• Tidak ada hasil yang ditemukan

HAK DAN KEWAJIBAN YANG DIDAPAT OLEH ANAK DIBAWAH UMUR DARI PERKAWINAN CAMPURAN

YANG LAHIR DARI PERKAWINAN CAMPURAN

A. Latarbelakang lahirnya UUKW.

Sebelum membicarakan masalah tentang Penerapan UUKW dalam proses pendaftaran anak yang lahir dari perkawinan campuran, maka ada baiknya juga membicarakan tentang Latarbelakang lahirnya UUKW, karena perkawinan campuran merupakan dasar dari pelaksanaan pendaftaran anak yang lahir dari perkawinan campuran untuk mendapatkan kewarganegaraan.

Warga Negara merupakan salah salah satu unsur hakiki dan unsur pokok suatu Negara. Status kewarganegaraan menimbulkan hubungan timbal balik antara warga Negara dan negaranya. Setiap warga Negara mempunyai hak dan kewajiban terhadapn negaranya. Sebaliknya, negara juga mempunyai kewajiban dalam memberikan perlindungan terhadap warga negaranya.

Sejak Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, hal ihwal kewarganegaraan diatur dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1946 Tentang Warga Negara dan Penduduk Negara. Undang-Undang tersebut kemudian diubah dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1947 Tentang Perubahan Undang- Undang Nomor 3 Tahun 1946 dan kemudian diubah lagi dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1947 Tentang Memperpanjang Waktu untuk Mengajukan Pernyataan Berhubungan dengan Kewargaan Negara Indonesia. Selanjutnya, hal ihwal kewarganegaraan terakhir diatur dengan Undang-Undang Nomor 62 Tahun

1958 Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia dan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1976 Tentang Perubahan Pasal 18 Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia.

Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 tersebut secara filosofis, yuridis dan sosiologis sudah tidak sesuai dengan perkembangan masyarakat dan ketatanegaraan Republik Indonesia.

Secara filosofis, undang-undang tersebut masih mengandung ketentuan- ketentuan yang belum sejalan dengan falsafah Pancasila yang antara lain yaitu karena masih bersifat diskriminatif, kurang menjamin pemenuhan hak asasi dan persamaan antar warga Negara, serta kurang memberikan perlindungan terhadap perempuan dan anak-anak.

Secara yuridis, landasan konstitusional pembentukan undang-undang tersebut adalah Undang-Undang Dasar Sementara Tahun 1950 yang sudah tidak berlaku lagi sejak keluarnya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang menyatakan agar kembali kepada Undang-Undang Dasar 1945. Dalam perkembangannya, Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 telah mengalami perubahan yang lebih menjamin perlindunagn hak asasi manusia dan hak warga Negara.

Secara sosiologis, undang-undang tersebut sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan dan tututan masyarakat Indonesia sebagai bagian dari masyarakat Internasional dalam pergaulan global, yang menghendaki adanya persamaan

perlakuan dan kedudukan warga Negara di hadapan hukum serta adanya kesetaraan dan keadilan gender.

Sebagaimana yang telah dijelaskan, maka berdasarkan pertimbangan perlu dibentuk suatu undang-undang kewarganegaraan yang baru sebagai pelaksanaan Pasal 26 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang memberikan amanat agar hal-hal mengenai warga Negara dan penduduk diatur dengan suatu undang-undang.

Untuk memenuhi tuntutan masyarakat dan melaksanakan amanat Undang- Undang Dasar Negara Tahun 1945 yang sebagaimana telah disebutkan di atas, Undang-Undang Kewarganegaraan tersebut harus memperhatikan asas-asas kewarganegaraan umum atau universal yang antara lain yaitu asas ius sanguinis,

ius soli dan campuran. Adapun asas-asas yang dianut didalam penjelasan UUKW,

adalah sebagai berikut :

1. Asas ius sanguinis (law of the blood) adalah asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan keturunan, bukan berdasarkan Negara tempat kelahiran.

2. Asas ius soli (law of the soli) secara terbatas adalah asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan negara tempat kelahiran, yang diberlakukan terbatas bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam UUKW.

3. Asas kewarganegaraan tunggal adalah asas yang menentukan satu kewarganegaraan bagi setiap orang.

4. Asas kewarganegaraan ganda terbatas adalah asas yang menentukan kewarganegaraan ganda bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam UUKW.

Sementara itu, dalam UUKW baru tersebut, tidak mengenal kewarganegaraan ganda (bipatride) ataupun tanpa kewarganegaraan (apatride). Sedangkan untuk “kewarganegaraan ganda yang diberikan kepada anak-anak dalam UUKW merupakan suatu pengecualian”.65

Selain asas yang telah diutarakan di atas, maka ada beberapa asas khusus yang juga menjadi dasar penyusunan berdasarkan penjelasan dari UUKW antara lain, yaitu :

1. Asas kepentingan nasional adalah asas yang menentukan bahwa peraturan kewarganegaraan mengutamakan kepentingan nasional Indonesia, yang bertekad mempertahankan kedaulatannya sebagi Negara kesatuan yang memiliki cita-cita dan tujuannya sendiri.

2. Asas perlindungan maksimum adalah asas yang menentukan bahwa pemerintah wajib memberikan perlindungan penuh kepada setiap Warga Negara Indonesia dalam keadaan apapun baik di dalam maupun di luar negeri.

3. Asas persamaan di dalam hukum dan pemerintahan adalah asas yang menentukan bahwa setiap Warga Negara Indonesia mendapatkan perlakuan sama di dalam hukum dan pemerintahan.

4. Asas kebebaran substantive adalah prosedur pewarganegaraan seseorang tidak hanya bersifat administratif, tetapi juga disertai substansi dan syarat- syarat permohonan yang dapat dipertanggung-jawabkan kebenarannya. 5. Asas non-diskriminatif adalah asas yang tidak membedakan perlakuaan

dalam segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga Negara atas dasar suku, ras, agama, golongan, jenis kelamin dan gender.

6. Asas pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia adalah asas yang dalam segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga Negara harus menjamin, melindungi, dan memuliakan hak asasi manusia pada umumnya dan hak warga Negara pada khususnya.

65

7. Asas keterbukaan adalah asas yang menentukan bahwa dalam segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga Negara harus dilakukan secara terbuka.

8. Asas publisitas adalah asas yang menentukan bahwa seseorang yang memperoleh atau kehilangan kewarganegaraan Republik Indonesia diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia agar masyarakat mengetahuinya.

Sebagaimana yang telah diuraikan, maka Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia yang diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1976 Tentang Perubahan Pasal 18 Undang- Undang Nomor 62 Tahun 1958 Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia dicabut dan dinyatakan tidak berlaku digantikan dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006. Selain itu semua peraturan perundang-undangan sebelumnya yang mengatur mengenai Kewarganegaraan, dengan sendirinya tidak berlaku karena tidak sesuai dengan prinsip-prinsip yang diamanatkan peraturan perundang-undangan yang baru tersebut, antara lain :

1. Undang-Undang tanggal 10 Pebruari 1910 Tentang Peraturan Tentang Kekaulanegaraan Belan Bukan Belanda (Stb. 1910-296 jo, 27-458).

2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1946 Tentang Warga Negara, Penduduk Negara jouncto Undang-Undang No. 6 Tahun 1947 jouncto Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1947 jouncto Undang-Undang Nomor 11 Tahun1948.

3. Persetujuan Persetujuan Perihal Pembagian Warga Negara antar Republik Indonesia Serikat dan Kerajaan Belanda (Lembaran Negara Tahun 1950 Nomor 2).

4. Keputusan Presiden Nomor 7 Tahun 1971 Tentang Pernyataan Digunakannya Ketentuan-Ketentuan Dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1946 Tentang Warga Negara dan Penduduk Negara Republik Indonesia untuk Menetapkan Kewarganegaraan Republik Indonesia bagi Penduduk Irian Barat.

5. Peraturan perundang-undangan lain yang berkaitan dengan Kewarganegaraan.

B. Penerapan Prosedur Pendaftaran Kewarganegaraan Anak yang Lahir

dari Perkawinan Campuran

“Setiap negara berwenang menentukan siapa-siapa yang menjadi warga

negaranya, dalam hal ini setiap negara memiliki kedaulatan. Negara tidak terikat oleh negara lain dalam menentukan kewarganegaraan Negara lain juga tidak berhak menentukan atau turut campur dalam menentukan kewarga negaraan suatu negara”. 66

Negara Indonesia telah menentukan siapa-siapa yang menjadi warganegara Indonesia, dalam Pasal 26 Undang-undang Dasar 1945, sebagai berikut :

66

1. Yang menjadi warganegara adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengn Undang-undang sebagai warga negara.

2. Penduduk adalah warga negara Indonesia an orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia.

3. Hal-hal mengenai warga negara dan penduduk diatur dengan undang- undang.

Dapat disimpulkan bahwa orang-orang yang dapat menjadi warga negara Indonesia adalah :

a. Orang-orang bangsa Indonesia Asli.

adalah warga negara yang dulunya pada zaman Belanda digolongkan sebagai golongan penduduk Bumi putra. selain itu orang menjadi warganegara Indonesia karena Naturalisasi dapat pula dianggap sebagai orang Indonesia asli, apabila mereka secara turun temurun bertempat tinggal di Indonesia, bersikap dan berpikir secara Indonesia, setia kepada Negara Republik Indonesia, falsafah Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.

b. Orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang menjadi warganegara.

merupakan orang peranakan Belanda, Tionghoa, peranakan Arab dan juga WNA lainnya bertempat tinggal di Indonesia, mengakui Indonesia sebagai tanah airnya dan bersikap setia kepada negara kesatuan Republik Indonesia.

Berdasarkan Pasal 26 ayat (2) Undang-undang Dasar 1945 dinyatakan “bahwa penduduk negara Indonesia terdiri atas 2 (dua) yaitu : warganegara dan orang asing”, namun demikian, dalam menentukan kewarganegaran seseorang,

maka negara tidak boleh melanggar “general principles” atau asas-asas umum hukum internasional tentang kewarganegaraaan, sebagai berikut :

1. “Suatu negara tidak boleh memasukan orang-orang yang sama sekali tidak ada hubungan sedikit pun dengan negara yang bersangkutan sebagai warganegaranya, misalnya; Indonesia bebas menentukan siapa yang akan menjadi warganegara, tetapi Indonesia tidak dapat menyatakan bahwa semua orang yang ada di kutub selatan ada juga warga negaranya.

2. Suatu Negara tidak boleh menentukan kewarganegaraan berdasarkan unsur- unsur primordial yang dirasakan bertentangan dengan general principles, misalnya; Indonesia tidak dapat menyatakan bahwa yang dapat menjadi warga ngara Indonesia adalah orang yang beragama islam saja atau orang dari suku batak saja”.67

Warganegara Indonesia Pasal 4 UUKW adalah :

3. “Setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan dan/atau berdasarkan perjanjian Pemerintah Republik Indonesia dengan negara lain sebelum Undang-undang ini berlaku sudah menjadi Warga Negara Indonesia;

4. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu Warga Negara Indonesia;

5. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seseorang ayah Warga Negara Indonesia dan ibu Warga Negara Asing;

6. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah Warga Negara Asing dan ibu Warga Negara Indonesia.

7. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga Negara Indonesia, tetapi ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan atau hukum negara asal ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan atau hukum negara asal ayahnya tidak memberikan kewarganegaraan kepada anak tersebut; 8. Anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 (tiga ratus) hari setelah ayahnya

meninggal dunia dari perkawianan yang sah dan ayahnya Warga Negara Indonesia;

9. Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang Warga Negara Indonesia;

10. Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga Negara Asing yang diakui oleh seorang ayah Warga Negara Indonesia sebagai anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak terseb berusia 18 (delapan belas) tahun atau belum kawin;

11. Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada waktu lahir tidak jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya;

67

12. Anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah negara Republik Indonesia selama ayah dan ibunya tidak diketahui;

13. Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia apabila ayah dan ibunya tidak mempunyai kewarganegaraan atau tidak diketahui keberadaannya;

14. Anak yang dilahirkan di luar wilayah negara Republik Indonesia dari seseorang ayah dan ibu Warga Negara Indonesia yang karena ketentuan dari negara tempat anak tersebut dilahirkan memberikan kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan;

15. Anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan kewarganegaraanya, kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia sebelum mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia”.

Dalam praktek yang terjadi sehari-hari yang menjadi persoalan kewarganegaraan justru ketika perkawinan akan dilangsungkan, karena pria maupun istri berbeda kewarganegaran yaitu WNI dengan WNA, sehingga diperlukan suatu peraturan-peraturan hukum untuk menyelesaikan hal tersebut, yang pelaksanaan perkawinan campuran di Indonesia diterapkan dalam Pasal 2 angka 2 Undang-undang Perkawinan, perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undang yang berlaku”.

Syarat-syarat yang ditentukan dalam Perkawinan yang berlaku bagi perkawinan campuran karena adanya perbedaan kewarganegaraan, yaitu :

1. Perkawinan harus didasarkan atas persetujuan kedua calon mempelai.

2. Untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum memcapai umur 21 (dua puluh satu) tahun, harus mendapat izin kedua orang tua.

3. Bila salah seorang dari kedua orang tua telah meninggal dunia atau dalam keadaan tidak mampu menyatakan kehendaknya, maka izin diperoleh dari orang tua yang masih hidup atau dari orang tua yang mampu.

4. Bila orang tua telah meninggal dunia atau dalam keadaan tidak mampu untuk menyatakan kehendaknya, maka izin dapat diperoleh dari wali, orang yang memelihara atau keluarga yang mempunyai hubungan darah.

5. Dalam hal ada perbedaan pendapat antara orang-orang yang tersebut dalam nomor 2, 3 dan 4, atau salah seorang atau lebih di antara mereka tidak menyatakan pendapatnya, maka Pengadilan dalam daerah hukum tempat tinggal orang yang akan melangsungkan perkawinan atas permintaan orang tersebut dapat memberikan izin.

6. Perkawinan hanya diizinkan jika pria sudah mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 (enam belas) tahun.

Sebagaimana yang telah disebutkan di atas, menurut Pasal 59 ayat 2 Undang-undang Perkawinan tentang syarat perkawinan yang bersifat umum, maka dapat dilihat beberapa tata cara pelaksanaan perkawinan campuran di Indonesia yang menganut prinsip domisili dan prinsip nasionalitas yang dianggap sah, apabila memenuhi kriteria, yaitu :

a. Perkawinan campuran yang dilangsungkan di Indonesia dilakukan menurut ketentuan Undang-undang Perkawinan, maka dapat dikatakan bahwa pasal tersebut mengandung ketentuan prinsip domisili, karena berlaku ketentuan hukum Indonesia walaupun salah satu pihak dalam perkawinan tersebut adalah pihak warga Negara asing.

b. Perkawinan campuran tidak dapat dilangsungkan sebelum terbukti bahwa syarat-syarat perkawinan yang ditentukan oleh hukum yang

berlaku bagi pihak masing-masing telah terpenuhi. Dari pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa ketentuan tersebut mengandung prinsip nasionalitas (personalitas), karena disamping harus tunduk pada ketentuan yang berlaku di Indonesia, juga yang bersangkutan harus memenuhi ketentuan hukum yang berlaku dari negara asal salah satu calon mempelai dari perkawinan tersebut.

Dalam hal perkawinan campuran, anak juga menjadi permasalahan untuk mendapat kewarganegaraan Republik Indonesia pada peraturan Perundang- undangan dulu yaitu Undang-undang Nomor 62 Tahun 1958 tentang Kewarganegaraan, tetapi setelah keluarnya Undang-undang UUKW nomor 12 tahun 2006 yang berlaku mulai diterapkan pada tanggal 5 Oktober 2006 dan Peraturan Menteri Hukum dan hak asasi manusia Republik Indonesia Nomor M.01-HL.03.01 tahun tentang Tata cara pendaftaran memperoleh kewarganegaran Republik Indonesia (selanjutnya disebut Permen Daftar).

Bila dibandingkan dengan Pasal 5 Undang-undang Nomor 62 tahun 1958 tentang Kewarganegaran, menyatakan :

(1). Kewarganegaraan Republik Indonesia karena pewarganegaraan diperoleh dengan

berlakunya keputusan Menteri Kehakiman yang memberikan pewarganeraan itu.

(2). Untuk mengajukan permohonan pewarganegaraan pemohon harus : a. Sudah berumur 21 tahun.

b. Lahir dalam wilayah Republik Indonesia, atau pada waktu mengajukan permohonan bertempat tinggal dalam daerah itu selama sedikit-sedikitnya 5 (lima) tahun berturut-turut yang paling akhir atau sama sekali selama 10 tahun tidak berturut-turut;

d. Cukup dapat berbahasa Indonesia dan mempunyai sekedar pengetahuan tentang sejarah Indonesia serta tidak pernah di hukum, karena melakukan suatu kejahatan yang merugikan Republik Indonesia;

e. Dalam keadaan sehat rohani dan jasmani;

f. Membayar pada kas Negeri uang sejumlah antara Rp. 500,- sampai Rp. 10.000,- yang ditentukan besarnya oeh jawatan Pajak tempat tinggal berdasarkan penghasilannya tiap bulan yang nyata dengan ketentuan tidak boleh melebihi penghasilan nyata sebulan;

g. Mempunyai mata pencarian yang tetap;

h. Tidak mempunyai kewarganegaraan, atau kehilangan kewarganegaraannya apabila ia memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia atau menyertakan pernyataan menanggalkan kewarganegaraan lain menurut ketentuan hukum dari negara asalnya atau menurut ketentuan hukum perjanjian penyelesaian dwikewarganegaraan antara Republik Indonesia dan negara yang bersangkutan;

(3). Permohonan untuk pewarganegaraan harus disampaikan dengan tertulis dalam bahasa Indonesia dan dibubuhi meterai kepada Menteri Kehakiman melalui Pengadilan Negara atau Perwakilan Republik Indonesia dari tempat tinggal pemohon.

Dengan UUKW yang baru, anak yang dapat mengajukan sebagai WNI melalui pejabat atau perwakilan RI kepada Menteri , sebagai berikut:

1. Anak yang lahir dari perkawian yang sah dari Perkawinan campuran. 2. Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari ibu WNA yang diakui

oleh ayah WNI sebagai anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak tersebut berusia 18 (delapan belas) atau belum kawin.

3. Anak yang dilahirkan di luar Wilayah negara Republik Indonesia dari seorang ayah WNA dan ibu WNI, yang karena ketentuan dari negara tempat anak dilahirkan memberikan kewarganegaraan kepada anak tersebut.

4. Anak WNI yang lahir di luar perkawinan yang sah, belum berusia 18 (delapan belas) tahun dan belum kawin diakui secara sah oleh ayah WNA. 5. Anak WNI yang belum berusia 5 (lima) tahun diangkat secara sah sebagai

anak oleh WNA berdasarkan penetapan pengadilan.

Pelaksanaan Pendaftaran di Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia untuk memperoleh WNI bagi Anak, sebagai berikut :

1. Pendaftaran untuk memperoleh Kewarganegaran Indonesia bagi anak dilakukan oleh salah seorang tua atau walinya dengan permohonan secara tertulis dalam bahasa Indonesia, diajukan kepada Menteri melalui Kepala Perwakilan Republik Indonesia.

2. Permohonan pendaftaran harus melengkapi syarat-syarat pendaftaran permohonan kewarganegaraan untuk anak-anak, adalah sebagai berikut : a. Fotokopi kutipan akta kelahiran anak yang disahkan oleh pejabat yang

berwenang atauperwakilan Repbublik indonesia.

b. Surat pernyatan dari orang tua atau wali bahwa anak belum kawin.

c. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk atau paspor orang tua anak yang masih berlaku yang disahkan oleh pejabat yang berwenang atau perwakilan Republik Indonesia.

d. Pasphoto anak terbaru berwarna ukuran 4X6 cm sebanyak 6 (enam) lembar.

e. Fotokopi kutipan akta perkawinan/buku nikah atau kutipan akte perceraian/ surat talak / perceraian, akta keterangan / kutipan akte

kematian salah seorang dari orang tua anak yang disahkan oleh pejabat yang berwenang atau perwakilan Republik Indonesia bagi anak yang lahir dari perkawinan yang sah.

f. Fotokopi kutipan akta pengakuan penetapan pengadilan tentang pengangkatan anak yang disahkan oleh pejabat yang berwenang atau perwakilan Republik Indonesia bagi anak-anak yang diakui atau diangkat. g. Fotocopi Kartu Tanda Penduduk warga negara asing yang disahkan oleh

pejabat yang berwenang bagi anak yang sudah berusia 17 tahun dan bertempat tinggal diwilayah Republik Indonesia.

h. Fotokopi kartu keluarga orang tua yang disahkan oleh pejabat yang berwenang bagi anak yang belum wajib memiliki Kartu Tanda Penduduk yang bertempat tinggal di wilayah negara Republik Indonesia. (lihat lampiran I).

3. Menteri memeriksa kelengkapan permohonan pendaftaran dalam waktu 14 (empat belas) hari terhitung sejak tanggal permohonan pendaftaran diterima, bila belum lengkap (lihat lampiran II).

4. Jika permohonan telah lengkap, Menteri menetapkan keputusan memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia dalam waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hati kerja terhitung sejak permohonan pendaftaran diterima dari Pejabat atau perwakilan Republik Indonesia kepada orang tua atau wali anak yang memohon pendaftaran paling lambat 14 (empat belas) hari kerja terhitung sejak Keputusan Menteri diterima. (lihat lampiran III)

Bila anak belum memiliki paspor Republik Indonesia, namun telah mendapat SK WNI dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, pihak Imigrasi nantinya tetap akan memperlakukan anak hasil kawin campur ini seperti WNI lainnya. “Caranya, paspor asing tersebut akan di stempel tanda khusus oleh kantor Imigrasi yang menandakan dia adalah subyek dari Pasal 41 UU Nomor 16 Tahun 2006”. 68

Paspor ini akan berlaku sampai anak berusia 18 tahun atau sudah menikah. Begitu usia mereka lebih dari 18 tahun, maka “mereka wajib memilih kewarganegaraan RI atau asing. Jika memilih RI, maka paspor RI pun bisa terus diterbitkan. Namun kalau memilih menjadi WNA, maka Republik Indonesia tidak akan terbitkan lagi paspor untuk m ”.69

Untuk orang yang hilang kewarganegaraannya yang bertempat tinggal diluar wilayah negara Republik Indonesia selama 5 (lima) tahun atau lebih tidak melaporkan diri kepada Perwakilan Republik Indonesia, sebelum Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia diundangkan dapat memperoleh kembali kewarganegaraannya dengan mendaftarkan diri di Perwakilan Republik Indonesia dalam waktu paling lambat 3 (tiga) tahun sejak Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang

ereka

68

Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia, Sah Jadi WNI, Anak Hasil Kawin Campur Bisa

Peroleh Paspor RI,

http://www.depkumham.go.id/xdephukhamweb/xberita/xumum/kawin+campur. html, 12 Oktober 2006.

69

kewa

Permohonan pendaftaran diri diajukan secara

harus melengkapi syarat-syarat bagi yang ingin

akte kelahiran dan Kartu Tanda Penduduk Warga

wa pemohon telah bertempat tinggal di Indonesia rganegaraan Republik Indonesia diundangkan, sepanjang tidak mengakibatkan kewarganegaraan ganda.

Pelaksanaan Pendaftaran di Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia untuk memperoleh WNI bagi Anak, sebagai berikut :

1. WNI yang bertempat tinggal diluar wilayah negara Republik selama 5 (lima) tahun atau lebih yang tidak melaporkan diri kepada Perwakilan Republik Indonesia, dan

tertulis dalam bahasa Indonesia kepada perwakilan Republik Indonesia tempat tinggal pemohon.

2. Permohonan pendaftaran

memperoleh kewarganegaran untuk orang dewasa (lihat lampiran IV), adalah sebagai berikut :

a. Fotokopi kutipan akta kelahiran pemohon yang disahkan oleh pejabat yang berwenang.

b. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk atau surat keterangan bertempat tinggal pemohon yang disahkan oleh pejabat yang berwenang.

c. Fotokopi kutipan

Negara Indonesia suami atau isteri pemohon yang disahkan pejabat yang berwenang.

d. Fotokopi kutipan akte perkawinan/buku nikah pemohon dan suami atau istri yang disahkan oleh pejabat yang berwenang.

e. Surat Keterangan dari kantor Imigrasi di tempat tinggal pemohon yang

Dokumen terkait