• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II ISI LANDASAN TEORI

A. Teori yang Mendukung

6. Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 merupakan tindak lanjut dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang pernah diujikan pada tahun 2004 (Mulyasa, 2014). Landasan yang digunakan sebagai pijakan pada pengembangan kurikulum 2013 secara eksplisit menganut pendekatan terintegrasi melalui pendekatan tematik (Sundayana, 2014). Adapun keunggulan dari kurikulum 2013 menurut Mulyasa (2014) adalah, pertama: kurikulum 2013 menggunakan pendekatan yang bersifat alamiah (kontekstual), karena berangkat, berfokus, dan bermuara pada hakekat peserta didik untuk mengembangkan berbagai kompetensi sesuai dengan

potensinya masing-masing. Peserta didik merupakan subjek belajar dan proses belajar berlangsung secara alamiah dalam bentuk kerja dan mengalami berdasarkan kompetensi tertentu.

Kedua: kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi boleh jadi

mendasari pengembangan kemampuan-kemampuan lain. Penguasaan ilmu pengetahuan, dan keahlian tertentu dalam suatu pekerjaan, kemampuan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, serta pengembangan aspek- aspek kepribadian dapat dilakukan secara optimal berdasarkan standar kompetensi tertentu. Ketiga: ada bidang-bidang studi atau mata pelajaran tertentu yang dalam pengembangannya lebih tepat menggunakan pendekatan kompetensi, terutama yang berkaitan dengan keterampilan.

Berdasarkan hal di atas, maka dapat dikatakan bahwa Kurikulum 2013 menekankan pada pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik dengan menggunakan pendekatan yang bersifat kontekstual, menekankan pendidikan karakter pada siswa, dan mengembangkan keterampilan siswa sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.

a. Pembelajaran Tematik Terpadu

Pembelajaran tematik pada hakikatnya merupakan model pembelajaran terpadu, yaitu suatu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip secara holistik dan autentik (Trianto, 2011). Pembelajaran tematik dimaknai sebagai pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu. Tema-tema tersebut terdiri dari berbagai muatan/mata

pelajaran. Pembelajaran tematik sebagai model pembelajaran termasuk salah satu tipe atau jenis daripada model pembelajaran terpadu. Istilah pembelajaran tematik pada dasarnya adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa (Depdiknas, 2006 dalam Trianto, 2011).

Dalam pembelajaran tematik, pembelajaran yang dilakukan lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar secara aktif. Selain itu pembelajaran tematik juga menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing). Oleh sebab itu, guru perlu membuat suatu rancangan pembelajaran dan mengemas suatu pembelajaran agar dapat bermakna bagi siswa. Pengalaman belajar yang menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual menjadikan proses pembelajaran lebih efektif (Trianto, 2011). Penerapan pembelajaran tematik di sekolah dasar dapat sangat membantu siswa, karena sesuai dengan tahap perkembangannya.

Sejalan dengan pengertian ahli di atas, menurut Majid (2013) menjelaskan bahwa pembelajaran tematik terpadu adalah sebagai pendekatan mengajar yang melibatkan beberapa bidang studi untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada anak. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran terpadu, anak akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkan dengan konsep yang telah mereka pahami.

Berdasar uraian beberapa teori di atas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang mengaitkan beberapa muatan

pembelajaran yang dapat saling berkesinambungan antara satu muatan dengan muatan lainnya.

b. Pendekatan Saintifik

Pendekatan saintifik merupakan pendekatan ilmiah. Proses pembelajaran dapat dikaitkan dengan suatu proses yang ilmiah. Pendekatan saintifik dianggap sebagai dasar perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik (Kemendikbud, 2014). Pendekatan ilmiah (scientific

approach) dalam pembelajaran meliputi kegitan mengamati, menanya,

mengumpulkan informasi/mencoba, mengasosiasi/menalar/mengolah informasi, serta menyajikan atau mengkomunikasikan. Melihat dari pengertian mengenai pembelajaran saintifik, maka pendekatan saintifik merupakan pendekatan yang lebih mengacu pada proses belajar peserta didik.

c. Penilaian Autentik

Penilaian yang digunakan pada kurikulum 2013 adalah penilaian autentik. Penilaian autentik sendiri sebenarnya merupakan suatu istilah untuk menjelaskan berbagai metode penilaian yang memungkinkan siswa dapat mendemonstrasikan kemampuannya dalam menyelsaikan tugas dan menyelesaikan masalah (Kemendikbud, 2014: 34). Penilaian autentik berupaya memberikan tugas kepada peserta didik yang mencerminkan prioritas dan tantangan yang ditemukan dalam aktivitas pembelajaran, seperti meneliti, menulis, merevisi dan membahas artikel, memberikan analisis moral terhadap peristiwa, berkolaborasi dengan antar sesama (Wiggins, 1993 dalam Kemendikbud: 34). Penilaian autentik memiliki tiga jenis penilaian, yaitu: (1) Penilaian sikap, (2) Penilaian pengetahuan, dan (3) Penilaian

keterampilan. Atas dasar itu, maka penilaian autentik sering digambarkan sebagai penilaian atas perkembangan peserta didik. Guru perlu paham benar mengenai penilaian autentik karena dalam penilaian autentik akan tampak segala proses belajar siswa. Mulai dari menggambarkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan apa saja yang sudah atau belum diketahui oleh peserta didik, sehingga guru dapat benar-benar mengetahui dimana letak kelebihan dan kelemahan dari masing- masing peserta didik.

Menurut Sundayana (2014: 21-30) Kurikulum 2013 memiliki karakteristik sebagai berikut:

a) Pendekatan

Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan alamiah. Pendekatan alamiah (scientific approach)dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasikan, dan mengkomunikasikan (Permendikbud, 2013).

b) Kompetensi

Kurikulum 2013 dilihat dari sisi tujuan yang berbasis pada kompetensi mencakup kompetensi yang memadukan sikap dan perilaku (karakter), pengetahuan, dan keterampilan termasuk keterampilan berpikir. Sebagaimana ditegaskan dalam Permendikbud Nomor 65 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah, rumusan kompetensi dijenjangkan berdasarkan: (1) Tingkat perkembangan peserta didik, (2) Kualifikasi Kompetensi Indonesia, (3) Penguasaan kompetensi yang berjenjang. Selain itu, tingkat kompetensi juga

memperhatikan tingkat kerumitan/kompleksitas kompetensi, fungsi satuan pendidikan dan keterpaduan antar jenjang yang relevan.

c) Isi Kurikulum

Sejalan denan pendekatan yang dianutnya,isi kurikulum 2013 menggunakan tema sebagai perekat berbagai bidang studi. Untuk tingkat Sekolah Dasar pemilihan isi kurikulum dengan thematic design. Isi kurikulum adalah berupa tema yang dapat dikembangkan ke dalam anak tema atau biasa disebut dengan subtema yang fungsinya adalah mengintegrasikan berbagai muatan pembelajaran dalam struktur kurikulum SD.

d) Pembelajaran

Melihat dari sisi pembelajaran, kurikulum ini berpusat pada peserta didik (student centered-active learning) dengan pembelajaran yang kontekstual, khususnya terkait dengan pengembangan tema. Pembelajaran yang berpusat pada peserta didik terebut, dipandu oleh guru dengan menerapkan pembelajaran berbasis penelitian (inquiry-based learning) dan pembelajaran berbasis projek (project-based learning).

Menurut permendikbud nomor 65 tentang standar proses pendidikan dasar dan menengah, kedua pendekatan dalam pembelajaran tersebut diterapkan untuk membantu peserta didik mencapai Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD) dan berimbas pada ketercapaian Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Adapun tahap pembelajaran dalam Kurikulum 2013 yaitu, mengamati (observing), menanya (questioning), melakukan percobaan (experimenting), mengumpulkan

dan menghubungkan informasi (collecting and associating), dan mengkomunikasikan (communicating).

e) Penilaian

Penilaian dalam Kurikulum 2013 mengacu pada penilaian autentik. Penilaian autentik adalah upaya pemberian tugas kepada peserta didik yang mencerminkan prioritas dan tantangan yang ditemukan dalam aktivitas-aktivitas pembelajaran, seperti meneliti, menulis, merevisi dan membahas artikel, memberikan analisis moral terhadap peristiwa, berkolaborasi dengan antar sesama mealui debat, dan sebagainya (Wiggins, 1993 dalam Kemendikbud 2014: 34). Penilaian autentik harus mampu menggammbarkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan apa yang sudah atau belum dimiliki oleh peserta didik.

Dokumen terkait