• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kualitas Hidup Wanita Lansia Di Kelurahan Pabatu Kecamatan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. HASIL PENELITIAN

1.2. Kualitas Hidup Wanita Lansia Di Kelurahan Pabatu Kecamatan

3 53 0 41,5 58,5 66,0 28,3 5,7 100 0

Dari tabel diatas berdasarkan usia dapat diketahui mayoritas berusia 60 – 74 tahun (86,8%). Usia terendah responden adalah 60 tahun, usia tertinggi 79 tahun, rata-rata usia 66,55. Berdasarkan pendidikan, pekerjaan, penghasilan, dan aktivitas sosial dapat diketahui bahwa mayoritas responden 38 orang (71,7%) dengan tingkat pendidikan tidak tamat SD/SD, tidak bekerja 40 orang (75,5%), janda 31 orang (58,5%), berpenghasilan <Rp.500.000 yaitu 35 orang (66,0%), dan memiliki aktivitas sosial yaitu (100%).

1.2. Kualitas Hidup Wanita Lansia Di Kelurahan Pabatu Kecamatan

Padang Hulu, Tebing Tinggi.

Tabel. 1.2.1

Distribusi Frekuensi Dan Presentase Kualitas Hidup Wanita lansia di Kelurahan Pabatu Kecamatan Padang Hulu, Tebing Tinggi

Kualitas Hidup Frekuensi Persentase (%)

Buruk Cukup baik Baik 5 42 6 9,4 79,2 11,3

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa mayoritas kualitas hidup wanita lansia adalah cukup baik.

Tabel. 1.2.2

Distribusi Frekuensi Kualitas Hidup Wanita Lansia Di Kelurahan Pabatu Kecamatan Padang Hulu, Tebing Tinggi berdasarkan Usia.

Umur Kualitas hidup Total

Buruk Cukup baik Baik

F % F % F % F %

60 – 74 2 4,34 38 82,6 6 13,04 46 100

75 – 90 3 42,85 4 57,14 0 0 7 100

Dari tabel diatas bahwa mayoritas kualitas hidup wanita lansia baik umur 60 – 74 dan umur 75 – 90 tahun adalah cukup baik .

Tabel. 1.2.3

Distribusi Frekuensi Kualitas Hidup Wanita Lansia Di Kelurahan Pabatu Kecamatan Padang Hulu, Tebing Tinggi Berdasarkan Kategori Pendidikan.

Pendidikan Kualitas hidup Total

Buruk Cukup baik Baik

F % F % F % F % Tidak tamat SD/ SD 5 13,15 32 84,2 1 2,63 38 100 SMP SMA 0 0 0 0 5 5 100 62,5 0 3 0 37,5 5 8 100 100 PT 0 0 0 0 2 100 2 100

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa mayoritas kualitas hidup wanita lansia dengan tingkat pendidikan tidak tamat SD/SD, SMP, SMA adalah cukup baik. Pada tingkat pendidikan PT cenderung memiliki kualitas hidup baik .

Tabel. 1.2.4

Distribusi Frekuensi Kualitas Hidup Wanita Lansia Di Kelurahan Pabatu Kecamatan Padang Hulu, Tebing Tinggi Berdasarkan Pekerjaan .

Pekerjaan Kualitas hidup Total

Buruk Cukup baik Baik

F % F % F % F %

Bekerja 1 6,66 10 66,66 4 26,66 15 100

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa mayoritas kualitas hidup wanita lansia baik yang bekerja maupun yang tidak bekerja adalah cukup baik.

Tabel. 1.2.5

Distribusi Frekuensi Kualitas Hidup Wanita Lansia Di Kelurahan Pabatu Kecamatan Padang Hulu, Tebing Tinggi Berdasarkan Pernikahan.

Pernikahan Kualitas hidup Total

Buruk Cukup baik Baik

F % F % F % F %

Menikah 0 0 18 81,81 4 18,18 22 100

Janda 5 16,12 24 77,41 2 6,45 31 100

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa mayoritas kualitas hidup wanita lansia yang menikah maupun janda adalah cukup baik.

Tabel. 1.2.6

Distribusi Frekuensi Kualitas Hidup Wanita Lansia Di Kelurahan Pabatu Kecamatan Padang Hulu, Tebing Tinggi Berdasarkan Penghasilan.

Penghasilan Kualitas hidup Total

Buruk Cukup baik Baik

F % F % F % F % <500.000 5 14,7 28 82,35 1 2,9 34 100 500.000 -1000.000 0 0 14 93,33 1 6,66 15 100 >1000.000 0 0 0 0 4 100 4 100

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa mayoritas kualitas hidup wanita lansia yang berpenghasilan <500.000 dan 500.000 – 1000.000 adalah cukup baik. Sedangkan responden yang berpenghasilan >1000.000 cenderung memiliki kualitas hidup yang baik.

Tabel. 1.2.7

Distribusi Frekuensi Kualitas Hidup Wanita Lansia Di Kelurahan Pabatu Kecamatan Padang Hulu, Tebing Tinggi Berdasarkan Aktivitas Sosial .

Aktivitas sosial Kualitas hidup Total

Baik Cukup baik Buruk

F % F % F % F %

Ada 5 9,4 42 79,24 6 11,32 53 100

Tidak ada 0 0 0 0 0 0 0 0

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa mayoritas kualitas hidup wanita lansia yang memiliki aktivitas sosial adalah cukup baik.

2. PEMBAHASAN

Dalam pembahasan ini akan dijabarkan mengenai hasil penelitian diantaranya kualitas hidup wanita lansia, kualitas hidup wanita lansia berdasarkan faktor umur, pendidikan, pekerjaan, pernikahan, penghasilan, dan faktor hubungan dengan orang lain (aktivitas sosial).

2.1Kualitas Hidup Wanita Lansia

Hasil penelitian ini menemukan bahwa kualitas hidup wanita lansia memiliki kualitas hidup yang cukup baik, yaitu dengan persentase 79,2 %. Coons dan Kaplan (1994 dalam Larasakti, 2009) mengatakan bahwa setiap orang memiliki kualitas hidup yang berbeda tergantung dari masing-masing individu dalam menyikapi permasalahan yang terjadi dalam dirinya. Jika menghadapi dengan positif maka akan baik pula kualitas hidupnya, tetapi lain halnya jika dihadapi dengan negatif maka akan buruk pula kualitas hidupnya.

Berdasarkan hasil Penelitian (Nofitri, 2009) bahwa kualitas hidup pada penduduk Jakarta memiliki kualitas hidup yang baik. Hal ini disebabkan

status sosial ekonomi menengah ke atas. Berbeda dengan kualitas hidup pada penelitian ini bahwa responden wanita lansia, pendidikan minimal tidak tamat SD, dan mayoritas responden memiliki penghasilan dibawah Rp.500.000.

Kualitas hidup akan mempengaruhi kelangsungan hidup wanita itu sendiri terkait dengan harapan hidupnya. Jika memiliki kualitas hidup yang baik, maka akan memiliki harapan hidup yang baik pula (Glasier dan Gabbie, 2008).

2.2 Kualitas Hidup Wanita Lansia Berdasarkan Usia , Pendidikan, Pekerjaan, Penghasilan,Pernikahan dan Aktivitas sosial.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas hidup wanita lansia baik berdasarkan usia, pendidikan, pekerjaan, pernikahan dan aktivitas sosial adalah cukup baik. Hasil penelitian ini berbeda dengan teori dan penelitian sebelumnya dimana pada teori dan penelitian sebelumnya bahwa faktor – faktor tersebut mempengaruhi kualitas hidup.

Moons, dkk (2004) dan Dalkey (2002) dalam (Nofitri, 2009) mengatakan bahwa usia adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas hidup. Penelitian yang dilakukan oleh Wagner, Abbot, & Lett (2004) dalam (Nofitri, 2009) menemukan adanya perbedaan yang terkait dengan usia dalam aspek-aspek kehidupan yang penting bagi individu.

Demikian juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Ryff dan Singer (1998) dalam (Nofitri, 2009), individu dewasa mengekspresikan kesejahteraan yang lebih tinggi pada usia dewasa madya.

Pada penelitian mengenai pendidikan Moons, dkk (2004) dan Baxter (1998) dalam (Nofitri, 2009) mengatakan bahwa tingkat pendidikan adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kualitas hidup subjektif.

Wahl, dkk (2004 dalam Nofitri, 2009), dalam penelitiannya menemukan bahwa kualitas hidup akan meningkat seiring dengan tingkat pendidikan yang didapatkan oleh individu. Semakin tinggi pendidikannya, kualitas hidup wanita lansia semakin baik.

Dalam penelitian Moons, dkk (2004) dalam (Nofitri, 2009) mengatakan bahwa terdapat perbedaan kualitas hidup antara penduduk yang berstatus sebagai pelajar, penduduk yang bekerja, penduduk yang tidak bekerja (atau sedang mencari pekerjaan), dan penduduk yang tidak mampu bekerja (atau memiliki disablity tertentu). Penelitian ini sesuai dengan Wahl, dkk (2004) dalam (Nofitri, 2009) menemukan bahwa status pekerjaan berhubungan dengan kualitas hidup baik pada pria maupun wanita.

Moons, dkk (2004) dalam (Nofitri, 2009) mengatakan bahwa terdapat perbedaan kualitas hidup antara individu yang tidak menikah, individu bercerai ataupun janda, dan individu yang menikah atau kohabitasi. Penelitian empiris di Amerika secara umum menunjukkan bahwa individu yang menikah memiliki kualitas hidup yang lebih tinggi daripada individu yang tidak menikah, bercerai, ataupun janda/duda akibat pasangan meninggal Glenn dan Weaver (1981) dalam (Nofitri, 2009) .Demikian juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahl, dkk (2004) dalam (Nofitri, 2009) menemukan bahwa baik pada pria maupun wanita,

individu dengan status menikah atau kohabitasi memiliki kualitas hidup yang lebih tinggi.

Baxter, dkk (1998) dan Dalkey (2002) dalam (Nofitri, 2009) menemukan adanya pengaruh dari faktor demografi berupa penghasilan dengan kualitas hidup yang dihayati secara subjektif. Penelitian yang dilakukan oleh Noghani, Asgharpour, Safa, dan Kermani (2007) dalam (Nofitri, 2009) juga menemukan adanya kontribusi yang lumayan dari faktor penghasilan terhadap kualitas hidup subjektif namun tidak banyak.

Kualitas hidup wanita lansia pada penelitian ini baik berdasarkan usia, pendidikan, pekerjaan, pekerjaan, pernikahan dan aktivitas sosial memiliki kualitas hidup cukup baik. Hal ini terkait dengan usia wanita lansia dengan tahap perkembangannya saat ini dan masa kehidupannya. Selain itu ada faktor yang tidak diteliti yaitu standar referensi. Menurut O’Connor (1993) dalam (Nofitri, 2009) mengatakan bahwa kualitas hidup dapat dipengaruhi oleh standard referensi yang digunakan seseorang seperti harapan, aspirasi, perasaan mengenai persamaan antara diri individu dengan orang lain. Hal ini sesuai dengan definisi kualitas hidup yang dikemukakan oleh WHOQoL (Power, 2003) dalam (Nofitri, 2009), bahwa kualitas hidup akan dipengaruhi oleh harapan, tujuan, dan standard dari masing-masing individu. Glatzer dan Mohr (1987) dalam (Nofitri, 2009) menemukan bahwa di antara berbagai standard referensi yang digunakan oleh individu, komparasi sosial memiliki pengaruh yang kuat terhadap kualitas hidup yang dihayati secara subjektif. Jadi, individu membandingkan kondisinya dengan

kondisi orang lain dalam menghayati kualitas hidupnya dimana secara psikologis dan fisiologis hal ini berpengaruh terhadap kualitas hidup.

BAB 6

Dokumen terkait