtak menentu yang cenderung meningkatkan suhu bumi dan dampak kebakaran hutan pada musim kemarau yang telah mengganggu kegiatan ekonomi dan sosial serta kondisi kesehatan seluruh pihak di Kabupaten Rokan hilir, bahkan hingga ke Negara tetangga terdekat. Kebakaran hutan terutama disebabkan oleh kebiasaan masyarakat dan perusahaan melakukan pembersihan lahan untuk pengembangan areal

| Kajian Potensi Sumberdaya Hutan Mangrove di Kabupaten Rokan Hilir IV - 13 pertanian,perkebunan,dan kehutanan,,di mana pengawasan dan penegakan hukum terhadap pelanggaran tersebut masih belum optimal.

Walaupun belum memberikan hasil yang memadai bagi pengendalian dan penanggulangan kerusakan dan penurunan kualitas lingkungan,namun dapat di catat telah di lakukan berbagai upaya menuju terwujudnya kualitas lingkungan yang lebih baik di Kabupaten Rokan hilir. Beberapa upaya ke arah lingkungan yang lestari antara lain di laksanakan melalui pengelolaan tata guna lahan dan tata guna air; pengendalian pencemaran terhadap badan perairan; peningkatan kesadaran dan peran serta masyarakat dan dunia usaha dalam menjaga kelestarian lingkungan; serta peningkatkan kapasitas kelembagaan pengelolaan lingkungan hidup.