• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pengertian Manajemen

Menurut Schermerhorn (dalam Aryanto, 2013 : 3) manajemen merupakan proses secara formal yang diartikan sebagai perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan atau pengarahan, dan pengendalian terhadap penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan.

Menurut Robbin dan Coulter (dalam Aryanto, 2013 : 3) proses manajemen juga berarti serangkaian aktivitas kerja yang melibatkan koordinasi dan pengawasan terhadap pekerjaan orang lain, sehingga pekerjaan tersebut dapat diselesaikan secara efisien dan efektif.

Jadi, manajemen dapat diartikan sebagai serangkaian aktivitas kerja secara formal yang melibatkan koordinasi dan pengawasan aktivitas pekerjaan dalam perencanaan, kepemimpinan atau pengarahan dan pengendalian terhadap sumber daya untuk mencapai tujuan sebuah pekerjaan secara efektif dan efisien.

2. Manajemen Pemasaran

Menurut Kotler dan Keller (2013:27) manajemen pemasaran adalah suatu gabungan antara seni dengan ilmu mengenai pemilihan target pasar dan membangun hubungan yang menguntungkan dengan

mereka. Untuk melakukan proses pemasaran tersebut, seorang pemasar haruslah mengetahui keinginan konsumennya, hal tersebut dapat diketahui melalui sebuah penelitian pemasaran. Selain mengetahui keinginan konsumen, pemasar juga perlu tahu apakah produk atau jasa yang ditawarkan sudah sesuai dengan harapan pelanggan atau tidak, dan apakah pelayanan yang diberikan memuaskan pelanggan atau tidak, serta yang terakhir apakah bentuk promosi yang dilakukan pemasar membuat pelanggan tertarik atau tidak. Beberapa hal tersebut akan dapat membantu seorang pemasar menyampaikan informasi kepada pelanggan dengan tepat mengenai produk atau jasa yang ditawarkannya melalui aktivitas promosi sehingga diharapkan mampu memuaskan pelanggan.

Menurut Malau (2017:6) pemasaran berfungsi untuk membuat perusahaan kreatif mempersiapkan produk dan jasa yang sesuai dengan keinginan konsumen. Pemasaran dalam perusahaan mengambil peranan penting dalam mengantisipasi kondisi pasar yang selalu berubah. Hal tersebut harus dilakukan untuk kelangsungan hidup perusahaan.

3. Komunikasi Pemasaran

Komunikasi pemasaran berfungsi untuk menyebarkan informasi mengenai produk atau jasa yang ditawarkan oleh pemasar. Menurut Malau (2017:269), komunikasi pemasaran adalah proses bagaimana

menginformasikan bisnis dan penawaran produk dan jasa terhadap konsumen yang dituju. Tujuan utama dari komunikasi dalam pemasaran adalah untuk mempengaruhi calon pelanggan lain dengan cara memberi informasi, mendidik, menciptakan kesadaran minat terhadap kebutuhan dan mendorong pelanggan melakukan pembelian produk dan jasa yang ditawarkan, serta dapat membentuk kepuasan pasca pembelian yang dapat mendorong kepada pembelian ulang.

Kegiatan komunikasi pemasaran ini dapat dilakukan menggunakan dua cara yaitu :

a. Komunikasi Lisan

Komunikasi lisan merupakan percakapan antara dua orang atau lebih melalui telepon, wawancara kerja, pertemuan kelompok kecil, seminar, program pelatihan, pidato formal, dan presentasi penting lainnya yang relatif bersifat informal dan tidak terstruktur yang memungkinkan ide-ide akan mengalir dengan bebas, bertujuan untuk memecahkan suatu permasalahan. Kelebihan dari komunikasi formal ini yaitu, umpan balik yang diterima cepat dan ekonomis. Biasanya komunikasi lisan menggunakan alat bantu audiovisual.

b. Komunikasi Tertulis

Pesan-pesan tertulis juga memiliki berbagai macam bentuk, seperti surat kabar, media sosial, memo, proposal dan laporan. Salah satu

kelebihan komunikasi tertulis (written communication) yaitu, penulis mempunyai kesempatan untuk merencanakan dan mengendalikan pesan-pesan mereka. Suatu format tulisan diperlukan jika informasi yang disampaikan bersifat kompleks, serta dibutuhkan catatan permanen untuk referensi di masa yang akan datang. Komunikasi tertulis ini memiliki jumlah penerima pesan yang relatif banyak.

Dalam memilih cara berkomunikasi ini perlu dipertimbangkan tingkat kepentingannya, formalitas, kompleksitas tingkat kerahasiaannya, emosional, dan biaya pengiriman serta harapan dari penerima pesan.

4. Word of Mouth Communication

WOM (Word of Mouth) adalah proses menyampaikan informasi tentang produk atau jasa melalui konsumen atau pengguna lain. Menurut Mowen dan Minor dalam Aprilia et al. (2015:23) mengatakan bahwa komunikasi word of mouth mengacu pada pertukaran komentar, pemikiran, atau ide-ide diantara dua konsumen atau lebih, yang tak satupun merupakan sumber pemasaran. Oleh karena itu, word of mouth menjadi media komunikasi pemasaran yang efektif untuk mempengaruhi pelanggan. Fungsi word of mouth berdasarkan social networking dan trust, yaitu orang mengandalkan keluarga, teman, dan orang lain dalam jaringan sosialnya.

Menurut Sumardi (dalam Raintika, 2016) ada tiga tahapan word of mouth communication, yaitu TAPS atau talking, promoting, dan selling.

a. Membicarakan adalah tahapan dimana seorang konsumen membicarakan sebuah produk atau merek kepada konsumen lain.

b. Mempromosikan, ketika seorang konsumen bukan hanya sekedar membicarakan merek atau produk tapi juga bersedia untuk mempromosikannya kepada konsumen lain.

c. Menjual, tahapan dimana seorang konsumen ingin untuk menjualkan merek/produk tersebut kepada orang lain.

5. Electronic Word of Mouth

Internet telah memungkinkan timbulnya bentuk-bentuk baru dalam platform komunikasi yang dapat memberdayakan provider dan konsumen dengan lebih baik, memungkinkan konsumen saling berbagi informasi dan pendapat, baik dari business to consumer atau consumer to consumer. Menurut Thurau (dalam Sari, 2012) electronic word of mouth mengacu pada setiap pertanyaan positif atau negatif yang dilakukan oleh para pelanggan potensial, pelanggan sebenarnya, atau mantan pelanggan dari suatu produk atau perusahaan, yang tersedia bagi banyak orang dan lembaga melalui internet.

Menurut Sari (2012) word of mouth dan electronic word of mouth dapat dibedakan berdasarkan dua cara yaitu :

a. They are electronic word of mouth by nature, there is not face to face communication. (bersifat elektronik sesuai keadaan atau kondisi dan tanpa ada komunikasi tatap muka).

b. Those referrals are usually unsolicited, that is they are sent to recipients who are not looking for information, and hence are not necessarily willing to pay attention to them. (bersifat unsolicited maksudnya adalah pengirim pesan menyampaikan pesan kepada penerima yang tidak mencari informasi, dan belum tentu bersedia untuk memberikan perhatian mereka pada informasi tersebut). Dengan adanya electronic word of mouth aksesbilitasnya menjadi tinggi dapat mencapai jutaan orang, dapat dilakukan untuk jangka waktu yang panjang, dan dapat ditemukan oleh siapa saja yang tertarik pada produk atau jasa tertentu, selain itu electronic word of mouth memungkinkan pengguna untuk mengembangkan hubungan virtual dan community.

Thurau et al. (dalam Sari, 2012) merefleksikan electronic word of mouth melalui delapan dimensi, yaitu :

a. Platfrom assistance

Mengoperasionalisasikan perilaku electronic word of mouth berdasarkan dua cara, yaitu frekuensi kunjungan konsumen pada opinion platfrom dan jumlah komentar yang ditulis oleh konsumen pada opinion platfrom.

b. Venting negative feelings

Untuk mencegah orang lain mengalami masalah yang mereka miliki. Upaya ini biasanya terdapat pada electronic word of mouth negatif, yaitu jika wisatawan mengalami hal yang tidak menyenangkan atau negatif bagi mereka. Berbagi pengalaman konsumsi negatif melalui publikasi komentar online dapat membantu konsumen untuk mengurangi ketidakpuasan terkait dengan emosi negatif mereka.

c. Concern for other consumers

Concern for other consumers dalam konteks pariwisata adalah consumer memiliki keinginan tulus untuk membantu teman atau saudara membuat keputusan pembelian yang lebih baik.

d. Extraversion /positive self-enchancement

Motif ini mencakup fokus pada manfaat psikologis komunikator dalam electronic word of mouth mengintegrasikan kategori motif asli untuk mengekspresikan perasaan positif dan peningkatan diri. Hal tersebut muncul karena adanya pengalaman positif yang dirasakan konsumen.

e. Social benefits

Afiliasi dengan sebuah komunikasi virtual dapat mewakili suatu manfaat sosial konsumen untuk alasan identifikasi dan integrasi sosial, dengan demikian dapat diduga bahwa konsumen terlibat dalam komunikasi electronic word of mouth untuk berpartisipasi dan menjadi anggota dalam komunitas online.

f. Economic incentive

Manfaat ekonomi sebagai pendorong penting dari perilaku manusia secara umum. Dengan demikian, penerima komunikasi electronic word of mouth operator platfrom adalah bentuk dari utilitas penerimaan.

g. Helping the company

Helping the company adalah hasil dari kepuasan konsumen dengan produk dan keinginannya untuk membantu perusahaan. Konsumen

dimotivasi untuk terlibat dalam komunikasi electronic word of mouth berdasarkan pengalaman yang baik agar perusahaan tetap dinilai baik, serta memberikan dampak bagi kesuksesan sebuah perusahaan.

h. Advice seeking

Dalam konteks ini berbasis web opinion platfrom, komunikasi terjadi ketika individu baca ulasan produk dan komentar yang ditulis oleh orang lain, yang juga dapat memotivasi konsumen untuk menulis komentar dan mengharapkan umpan balik yang lebih spesifik lagi terkait informasi tersebut.

Dengan adanya perkembangan teknologi semakin banyak trend konsumen dalam mencari informasi di jejaring sosialnya mengenai suatu produk atau jasa yang ingin dimilikinya, hal tersebut menghasilkan komunikasi electronic word of mouth.

Sosial media merupakan konten yang sering dikunjungi oleh konsumen dalam mencari informasi mengenai produk atau jasa yang diinginkannya. Selain itu, kekuatan konten dan percakapan yang terjadi di dalam sosial media mendorong banyak perusahaan yang memanfaatkan sebagai alat komunikasi dan pemasaran mereka.

6. Social Media Marketing

Bermula dengan munculnya teknologi berbasis Web 2.0, teknologi yang memberikan kemudahan bagi pengguna, seperti membuat dan mempublikasikan konten, berbagi ide, dan untuk merekomendasikan sesuatu kepada pengguna lain. Perkembangan teknologi berdampak pada perubahan bisnis pemasaran. Pelanggan tidak hanya mengandalkan iklan dan informasi promosi sebagai sumber tunggal untuk mengetahui produk atau jasa yang dibutuhkannya. Kondisi tersebut mendorong pemasar untuk menjangkau pelanggan melalui social web.

Saat ini, pelanggan menggunakan social web dengan tujuan untuk berbagi pengalaman mereka mengenai suatu merek, produk, ataupun layanan yang pernah mereka gunakan.

Selain social web, sekarang ini pelanggan juga memanfaatkan media sosial untuk mencari informasi dan berinteraksi dengan pengguna lainnya mengenai suatu merek, produk, ataupun layanan yang digunakan. Oleh karena itu, sekarang ini banyak perusahaan yang memanfaatkan media sosial sebagai media promosinya.

Menurut Nurgiyantoro (2014), social media marketing memungkinkan membangun hubungan sosial yang lebih personal dan dinamis dibandingkan dengan strategi marketing tradisional. Kegiatan social media marketing berpusat pada usaha membuat konten-konten

yang menarik perhatian dan mendorong pembaca untuk berinteraksi serta membagikannya dalam lingkungan jejaring sosial pertemanan mereka. Pengaruh social media berbeda-beda, akan tetapi yang umum terjadi adalah informasi yang berasal dari media sosial akan memberikan pengaruh terhadap keputusan pembelian yang akan diambil konsumen.

7. Pariwisata

Menurut Yoeti (dalam Utama, 2017:1) syarat suatu perjalanan pariwisata adalah sebagai berikut :

a. Perjalanan dilakukan dari suatu tempat ke tempat yang lain, di luar tempat kediaman orang tersebut biasa tinggal.

b. Tujuan perjalanan semata-mata untuk bersenang-senang dan tidak mencari nafkah di tempat atau negara yang dikunjungi.

c. Semata-mata sebagai konsumen di tempat yang dikunjungi.

Menurut Wahab (dalam Utama, 2017:2) pariwisata mengandung tiga unsur, yaitu :

a. Manusia, yakni unsur insani sebagai pelaku kegiatan pariwisata.

b. Tempat, yakni unsur fisik yang sebenarnya tercakup oleh kegiatan itu sendiri.

c. Waktu, yakni unsur tempo yang dihabiskan dalam perjalanan tersebut dan selama berdiam di tempat tujuan.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No 10 tahun 2009 Tentang Kepariwisataan (dalam Riantika, 2016), pariwisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Sedangkan, orang yang berpergian dari tempat tinggalnya untuk berkunjung ke tempat lain dengan menikmati perjalanan dari kunjungannya itu disebut wisatawan (Utama, 2017:103).

Menurut Pendit (dalam Utama, 2017:145), pariwisata dapat dibedakan menurut motif wisatawan untuk mengunjungi suatu tempat. Jenis-jenis pariwisata tersebut adalah sebagai berikut:

a. Wisata Budaya

Yaitu perjalanan yang dilakukan atas dasar keinginan untuk memperluas pandangan hidup seseorang dengan cara mengadakan kunjungan atau peninjauan ke tempat lain untuk mengetahui keadaan rakyat di suatu wilayah, mengetahui kebiasaan atau adat istiadat, cara hidup, serta mempelajari budaya dan keseniannya.

b. Wisata Maritim atau Bahari

Jenis wisata ini sering dikaitkan dengan kegiatan olahraga air, seperti memancing, berlayar, menyelam, berselancar, mendayung, melihat taman laut dibawah permukaan air. Biasanya rekreasi perairan banyak dilakukan di negara maritim.

c. Wisata Cagar Alam

Untuk jenis wisata ini biasanya banyak diselenggarakan oleh agen atau biro perjalanan ke tempat-tempat alam, seperti taman lindung, hutan daerah pengunungan, dan sebagainya yang kelestariannya dilindungi oleh undang-undang.

d. Wisata MICE

MICE diartikan sebagai suatu kegiatan kepariwisataan yang aktivitasnya merupakan perpaduan anatra leisure (waktu luang) dan business yang melibatkan sekelompok orang secara bersama-sama. Rangkaian kegiatannya berupa meetings, incentive travels conventions, conventions, congresses, dan exhibition.

1) Meetings

Menurut Kesrul (dalam Utama, 2017:149), meeting ialah suatu pertemuan atau persidangan yang diselenggarakan oleh kelompok orang yang bergabung dalam asosiasi, perkumpulan, atau perserikatan dengan tujuan mengembangkan profesionalisme, peningkatan sumber daya manusia, menggalang kerja sama anggota dan pengurus, menyebarluaskan informasi terbaru, publikasi, dan hubungan kemasyarakatan.

2) Incentive

Menurut Utama (2017:149), incentive merupakan suatu kegiatan perjalanan yang diselenggarakan oleh suatu perusahaan untuk karyawan dan mitra usaha sebagai imbalan penghargaan atas prestasi mereka dalam kaitan penyelenggaraan konvensi yang membahas perkembangan kegiatan perusahaan yang bersangkutan.

3) Conference

Konferensi adalah suatu pertemuan yang diselenggarakan terutama mengenai bentuk-bentuk tertata karena, adat atau kebiasaan berdasarkan mufakat umum, dua perjanjian internasional mengenai topik tawanan perang dan sebagainya.

4) Exhibition

Exhibition adalah sebuah pertemuan yang dihadiri sekelompok orang dalam suatu ruangan pameran, dimana produsen dan pembeli terdapat di dalamnya.

e. Agrowisata

Menurut Utama, (2017:154) filosofi agrowisata adalah meningkatkan pendapatan kaum petani, dan meningkatkan kualitas alam pedesaan menjadi tempat wisata yang banyak dikunjungi wisatawan untuk belajar mengenai pertanian yang menguntungkan

dan belajar mengenai ekosistemnya. Atau dapat dikatakan juga argowisata sebagai pemanfaatan alam sebagai atraksi wisata.

f. Wisata Buru

Wisata jenis ini banyak dilakukan di negeri-negeri yang memang memiliki daerah atau hutan tempat berburu yang diperbolehkan oleh pemerintah dan digalakan oleh berbagai agen perjalanan.

g. Wisata Ziarah

Jenis wisata ini sedikit banyak dikaitkan dengan agama, sejarah, adat istiadat, dan kepercayaan umat atau kelompok dalam masyarakat. Tempat wisata ziarah seperti makam-makam pemimpin yang diagungkan, ke bukit atau gunung yang dianggap keramat, atau goa-goa.

Selain ketujuh jenis pariwisata di atas, terdapat pula jenis pariwisata lainnya, salah satunya adalah ekowisata. Menurut The International Society (TIES) (dalam Maharani, 2016) ekowisata adalah kegiatan perjalanan wisata yang dikemas secara professional, terlatih, dan memuat unsur Pendidikan, sebagai suatu sektor usaha ekonomi, yang mempertimbangkan warisan budaya, partisipasi, dan kesejahteraan penduduk lokal serta upaya-upaya konservasi sumber daya alam dan lingkungan.

Menurut Maharani (2016) terdapat lima elemen penting dalam ekowisata, yaitu :

a. Memberikan pengalaman melalui kegiatan-kegiatan wisata yang kreatif disertai dengan pelayanan yang prima dan pendidikan kepada wisatawan mengenai pemahaman akan pentingnya pelestarian lingkungan.

b. Memperkecil dampak negatif yang bisa merusak karakteristik lingkungan dan kebudayaan pada daerah yang dikunjungi.

c. Mengikutsertakan masyarakat dalam pengelolaan dan pelaksanaannya.

d. Memberikan keuntungan ekonomi terutama kepada masyarakat lokal.

e. Dapat terus bertahan dan berkelanjutan.

Perbedaan ekowisata dengan jenis wisata lainnya terdapat pada aktivitas ekowisata, yaitu menjadi bagian dari wisata alam dan memiliki keterkaitan dengan wisata budaya dan rural (kawasan pedesaan). Ekowisata bahkan tidak berhubungan langsung dengan wisata petualangan dan adventure. Tetapi, aktivitas wisatawan lebih berfokus pada pengamatan dan pemahaman mengenai alam dan budaya pada daerah yang dikunjungi, serta lebih mengutamakan fasilitas dan jasa yang disediakan oleh masyarakat setempat.

8. Segmentasi Wisatawan

Berbicara mengenai kepariwisataan, pasti tidak terlepas mengenai individu atau kelompok yang melakukan perjalanan wisata, atau dikenal dengan istilah wisatawan.

Menurut Yoeti (dalam Untari, 2011) berdasarkan asalnya, wisatawan dibagi menjadi yaitu wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara. Wisatawan nusantara adalah orang yang berdiam dan bertempat tinggal pada suatu Negara, sedangkan wisatawan mancanegara adalah orang yang melakukan perjalanan wisata yang datang ke suatu Negara lain yang bukan merupakan Negara dimana dia tinggal.

Segmentasi wisatawan merupakan karakteristik spesifik dari jenis-jenis wisatawan yang berbeda dan berhubungan erat dengan kebiasaan, permintaan, dan kebutuhan mereka dalam melakukan perjalanan.

Menurut Marpaung dan Bahar (dalam Astiti, 2017:30) wisatawan dikelompokan kedalam kategori sebagai berikut :

a. Usia

Pengelompokan wisatawan berdasarkan usia dibagi menjadi tiga, yaitu wisatawan remaja, wisatawan usia menengah, dan wisatawan usia lanjut. Pada setiap wisatawan dengan usia yang berbeda akan memiliki minat yang berbeda pula dalam melakukan perjalanan

wisata, seperti pada wisatawan remaja biasanya mengatur perjalanannya sendiri dan memiliki waktu yang relatif panjang dalam menggunakan waktu liburnya. Wisatawan memiliki kebebasan dalam menentukan minat berkunjung, serta kebebasan dalam menentukan jenis wisatanya, baik itu rekreasi atau pemandangan alam dan juga wisata budaya dengan mempelajari kesenian, tarian, dan musik lokal. Sedangkan wisatawan usia menengah biasanya tidak ada kebutuhan yang khusus, tetapi wisatawan ini selalu memiliki keinginan yang besar untuk melakukan kegiatan wisata. Selanjutnya, wisatawan usia lanjut ketika akan melakukan kegiatan wisata harus diiringi perencanaan yang matang, seperti kecocokan tempat wisata yang akan dituju dengan kemampuan fisik wisatawan. Biasanya wisatawan dengan usia lanjut menginginkan tempat wisata dengan fasilitas dan pelayanan yang nyaman dan harus ada tempat pelayanan kesehatannya.

b. Jenis Kelamin

Minat dan kebutuhan wisatawan pria hampir sama dengan wisatawan wanita, namun ada beberapa perbedaan diantaranya :

1) Wanita umumnya banyak tertarik dengan pusat perbelanjaan dan peranan wanita.

2) Wanita lebih memperhatikan masalah ketersediaan fasilitas dan pelayanan, terutama kantin.

3) Wanita lebih teliti dalam membelanjakan uangnya.

4) Dalam perjalanan wanita cenderung mudah lelah dan cepat kehilangan rasa antusias terhadap atraksi-atraksi wisata.

c. Kelompok Sosio-Ekonomi

Karakteristik wisatawan berdasarkan sosio ekonomi dibagi menjadi dua, yaitu kelompok sosio-ekonomi menengah ke bawah dan menengah ke atas.

9. Daya Tarik Wisata

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 (dalam Utama, 2017:142) daya tarik wisata bisa dijelaskan sebagai segala sesuatu yang mempunyai keunikan, kemudahan, dan nilai yang berwujud keanekaragaman, kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau kunjungan para wisatawan.

Menurut Direktoral Jendral Pemerintahan (dalam Prianti, 2017) daya tarik dibagi menjadi tiga macam, yaitu :

Berbagai bentukan alam dalam keadaan alami maupun setelah ada budi daya yang memiliki daya tarik fisik dan keindahan, dapat berpotensi digunakan sebagai landasan awal untuk menyusun berbagai konsep kepariwisataan. Potensi wisata alam dapat dibagi menjadi empat kawasan, yaitu :

1) Flora dan Fauna.

2) Keunikan dan kekhasan ekosistem, misalnya ekosistem pantai dan ekosistem hutan bakau.

3) Gejala alam, misalnya kawah gunung, sumber air panas, air terjun, dan danau.

4) Budidaya sumber daya alam, misalnya sawah, perkebunan, perternakan, dan usaha perikanan.

b. Daya Tarik Wisata Sosial Budaya

Daya tarik wisata sosial budaya dapat dimanfaatkan dan dikembangkan sebagai objek dan daya tarik wisata meliputi museum, peninggalan sejarah, upacara adat, seni pertunjukkan, dan kerajinan.

c. Daya Tarik Wisata Minat Khusus

Daya tarik wisata minat khusus merupakan jenis wisata yang baru dikembangkan di Indonesia. Wisata ini lebih diutamakan pada wisatawan yang mempunyai motivasi khusus dalam berwisata.

Dengan demikian, biasanya para wisatawan harus memiliki keahlian, misalnya berburu, mendaki gunung, arung jeram, tujuan pengobatan, argowisata, ekowisata, dan lain-lain.

Daya tarik daerah untuk tujuan wisata akan mampu menarik wisatawan untuk mengunjunginya jika memenuhi syarat-syarat untuk pengembangan daerahnya. Menurut Maryani (dalam Utama, 2017:144) beberapa syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut :

a. Daya Tarik yang Dapat Disaksikan (What to See)

Hal ini mengisyaratkan bahwa pada daerah harus ada sesuatu yang menjadi daya tarik wisata, atau suatu daerah mestinya mempunyai daya tarik yang khusus dan atraksi budaya yang bisa dijadikan sebagai hiburan bagi wisatawan. Apa yang disaksikan dapat terdiri dari pemandangan alam, kegiatan, kesenian, dan atraksi budaya.

b. Aktivitas Wisata yang Dapat Dilakukan (What to Do)

Hal ini mengisyaratkan bahwa di tempat wisata dapat menyaksikan sesuatu yang menarik, wisatawan juga disediakan fasilitas rekreasi yang bisa membuat para wisatawan betah untuk tinggal lebih lama ditempat tujuan wisata.

c. Sesuatu yang Dapat Dibeli (What to Buy)

Hal ini mengisyaratkan bahwa tempat tujuan wisata mestinya menyediakan beberapa fasilitas penunjang untuk berbelanja

terutama barang souvenir dan kerajinan warga sekitar yang bisa berfungsi sebagai oleh-oleh untuk dibawa pulang ke tempat asal wisatawan.

d. Alat Transportasi (What to Arrive)

Di dalamnya termasuk bagaimana kita mengunjungi daya tarik wisata tersebut, kendaraan apa yang digunakan dan berapa lama wisatawan tiba ke tempat tujuan wisata yang akan dituju.

e. Penginapan (Where to Stay)

Wisatawan memerlukan tempat tinggal sementara untuk mereka berlibur. Oleh karena itu, daerah tujuan wisata perlu mempersiapkan penginapan.

10. Minat Berkunjung

Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi, maka perusahaan dituntut untuk memiliki strategi yang efektif dan efisien untuk menarik wisatawan datang berkunjung. Selain itu para wisatawan saat ini sebelum memutuskan untuk berkunjung ke destinasi tertentu, mereka mengakses berbagai informasi terlebih dahulu.

Teori minat berkunjung dianalogikan sama dengan minat beli. Menurut Kotler (dalam Aprilia et al., 2015:24) minat sebagai dorongan, motivasi rangsangan internal yang kuat yang memotivasi tindakan, dimana dorongan ini dipengaruhi oleh stimulus dan perasan

positif akan produk atau jasa. Menurut Fishbein dan Ajzen (dalam Sari, 2012), intention (minat) adalah sebuah rencana atau sepertinya

Dokumen terkait