• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

B. Produk

3. Kosmetik

Menurut Fabricant dan Gould dalam Ferrinadewi (2005: 128) kosmetik merupakan produk yang unik karena selain produk ini memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan mendasar wanita akan kecantikan sekalius

menjadi sarana bagi konsumen untuk memperjelas identitas dirinya secara sosial dimata masyarakat.

Defenisi kosmetik dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 445/MenKes/Permenkes/1998 (Tranggono dan Latifah, 2007: 6), Kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar badan (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ kelamin bagian luar), gigi dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampakan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit.

Penggolongan kosmetik menurut (Tranggono dan Latifah, 2007: 7):

a. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI, kosmetik dibagi ke dalam 13

kelompok:

1. Preparat untuk bayi, misalnya minyak bayi, bedak bayi, dan lain-lain. 2. Preparat untuk mandi, misalnya sabun mandi, dan lain-lain.

3. Preparat untuk mata, misalnya maskara, eye-shadow, dan lain-lain.

4. Preparat untuk wangi-wangian, misalnya parfum, toilet water, dan

lain-lain.

5. Preparat pewarna untuk rambut, misalnya cat rambut, hair spray, dan lain-lain.

6. Preparat pewarna rambut, misalnya cat rambut, dan lain-lain.

7. Preparat make-up (kecuali mata), misalnya bedak, lipstick, dan lain- lain.

9. Preparat untuk kebersihan badan, misalnya deodorant, dan lain-lain. 10.Preparat kuku, misalnya cat kuku, dan lain-lain.

11.Preparat perawatan kulit, misalnya pembersih, pelindung, dan lain-lain. 12.Preparat cukur, misalnya sabun cukur, dan lain-lain.

13.Preparat untuk suntan dan sunscreen, misalnya sunscreen foundation, dan lain-lain.

b. Penggolongan menurut sifat dan cara pembuatan:

1. Kosmetik modern, diramu dari bahan kimia dan diolah secara modern

(termasuk antaranya adalah cosmetics). 2. Kosmetik tradisional:

a) Betul-betul tradisional tradisional, dibuat dari bahan alam dan

diolah menurut resep dan cara yang turun-menurun.

b) Semi tradisional, diolah secara modern dan diberi bahan pengawet agar tahan lama.

c) Hanya namanya yang tradisional, tanpa komponen yang benar-

benar tradisional dan diberi zat warna yang menyerupai bahan tradisional.

c. Penggolongan menurut kegunaannya bagi kulit:

1. Kosmetik perawatan kulit (skin-care cosmetics), untuk merawat

kebersihan dan kesehatan kulit. Kosmetik yang termasuk didalamnya adalah untuk membersihkan kulit, untuk melembabkan kulit, pelindung kulit, dan untuk menipiskan atau mengampelas kulit.

2. Kosmetik riasan (dekoratif atau make-up), untuk merias dan menutup cacat pada kulit sehingga menghasilkan penampilan yang lebih menarik serta menimbulkan efek psikologis yang baik, seperti percaya diri.

C. Atribut Produk

Menurut Gitosudarmo (2000:188), Atribut produk adalah suatu komponen yang merupakan sifat-sifat produk yang menjamin agar produk tersebut dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan yang diharapkan oleh pembeli.

Atribut produk dapat berupa sesuatu yang berwujud (tangible) maupun

sesuatu yang tidak berujud (intangible). Atribut yang berwujud dapat berupa

merek, kualitas produk, desain produk, label produk, kemasan dan sebagainya.

Sedangkan yang tidak berwujud seperti kesan atau image konsumen terhadap

nama merek yang diberikan kepada produk tersebut. Setiap produk akan memiliki atribut yang berbeda dengan jenis produk yang lain.

1. Merek Produk

Merek dapat didefenisikan sebagai nama, istilah, tanda, simbol atau desain, atau kombinasi di antaranya, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang dan jasa dari satu penjual atau sekelompok penjual dan membedakannya dari barang dan jasa para pesaingnya (Tjiptono, 2006: 98).

Pada prinsipnya, tujuan penggunaan merek untuk mengidentifikasi produk sebagai hak milik atau kepunyaan organisasi tertentu dan untuk memfasilitasi

diferensiasi suatu produk dari produk-produk pesaingnya. Bagi konsumen merek memiliki fungsi dan manfaat pokok, yaitu:

a. Fungsi identifikasi, yakni dapat dilihat, dan diidentifikasi dengan jelas dan cepat.

b. Fungsi praktikalitas, yaitu memungkinkan penghematan waktu dan

energi melalui pembelian ulang yang identik dan loyalitas.

c. Fungsi jaminan/garansi, yakni menjamin diperolehnya kualitas yang

sama di mana pun dan kapan pun konsumen membeli produk atau jasa yang bersangkutan.

d. Fungsi optimalisasi, yaitu memastikan bahwa konsumen membeli

produk terbaik dalam kategorinya atau produk yang memiliki kinerja terbaik dalam tujuan pembelian tertentu.

e. Fungsi karakterisasi, yaitu konfirmasi atas citra diri (self-image) konsumen atau citra yang ditampilkan pembeli/konsumen kepada pihak lain.

f. Fungsi kontinuitas, yakni adanya kepuasan yang didapatkan dari

familiaritas dan intimasi dengan merek yang sudah sejak lama dikonsumsi konsumen.

g. Fungsi hedonistik, yakni kepuasan yang berkaitan dengan daya tarik

merek, logo, maupun komunikasinya.

h. Fungsi etis yaitu kepuasan berkenaan dengan perilaku merek yang

bertanggung jawab dalam jalinan relasinya dengan masyarakat (misalnya ekologi, penyediaan lapangan kerja, dan iklan yang harmonis dengan lingkungan sekitar dan norma sosial).

2. Kualitas Produk

Menurut Tjiptono (2006: 96), kualitas merupakan tingkat kinerja suatu barang, kualitas suatu produk dapat dilihat dari tingkat kepuasan pelanggan terhadap hasil dan proses. Sedangkan menurut Sunarto (2004: 159), kualitas adalah salah satu alat untuk positioning menetapkan posisi bagi pemasar. Mutu atau kualitas produk berarti kualitas kinerja-kemampuan produk untuk melaksanakan fungsinya.

Konsumen mengharapkan produk yang memiliki kualitas kesesuaian dengan standar atau spesifikasi (conformance quality) yang tinggi. Kualitas kesesuaian adalah tingkat kesesuaian dan pemenuhan semua unit yang diproduksi terhadap spesifikasi sasaran yang dijanjikan (Kotler, 2005: 352).

3. Desain Produk

Ada beberapa pengertian desain produk, sebagai berikut:

a. Menurut Gitosudarmo (2000: 192), desain atau bentuk produk

merupakan atribut yang sangat penting untuk mempengaruhi konsumen, agar konsumen tertarik dan kemudian membelinya.

b. Desain yang baik, akan menghasilkan gaya (style) yang menarik,

kinerja yang lebih baik, kemudahan dan kemurahan biaya penggunaan produk serta kesederhanaan dan keekonomisan produksi dan distribusi. Desain merupakan alat yang paling potensial untuk mendiferensiasi dan memposisikan produk dalam pasar (Simamora, 2001: 149).

4. Label Produk

Menurut Armstrong dan Kotler (2001: 369), label mengidentifikasi produk atau merek, dan menggambarkan beberapa hal mengenai produk yang membuatnya, di mana dibuat, isinya, bagaimana menggunakannya secara aman. Label juga bisa mempromosikan produk lewat aneka gambar menarik. Sedangkan menurut Irawan dkk (2000: 93), label adalah bagian dari sebuah barang yang berupa keterangan (kata-kata) tentang barang tersebut atau penjualnya.

Macam-macam label yang sering digunakan oleh perusahaan sebagai berikut:

a. Label merek (brand label), merupakan label yang semata-mata sebagai merek.

b. Label kualitas (grade label), merupakan label yang menunjukkan tingkat kualitas tertentu dari suatu barang.

c. Label deskriptif (informative label), label ini disebut juga label informatif yang merupakan label yang menggambarkan tentang cara penggunaan, susunan, pemeliharaan, dan/atau hasil kerja dari suatu barang.

5. Kemasan Produk

Menurut Tjiptono (2006: 95), kemasan produk adalah pembungkus fisik untuk melindungi produk dan sekaligus menciptakan identitas unik. Sedangkan menurut Armstrong dan Kotler (2001: 367), kemasan adalah merancang dan membuat wadah atau pembungkus suatu produk.

Kemasan mencakup sebagai berikut:

a. Kemasan Primer, merupakan wadah utama produk yaitu yang memuat dan

melindungi produk.

b. Kemasan Sekunder, merupakan bagian yang dibuang ketika produk akan

digunakan.

c. Kemasan Pengiriman, merupakan kemasan yang diperlukan untuk

menyimpan, mengidentifikasi dan mengirimkan produk.

Kemasan harus konsisten dengan iklan, penetapan harga, dan distribusi produk tersebut. Selain itu perusahaan harus memperhatikan keamanan produk dalam menggunakan kemasan yang tahan pencemaran. Pengambilan yang dilakukan dalam keputusan pengemasan, perusahaan harus memperhatikan masalah-masalah lingkungan dan mempertimbangkan kepentingan masyarakat sebaik perhatiannya kepada pelanggan dan tujuan perusahaan.

Kemasan yang baik akan menguntungkan perusahaan karena berbagai hal sebagai berikut (Gitosudarmo, 2000: 194):

1. Kemasan yang indah atau menarik akan menambah hasrat untuk membeli.

2. Kemasan yang khas akan mempermudah pembeli mengingat produknya.

3. Kemasan yang baik akan melindungi kualitas (mutu) produk.

4. Memudahkan pengangkutan (transportasi)

5. Memudahkan penyimpanan dan penyusunan di rak toko (show room)

Kegiatan pengemasan harus mempertimbangkan aspek keindahan, aspek ekonomis, dan aspek praktis. Aspek ekonomis pembungkus tidak boleh menimbulkan biaya ekstra yang berlebihan karena dapat mengakibatkan adanya peningkatan harga jual produk yang terlalu tinggi. Segi keindahan

(estetika) pengemasan harus menarik atau dapat mensugesti konsumen agar bersedia melakukan pembelian, serta kemasan harus sesuai dengan sifat produknya. Ditinjau dari aspek praktisnya, kemasan harus sederhana, mudah dibawa, mudah disusun atau diletakkan di suatu tempat.

D. Sikap Konsumen

Menurut Allport (Setiadi, 2005:214) sikap adalah suatu mental dan syaraf sehubungan dengan kesiapan untuk menanggapi, diorganisasi melalui pengalaman dan memiliki pengaruh yang mengarahkan dan atau dinamis terhadap perilaku. Sedangkan menurut Engel dalam Sumarwan (2003: 136), mengemukakan bahwa sikap menunjukkan apa yang konsumen sukai dan yang tidak disukai.

Produsen dalam mengukur sikap dan perilaku konsumen dapat dilakukan dengan menggunakan model multiatribut, yaitu model sikap multiatribut dari Fishbein. Model sikap Fishbein berfokus pada prediksi sikap yang dibentuk seseorang terhadap obyek tertentu. Model ini mengidentifikasi tiga faktor utama untuk memprediksi sikap. Faktor pertama, keyakinan seseorang terhadap atribut yang menonjol dari obyek. Faktor kedua, keyakinan seseorang bahwa atribut memiliki atribut khas. Faktor ketiga, Evaluasi dari masing-masing keyakinan akan atribut yang menonjol, di mana diukur seberapa baik atau tidak baik keyakinan mereka terhadap atribut-atribut itu (Umar, 2005: 57).

Sikap menggambarkan kepercayaan konsumen terhadap berbagai atribut dan manfaat dari objek tersebut. Selain itu, sikap juga menjelaskan suatu organisasi dari motivasi, perasaan emosional, proses kognitif kepada suatu aspek.

Lebih lanjut, sikap adalah cara kita berpikir, merasa, dan bertindak melalui aspek di lingkungan seperti toko retail, program televisi atau produk.

Tiga komponen dalam pembentuk sikap adalah (Simamora, 2003: 12):

1. Komponen kognitif

Komponen ini terdiri dari kepercayaan konsumen dan pengetahuan tentang obyek.

2. Komponen afektif

Merupakan komponen sikap yang terdiri dari perasaan dan reaksi emosional kepada suatu obyek.

3. Komponen konaktif

Komponen ini adalah respons dari seseorang terhadap obyek atau aktivitas. Karakteristik Sikap terdiri dari:

a. Sikap memiliki Obyek

Artinya sikap itu harus terkait dengan obyek yang dituju, obyek tersebut bisa terkait dengan berbagai konsep konsumsi dan pemasaran seperti produk, merek, iklan, harga, kemasan, penggunaan, media, dan sebagainya.

b. Konsistensi Sikap

Konsistensi sikap adalah gambaran persaan dari seorang konsumen, dan perasaan tersebut akan direfleksikan oleh perilakunya, karena itu sikap memiliki konsistensi dengan perilaku.

c. Sikap Positif, Negatif dan Netral

Menunjukkan adanya rasa menyukai terhadap sesuatu (sikap positif), rasa tidak menyukai suatu produk (sikap negatif) dan tidak memiliki sikap (sikap netral).

d. Intensitas Sikap

Terdapat derajat tingkat kesukaan terhadap suatu produk, maka dapat diungkapkan melalui intensitas sikapnya.

e. Resistensi Sikap (Resistance)

Resistensi sikap adalah seberapa besar sikap konsumen bisa berubah. Seperti seorang konsumen yang tidak menyukai tomat, kemudian disarankan oleh dokter untuk banyak mengkonsumsi tomat karena alasan kesehatan, mungkin sikapnya akan mudah berubah.

f. Persistensi Sikap (Persistence)

Persistensi sikap adalah karakteristik sikap yang menggambarkan bahwa sikap akan berubah karena berlalunya waktu.

g. Keyakinan Sikap (Confidence)

Keyakinan sikap adalah kepercayaan konsumen mengenai kebenaran sikap yang dimilikinya.

h. Sikap dan Situasi

Sikap seseorang terhadap suatu objek seringkali muncul dalam konteks situasi. Ini artinya situasi akan mempengaruhi sikap konsumen terhadap suatu objek.

Menurut Kazt dalam Sumarwan (2003: 138) menyatakan empat klasifikasi fungsi sikap antara lain:

1. Fungsi Utilitarian (The Utilitarian Function)

Sikap seseorang terhadap suatu objek atau produk karena ingin memperoleh

manfaat dari produk (rewards) atau menghindari risiko dari produk

2. Fungsi Mempertahankan Ego (The Ego-Defensive Function)

Sikap berfungsi melindungi seseorang (citra diri-self images) dari keraguan yang muncul dari dalam dirinya sendiri atau dari faktor luar yang mungkin menjadi ancaman bagi dirinya.

3. Fungsi Ekspresi Nilai (The Value-Expressive Function)

Sikap berfungsi untuk menyatakan nilai-nilai, gaya hidup dan identitas sosial dari seseorang. Sikap akan menggambarkan minat, hobi, kegiatan, dan opini dari seorang konsumen.

4. Fungsi Pengetahuan (The Knowledge Function)

Pengetahuan yang baik mengenai suatu produk yang mendorong seseorang untuk menyukai suatu produk. Sikap positif terhadap suatu produk mencerminkan pengetahuan konsumen terhadap suatu produk. Fungsi pengetahuan membantu mengurangi ketidakpastian dan kebingungan.

Dokumen terkait