• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Penelitian

6. Tugas dan Wewenang Kepala Seksi Penagihan dan Pemberdayaan Aset

4.4 Uji Kuesioner a. Uji Validitas

Uji Validitas untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2013).

Tabel 4.7

Hasil Uji Validitas Pengenaan Tarif Pajak Progresif

Indikator Nilai Sig.(2-tailed) Nilai Standarisasi Keterangan

X1.1 0,000 0,05 Valid

X1.2 0,000 0,05 Valid

X1.3 0,000 0,05 Valid

X1.4 0,000 0,05 Valid

X1.5 0,000 0,05 Valid

X1.6 0,000 0,05 Valid

X1.5 0,000 0,05 Valid

X1.6 0,000 0,05 Valid

X1.7 0,000 0,05 Valid

X1.8 0,000 0,05 Valid

X1.9 0,000 0,05 Valid

X1.10 0,000 0,05 Valid

X1.11 0,000 0,05 Valid

X1.12 0,000 0,05 Valid

X1.13 0,000 0,05 Valid

X1.14 0,000 0,05 Valid

Sumber: Data yang diolah

Berdasarkan hasil uji validitas Pengenaan Tarif Pajak Progresif pada tabel 4.7 menunjukkan nilai sig 2-tailed untuk setiap indikator <nilai standarisasi 0,05. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa semua indikator valid.

Tabel 4.8

Hasil Uji Validitas Perilaku Penghindaran Pajak

Indikator Nilai Sig.(2-tailed) Nilai Standarisasi Keterangan

Y1.1 0,000 0,05 Valid

Y1.2 0,000 0,05 Valid

Y1.3 0,000 0,05 Valid

Y1.4 0,000 0,05 Valid

Y1.5 0,000 0,05 Valid

Y1.6 0,000 0,05 Valid

Sumber: Data yang diolah

Berdasarkan hasil uji validitas Perilaku Penghindaran Pajak pada tabel 4.8 menunjukkan nilai sig 2-tailed untuk setiap indikator <nilai standarisasi 0,05. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa semua indikator valid.

b. Uji Reabilitas

Uji reabilitas sebenarnya adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliable atau handal jika jawaban seseorng terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu, (Ghozali, 2013). Alat untuk mengukur reabilitas dengan uji statistik

Cronboch Alpha. Suatu kontruk atau variabel dikatakan reliable, jika memberikan nilai Cronboch Alpha > 0,60 Nunnally (1994) dalam Ghozali (2001).

Tabel 4.9 Hasil Uji Reabilitas

No Variabel Nilai

Cronbach Alpha

Nilai Standarisasi

Keterangan

1 Pengenaan Pajak Progresif (X1) 0,972 0,60 Reliabel 2 Perilaku Penghindaran Pajak (Y1) 0,625 0,60 Reliabel Sumber: Data yang diolah

Pada hasil uji reabilitas pada tabel 4.9, baik variabel pengenaan pajak progresif dan perilaku penghindaran pajak dikataka reliabel dan layak digunakan untuk pengujian hipotesis selanjutnya hal ini karena mempunyai nilai Cronbach Alpha > Nilai Standarisasi.

4.5 Analisis Korelasi

Mengukur kekuatan asosiasi (hubungan) linear antara dua variabel. Korelasi tidak menunjukkan hubungan fungsional atau dengan kata lain analisis korelasi tidak membedakan antara variabel dependen dengan variabel independen.

Tabel 4.10

Hasil Uji Analisis Korelasi

Correlations

Pearson Correlation 1 .444**

Sig. (2-tailed) .001

N 50 50

Perilaku_Penghindaran_P ajak

Pearson Correlation .444** 1

Sig. (2-tailed) .001

N 50 50

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Sumber : Data yang diolah

Berdasarkan hasil analisis korelasi pada tabel 4.10 tabel dapat dilihat bahwa koefisien korelasi linier yang dihasilkan antara Pengenaan Tarif Pajak Progresif Kendaraan Bermotor (X) dengan Perilaku Penghindaran Pajak di Jepara (Y) sebesar 0,444. Hal ini menunjukkan bahwa Pengenaan Tarif Pajak Progresi Kendaraan Bermotor memiliki hubungan yang rendah terhadap Perilaku Penghindaran Pajak di Jepara.

4.6 Uji Koefisien Determinasi

Pada umunya Koefisien determinasi ) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variabel-variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai ) yang kecil berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Secara umum koefisien determinasi untuk data silang waktu (cressection), relatif rendah kerena adanya variasi yang besar antara masing-masing

pengamatan sedangkan untuk data runtun waktu (time series) biasanya mempunyai nilai koefisien determinasi yang tinggi (Ghozali, 2013).

Tabel 4.11

Hasil Uji Koefisien Determinasi

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .444a .197 .180 .37765

a. Predictors: (Constant), Pengenaan_Tarif_Pajak_Progresif

Sumber : Data yang diolah

Berdasarkan hasil uji regresi pada tabel Tabel 4.11 didapatkan angka koefisien determinasi (Adjusted R Square) sebesar 0,180. Hal ini berarti bahwa kepatuhan Wajib Pajak dijelaskan oleh Pengenaan Tarif Pajak Progresif sebesar 18,0%. Sedangkan sisanya sebesar (100%-18,0%) = 82% dapat dijelaskan oleh variabel lain.

4.7 Uji Hipotesis

a. Uji Statistik F/Uji Model

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen/terikat.

Hipotesis nol (H0) yang hendak diuji adalah apakah suatu parameter dalam model sama dengan nol, atau:

Ho : b1 = b2 = …… = bk = 0

Artinya, variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis alternatifnya (HA) tidak semua parameter secara simultan sama dengan nol, atau:

HA : b1 ≠ b2 ≠……. ≠ bk ≠ 0

Artinya, variabel independen merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.

Tabel 4.12

Hasil Uji Statistik F/ Uji Model

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 1.681 1 1.681 11.789 .001a

Residual 6.846 48 .143

Total 8.527 49

a. Predictors: (Constant), Pengenaan_Tarif_Pajak_Progresif

b. Dependent Variable: Perilaku_Penghindaran_Pajak

Sumber: Data yang diolah

Tabel 4.12 Hasil pengujian dengan SPSS diketahui bahwa nilai signifikan sebesar 0,001< 0,05. Dapat diartikan bahwa variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen secara signifikan.

b. Uji Statistik t / Uji Hipotensi

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/independen dalam menerangkan variasi variabel dependen. Hipotesis nol (Ho) yang hendak diuji adalah apakah suatu parameter (bi) sama dengan nol, atau

Ho : bi = 0

Artinya apakah suatu variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis alternatifnya (Ha) parameter suatu variabel tidak sama dengan nol, atau:

HA : bi ≠ 0

Tabel 4.13

Uji Statistik t/ Uji hipotensi

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) .799 .481 1.663 .103

Pengenaan_Tarif_Pajak_Progresif .359 .105 .444 3.433 .001

a. Dependent Variable: Perilaku_Penghindaran_Pajak

Sumber : Data yang diolah

Dari tabel 4.13 dapat dijelaskan nilai probalitas dari masing-masing variabel adalah sebagai berikut:

a. Uji Pengenaan Tarif Pajak Progresif terhadap Perilaku Penghindaran Pajak Berdasarkan pengujian statistik dengan SPSS didapatkan angka t-hitung antara Pengenaan Tarif Pajak Progresif (X1) terhadap Perilaku Penghindaran Pajak (Y) sebesar ( 3,433) dan nilai Probabilitas sebesar 0,001 lebih kecil dibandingkan taraf signifikan 5% atau 0,05, berarti terletak pada daerah H0ditolak, sehingga terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara Pengenaan Tarif Pajak Progresif (X) terhadap Perilaku Penghindaran Pajak (Y).

Adanya angka signifikan dan positif ini mengindikasikan bahwa semakin banyak Pengenaan Tarif Pajak Progesif, maka akan semakin tinggi tingkat Perilaku Penghindaran Pajak.

4.8 Pembahasan

Kabupaten Jepara merupakan sebuah Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah.

Kabupaten Jepara memiliki potensi yang besar dalam menggali sumber pendapatan daerah dimana Kabupaten Jepara memiliki luas wilayah sebesar 1.004,132 km2 dengan panjang garis pantai 72 km, yang terdiri dari 14 kecamatan dibagi lagi menjadi 183 desa, 11 kelurahan dan jumlah penduduk 1.335.789 jiwa. Responden dari penelitian ini didapat melalui purposive sampling, Peneliti memilih purposive sampling dengan ketentuan responden memiliki kendaraan lebih dari satu unit, jenis kendaraan roda dua, empat atau lebih. Peneliti hanya mengambil sampel 50 responden yang melakukan pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor di SAMSAT Jepara dengan ciri-ciri khusus yang dimiliki sampel tersebut.

a. Pengenaan Tarif Pajak Progresif terhadap Perilaku Penghindaran Pajak

Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) adalah penggunaan jalan raya yang merupakan barang public (public good) untuk masyarakat. Penggunaan jalan raya menimbulkan biaya (cost) baik secara langsung maupun tidak langsung, (Fajariani, 2013).

Hasil kuesioner pengenaan tarif pajak progresif (X) berdasarkan Asas The Four Maxims, responden menjawab setuju dengan nilai rata-rata 4,5 sehingga indikator tergolong sangat baik/sangat tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa Asas The Four Maxims

mempengaruhi masyarakat untuk berfikir tidak memiliki kendaraan lebih dari satu.

Pengenaan tarif pajak progresif (X), berdasarkan objek dan subjek pajak , responden menjawab setuju dengan nilai rata-rata 4,5 sehingga indikator tergolong sangat baik/sangat tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa objek dan subjek pajak mempengaruhi wajib pajak dalam membayar pajak kendaraan. Pengenaan tarif pajak progresif (X) berdasarkan nama dan alamat yang sama, responden menjawab setuju dengan nilai rata-rata 4,64 sehingga indikator tergolong sangat baik/sangat tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa nama dan alamat yang sama mempengaruhi pengenaan pajak progresif kendaraan.

Pengenaan tarif pajak progresif berdasarkan Undang-undang, responden menjawab setuju dengan nilai rata-rata 4,6 sehingga indikator tergolong sangat baik/sangat tinggi.

Hal ini menunjukkan bahwa Undang-undang mempengaruhi pengenaan pajak progresif kendaraan. Pengenaan tarif pajak progresif (X), berdasarkan kepemilikan kendaraan lebih dari satu, responden menjawab setuju dengan nilai rata-rata 4,6 sehingga indikator tergolong sangat baik/sangat tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa kepemilikan kendaraan lebih dari satu mempengaruhi pengenaan pajak progresif kendaraan.

Hasil semua responden memberikan persepsi yang sangat baik/sangat tinggi terhadap Pengenaan Pajak Progresif berpengaruh terhadap perilaku penghindaran pajak.

Semakin tinggi pengenaan tarif pajak progresif maka semakin tinggi pula perilaku penghindaran pajak.

Hasil uji hipotesis pertama diperoleh secara parsial (individu) terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara Pengenaan tarif pajak progresif (X) terhadap penghindaran perilaku penghindaran pajak (Y) dengan nilai koefisien regresi sebesar

0,359 dan nilai signifikan 0,001. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin kuat pengaruh pengenaan tarif pajak progresif terhadap perilaku penghindaran pajak.

Hal ini konsiten dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ermawati, (2013) yang menyatakan bahwa Pengenaan Tarif Pajak Progresif mempunyai pengaruh terhadap Perilaku Penghindaran Pajak. Penelitian yang dilakukan oleh Fajariani (2013), menunjukan terdapat pengaruh yang positif antara Equality, Certainty, Convenience Of Payment dan Economics Of Collections terhadap pengenaan tarif pajak progresif.

Namun berdasarkan hasil penelitian terdahulu juga terdapat penelitian yang tidak memiliki hubungan signifikan dan tidak saling mempengaruhi antar variabel. Penelitian yang dilakukan oleh Mughal & Muhammad Alram (2012), menunjukkan dimana variabel tidak adanya sistem pajak yang adil dan efisien, dan kemiskinan tidak memiliki pengaruh terhadap alasan untuk penghindaran pajak dan penggelapan pajak. Penelitian dilakukan oleh Febriati (2011), bahwa sistem pengendalian pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor berpengaruh signifikan terhadap peningkatan PAD pada Dispenda Kota Singkawang.

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait