• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Konflik

2.2.1 Pengertian Konflik

Dalam kehidupan yang dinamis antar individu dan antar komunitas, baik

dalam organisasi maupun di masyarakat yang majemuk, konflik selalu terjadi

manakala saling berbenturan kepentingan. Konflik didefinisikan sebagai suatu

proses interaksi sosial dimana dua orang atau lebih, atau dua kelompok atau lebih,

berbeda atau bertentangan dalarn pendapat atau tujuan mereka.

Menurut Engkoswara &Komariah (2010:166) mengatakan “konflik adalah

segala macam interaksi pertentangan atau antagonistik antara dua atau lebih

pihak”. Pertentangan kepentingan ini berbeda dalam intensitasnya tergantung pada

sarana yang dipakai. Masing-masing ingin membela nilai yang telah mereka

anggap benar,dan memaksa pihak lain untuk mengakui nilai-nilai tersebut baik

secara halus maupun kasar.

Ada definisi lain tentang konflik kerja yaitu: Ketidaksesuaian antara dua

atau lebih anggota-anggota atau kelompok (dalam suatu organisasi/perusahaan)

yang harus membagi sumber daya yang terbatas atau kegiatan-kegiatan kerja dan

atau karena kenyataan bahwa mereka mempunyai perbedaan status, tujuan, nilai

atau persepsi. Konflik kerja juga dapat diartikan sebagai perilaku anggota

organisasi yang dicurahkan untuk beroposisi terhadap anggota yang lain. Selain

itu konflik diartikan sebagai perbedaan, pertentangan dan perselisihan" (Murni

dan Veithzal, 2009:805).

Menurut Antonius, dkk (2002:175) konflik adalah suatu tindakan salah

dimana hal ini dapat terjadi antar kelompok masyarakat ataupun dalam hubungan

kerjasama antar pribadi. Sedangkan menurut Scannel (2010:2) konflik adalah

suatu hal alami dan normal yang timbul karena perbedaan persepsi, tujuan atau

nilai dalam sekelompok individu.

2.2.2 Ciri-Ciri Konflik

Menurut Wijono( 2003:37) Ciri-ciri Konflik adalah :

1. Setidak-tidaknya ada dua pihak secara perseorangan maupun kelompok yang

terlibat dalam suatu interaksi yang saling bertentangan.

2. Paling tidak timbul pertentangan antara dua pihak secara perseorangan maupun

kelompok dalam mencapai tujuan, memainkan peran dan ambigius atau adanya

nilai-nilai atau norma yang saling berlawanan.

3. Munculnya interaksi yang seringkali ditandai oleh gejala-gejala perilaku yang

direncanakan untuk saling meniadakan, mengurangi, dan menekan terhadap

pihak lain agar dapat memperoleh keuntungan seperti: status, jabatan, tanggung

jawab, pemenuhan berbagai macam kebutuhan fisik: sandang- pangan, materi

dan kesejahteraan atau tunjangan-tunjangan tertentu: mobil, rumah, bonus, atau

pemenuhan kebutuhan sosio-psikologis seperti: rasa aman, kepercayaan diri,

kasih, penghargaan dan aktualisasi diri.

4. Munculnya tindakan yang saling berhadap-hadapan sebagai akibat

pertentangan yang berlarut-larut.

5. Munculnya ketidakseimbangan akibat dari usaha masing-masing pihak yang

terkait dengan kedudukan, status sosial, pangkat, golongan, kewibawaan,

Organisasi terdiri dari berbagai rnacarn koniponen, dan tidak

jarangkomponen-komponen tersebut bersinggungan dan menjadikan suatu konflik

diantaraorganisasi tersebut. Terdapat beberapa tahapan perkembangan kearah

terjadinyakonflik, yaitu:

2.2.3 Faktor-Faktor Penyebab Timbulnya Konflik

Menurut Robbins (1996), konflik muncul karena ada kondisi yang melatar

belakanginya (antecedent conditions). Kondisi tersebut, yang disebut juga sebagai

sumber terjadinya konflik, terdiri dari tiga kategori, yaitu: komunikasi, struktur,

dan variabel pribadi.

1. Komunikasi

Komunikasi yang buruk, dalam arti komunikasi yang menimbulkan

kesalahpahaman antara pihak-pihak yang terlibat, dapat menjadi sumber

konflik.Suatu hasil penelitian menunjukkan bahwa kesulitan semantik,

pertukaran informasi yang tidak cukup, dan gangguan dalam saluran

komunikasi merupakan penghalang terhadap komunikasi dan menjadi kondisi

anteseden untuk terciptanya konflik.

2. Struktur

Istilah struktur dalam konteks ini digunakan dalam artian yang mencakup:

ukuran (kelompok), derajat spesialisasi yang diberikan kepada anggota

kelompok, kejelasan jurisdiksi (wilayah kerja), kecocokan antara tujuan

anggota dengan tujuan kelompok, gaya kepemimpinan, sistem imbalan, dan

derajat ketergantungan antara kelompok. Penelitian menunjukkan bahwa

terjadinya konflik.Makin besar kelompok, dan makin terspesialisasi

kegiatannya, maka semakin besar pula kemungkinan terjadinya konflik.

3. Variabel Pribadi

Sumber konflik lainnya yang potensial adalah faktor pribadi, yang meliputi:

sistem nilai yang dimiliki tiap-tiap individu, karakteristik kepribadian yang

menyebabkan individu memiliki keunikan (idiosyncrasies) dan berbeda dengan

individu yang lain. Kenyataan menunjukkan bahwa tipe kepribadian tertentu,

misalnya, individu yang sangat otoriter, dogmatik, dan menghargai rendah

orang lain, merupakan sumber konflik yang potensial. Jika salah satu dari

kondisi tersebut terjadi dalam kelompok, dan para karyawan menyadari akan

hal tersebut, maka muncullah persepsi bahwa di dalam kelompok terjadi

konflik. Keadaan ini disebut dengan konflik yang dipersepsikan (perceived

conflict).

Kemudian jika individu terlibat secara emosional, dan mereka merasa

cemas, tegang, frustrasi, atau muncul sikap bermusuhan, maka konflik berubah

menjadi konflik yang dirasakan (felt conflict}.Selanjutnya, konflik yang telah

disadari dan dirasakan keberadaannya itu akan berubah menjadi konflik yang

nyata, jika pihak-pihak yang terlibat mewujudkannya dalam bentuk perilaku.

Misalnya, serangan secara verbal, ancaman terhadap pihak lain, serangan fisik,

huru-hara, pemogokan, dan sebagainya.

Ada empat permasalahan yang sangat penting diperhatikan oleh franchisor

yang berpotensi menjadi wilayah konflikGibson (2009:46), yaitu :

Franchisor harus sangat berhati-hati dalam mengevaluasi dan menyaring calon franchisee-nya, karena itu penting menetapkan kriteria, meneliti dan

memastikan mereka memiliki latar belakang keuangan dan pengalaman dalam

mengoperasikan bisnis.Didalam bisnis Franchise, Calon Franchisee harus

memiliki kekuatan keuangan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan

modal usaha, termasuk juga untuk penggajian, sewa, pembelian produk, pajak,

dan kebutuhan tak terduga lainnya. Idealnya, calon franchisee harus memiliki

latar belakang menjalankan bisnisserupa atau yang sejalan dengan bisnis

franchise atau setidaknya pengalaman bekerja yang memadai.

Faktor lain yang berkontribusi terhadap sukses frachisee itu adalah motivasi,

loyalitas, dan komitmen. Tentu saja, hampir mustahil untuk mengevaiuasi

calon franchisee hanya dari test tertulis, oleh karena itu franchisor harus

melakukan wawancara langsung termasuk juga dengan beberapa referensi yang

mereka berikan jika ada, setidaknya franchisor mempunyai gambaran awal

yang cukup banyak tentang figur calonfranchiseenya.Berhati-hati bila sejak

awal calon franchisee sudah memunculkan sikap bermusuhan dan memancing

perdebatan.Site Selection and Territorial Rights.

Franchisee seringkali mengharapkan banyak bantuan dalam pemilihan lokasi.

Biasanya pertimbangan franchisee lebih pada dana yang harus dikeluarkan dan

bagaimana tingkat pengembaliannya nanti. Franchisee akan diberikan wilayah

eksklusif di mana tercantum dalam perjanjian sebagai radius tertentu untuk

wilayahfranchisee lainnya karena ini akan menimbulkan konflik antara

2. Dukungan dan Pengawasan (Supervision and Support)

Franchisee biasanya individu independen yang ingin menjalankan bisnis untuk diri mereka sendiri, mereka juga tertarik pada franchise karena bimbingan dan

dukungan yang ditawarkan oleh franchisor yang menawarkan konsep bisnis

yang mapan dan terbukti berhasil. Sebuah bisnis franchise dikatakan sukses

tidak hanya sebatas dapat memenuhi komitmen kontrak yang ditetapkan oleh

perjanjianfranchise, tetapi franchisor bisa memberikan dukungan dan

pengawasan tambahan yang bahkan tidak tercantum dalam kesepakatan.

Pengawasan mengingatkan franchisor akan kesulitan yang mungkin dihadapi

franchisee dan selalu mengingatkan untuk kembali kepada sistem.

Kegagalan dalam merespon dan mengelola masalah yang terjadi di operasional

franchisee, akan membuat masalah semakin menumpuk dan menciptakan

hubungan permusuhan antara para pihak. Dalam hal ini, sangat mungkin para

franchisee saling berkomunikasi dan membentuk asosiasi

franchisee.Franchisor dapat juga menawarkan layanan konsultasi manajemen

untuk program-program khusus dalam upaya pemasaran atau bahkan

memberikan bantuan pada akses pendanaan dengan pihak ketiga. Komunikasi

yang baik antara franchisee dan franchisor akan mengurangi kemungkinan

timbulnya konflik, sehingga yang terjadi adalah bagaimana tujuan awal

kerjasama kedua pihak bisa diwujudkan dengan saling menguntungkan.

3. Kontrol Kualitas (Quality Control)

Kontrol kualitas (Quality Control) bertujuan menjaga danmengarahkan agar

kualitas sangat diperlukan dalam memproduksi suatu barang untuk menjaga

kestabilan mutu. Tidak hanya dalam industri,kontrol kualitas dibutuhkan juga

pada manajemen.

4. Praktek Akuntansi dan Prosedur (Accounting practices and Procedures)

Perubahan yang cepat dalam masyarakat telah menyebabkan semakin

kompleksnya pengelolaan badan usaha atau perusahaan.Di samping itu, adanya

peningkatan aktivitas usaha suatu perusahaan baik yang profit maupun yang

non profit dirasakan sebagai beban yang berat.Oleh karena itu, agar semua

kegiatan usaha dapat berjalan dengan baik dan lancar, suatu perusahaan

memerlukan informasi mengenai keadaan seluruh kegiatan perusahaan secara

cepat dan dapatdiandalkan.Salah satu informasi yang sangat penting dan

diperlukan oleh perusahaan adalah informasi mengenai keadaan keuangan dan

hasil usaha yang telah dicapai.Informasi yang menyajikan keadaan tersebut

dikenal sebagai akuntan.

5. Misuse of Advertising fund (Penyalahgunaan dana Periklanan)

Dengan adanya pengawasan yang tepat, penyalagunaan dana periklanan oleh

pihakfranchisee dapat dihindarkan. 6. Unequal Treatment

Unequal Treatment adalah jumlah seluruh penghasilan yang memenuhi pengertian penghasilan, apabila jumlahnya sama dikenakan tarif yang sama,

tanpa membedakan jenis-jenis penghasilan atau sumber penghasilan.

Transfer adalah suatu kegiatan jasa bank untuk memindahkan sejumlah dana

tertentu sesuai dengan perintah si pemberi amanat yang ditujukan untuk

keuntungan seseorang yang ditunjuk sebagai penerima transfer. Baik transfer

uang keluar atau masuk akan mengakibatkan adanya hubungan antar cabang

yang bersifat timbal balik, artinya bila satu cabang mendebet cabang lain

mengkredit. Keuntungan transaksi Transfer adalah menghemat waktu, lebih

aman, Tidak perlu modal, tidak ada biaya menerima, dana langsung tersedia,

relatif mudah, jarang ada transaksi palsu, dan tidak ada biaya membayar

(kecuali transfer beda bank/beda kota atau negara)

8. Training for Franchisor's Management and Sales Team (Pelatihan Manajemen

Franchisor dan Tim Penjualan)

Pelajaran pertama yang dipelajari oleh profesional penjualan berbagai

pembinaan komunikasi persuasif dengan berbagai populasi.Staf penjualan

dalam berhubungan dengan konsumen khawatir tentang anggaran mereka,

eksekutif yang sibuk dan orang-orang yang tidak pernah menganggap membeli

produk perusahaan.

9. Documentation (Dokumentasi)

Pengelolaan dokumen suatu perusahaan merupakan salah satu unsur dari

pengelolahan informasi perusahaan.Dokumen perusahaan sebagai data, catatan,

Dokumen terkait