• Tidak ada hasil yang ditemukan

LDBI (LOMBA DEBAT BAHASA INDONESIA) DIES NATALIS XXIX UNDIKSHA

DIES NATALIS XXIX UNDIKSHA TAHUN 2022

LDBI (LOMBA DEBAT BAHASA INDONESIA) DIES NATALIS XXIX UNDIKSHA

TAHUN 2022

Latar Belakang

Lomba Debat, Pembuka Wawasan

Di Persia ada seorang pemuda gagah dengan reputasi keilmuan yang moncer. Usianya baru tiga puluh lima, akan tetapi reputasi dan kecemerlangan ilmunya di bidang bahasa dan tata gramatika Arab sangat kondang di seantero negeri. Pemuda potensial ini terkenal menjadi garda depan kajian bahasa Mazhab Basrah. Setahun sebelum kematiannya, kepopuleran si pemuda sampai juga ke telinga Raja Harun Ar-Rasyid di Baghdad, Irak. Keluarga Barmaki yang kebetulan ada di lingkaran kekuasaan mengusulkan kepada khalifah untuk mengundang secara khusus pemuda itu guna berdebat dengan ilmuwan-ilmuwan bahasa garda depan Mazhab Kufah.

Perlu diketahui bahwa salah satu hobi raja-raja dinasti Abbasiyah adalah mengadu ilmuwan untuk berdebat. Bahkan diceritakan bahwa raja-raja dinasti Abbasiyah menyediakan teater khusus yang dijadikan arena perdebatan bergengsi masa itu. Ilmu diadu dengan ilmu.

Retorika dihadapkan dengan retorika. Argumentasi saling tindih. Demikianlah yang menjadi tradisi. Di hari yang ditentukan, pemuda bernama lengkap ‘Amr ibn ‘Utsman ibn Qanbar atau yang masyhur dijuluki dengan Imam Sibawaih tersebut datang ke arena perdebatan. Tidak tanggung-tanggung, sang pemuda datang sendirian dan berhadapan dengan sebuah regu ilmuwan yang terdiri dari tiga orang: Al-Kisa’i, Al-Farra’ dan Khalaf al-Ahmar. Kecuali Khalaf al-Ahmar, dua penantang memiliki usia yang sudah cukup lanjut, setingkat usia menjelang pensiun.

Perdebatan antar-dua kelompok ini kemudian hari menjadi sejarah yang sangat populer di kalangan ilmuwan ahli bahasa dan tata gramatika Arab. Meskipun adu argumen kedua kelompok berimbang, perdebatan berakhir di tangan kadi kerajaan yang putusannya memenangkan pihak penantang yang terdiri tiga orang tersebut. Keputusan yang belakangan dinilai sangat politis karena ada unsur ketidakadilan di dalamnya. Sejarah perdebatan itu dikenal dengan perdebatan Mazhab Bashrah dan Mazhab Kufah dan direkam dengan sangat bagus oleh Ibnu Hisyam dalam kitab Mughni Labib yang diterbitkan pada abad ke-8. Hal yang sama juga pernah dialami Imam Syafi’i. Ia berdebat semalaman dengan murid Imam Hanafi bernama Muhammad Ibnu Hasan asy-Syaibani. Adu argumentasi dan juga analisis ilmiah berhamburan dalam perdebatan itu.

Bahkan Imam Syafi’i diceritakan meninggal beberapa hari setelah menjalani perdebatan yang melelahkan dengan seorang ahli fikih dari Mazhab Maliki bernama Asyhab al-Qaisi. Lantaran kesal dan jengkel dengan perdebatan yang sengit itu, Asyhab diceritakan menggebrak meja dan melempar Imam Syafi’i dengan sebuah kunci. Ulama Nusantara Juga Kerap Berdebat Jauh setelah ulama-ulama moncer di masa keemasan Islam tersebut berdebat secara sengit, di Nusantara kita juga mengenal tradisi perdebatan yang demikian hidup. Kiai Hasbullah Salim,

3

ulama kondang asal Rembang yang hijrah ke Jombang dalam sebuah episode kehidupan dan perjalanan intelektualnya, pernah bermujadalah atau berdebat secara terbuka dengan pimpinan aliran baru yang berasal dari seberang desanya. Aliran itu bernama Darul Hadis. Pimpinannya bernama Abu Hasan Ubaidah. Gerakan ini kemudian hari berganti nama menjadi Islam Jemaah yang difatwa sesat oleh Majelis Ulama Indonesia. Kiai Hasbullah Salim hidup di era 1950-an, jauh sebelum MUI lahir. Menurut Abdurrahman Wahid dalam salah satu esainya yang terkumpul di buku Melawan Melalui Lelucon (2000), Kiai Hasbullah yang ahli fikih ini menyampaikan undangan debat terbuka kepada Abu Hasan Ubaidah di atas mimbar yang disaksikan khalayak ramai. Perdebatan berlangsung dua kali dengan kemenangan di tangan Kiai Hasbullah. Bagi Kiai Hasbullah, perbedaan yang dijembatani dengan dialog dan debat justru semakin memperkaya wawasan umat (hlm. 89). Demikian pula yang terjadi pada A. Hassan dari Persis yang berdebat dengan Ahmadiyah pada 1933. Pihak Ahmadiyah diwakili Maulana Rahmat Ali. Seperti diungkap Jacqueline Hicks dalam "Heresy and Authority: Understanding the Turn against Ahmadiyah in Indonesia" yang dimuat di jurnal South East Asia Research (Vol. 22, 2014), tema perdebatan seputar isu “Hidup dan Matinya Nabi Isa” dan dilakukan sebanyak tiga kali. Pertama di Bandung yang disaksikan tidak kurang dari seribu orang. Sementara debat kedua diselenggarakan- di Batavia dan dihadiri sekitar dua ribu pasang mata.

Penguji Kedewasaan Umat Tradisi berdebat dan adu argumen merupakan salah satu di antara dua alat penguji kealiman seseorang dalam tradisi Islam. Selain perdebatan, Islam mengenal tradisi uji transmisi atau sanad. Kualifikasi kealiman bukan saja diuji dari kepiawaian berargumentasi, namun lebih dari itu diuji dengan ketersambungan transmisi keilmuan. Tradisi perdebatan juga merupakan tradisi intelektual Islam. Dengan perdebatan, katub-katub ketidakpahaman yang menyumbat cara pandang bisa terbuka dan membuat khalayak semakin tercerahkan. Juga bisa memupuk kedewasaan. Soal yang disebut belakangan adalah salah satu efek terpenting yang dihasilkan dari tradisi perdebatan yang baik. Kedewasaan umat bisa diukur salah satunya melalui seberapa lapang menerima perbedaan. Dan untuk menumbuhkan sikap kedewasaan, tidak ada jalan lain kecuali terus membangun tradisi perdebatan yang dialogis, bukan monologis. Mirip ungkapan “pelaut yang tangguh tidak terlahir dari lautan yang teduh”, umat yang dewasa tidak tumbuh dari iklim yang tidak biasa berdebat dan menerima pandangan-pandangan-berbeda.

(sumber: "Sejarah & Tradisi Debat dalam Islam: dari Basrah sampai Jombang", https://tirto.id/dnEq)

Pengertian Debat

Pengertian debat jika diartikan secara umum, maka dapat diartikan sebagai strategi dalam adu pendapat/argument/ide/pemikiran/sikap/pandangan agar pendapat atau argumen yang kita miliki tidak dipatahkan oleh lawan. Bisa juga debat diartikan sebagai mengajukan usul dan mempertahankan usulan tersebut agar tetap digunakan oleh pihak-pihak tertentu. Pengertian debat sebenarnya memiliki banyak sekali perspektif. Bahkan ada pendapat dari para ahli yang

4

mengartikan debat secara beragam. Salah satunya pendapat Wusu Hendrikus yang mengatakan bahwa debat adalah adu argumentasi. Adu bisa dilakukan secara individu ataupun kelompok.

Tujuan dari depat itu sendiri mencapai sebuah kemenangan satu pihak. Intinya, debat adalah mempertahankan argumen atau pendapat seseorang agar diikuti, di iyakan oleh pengikut atau orang lain.

Fungsi Debat

Adapun beberapa fungsi debat yang perlu di garis bawahi. Berikut adalah poinnya.

Membangun keterampilan berbicara dalam mengemukakan pendapat dengan baik terhadap konflik yang pro ataupun yang kontra.

Membangun daya analitis, terkait dengan kemampuan untuk membaca dan memahami lawat debat.

Membangun kemampuan dalam mengungkapkan pendapat secara logis dengan gestur sikap dan bahasa yang santun.

Merangsang kemampuan berfikir kritis

Merangkasang penelitian terhadap topik kontroversial

Menyimak dan mencari tahu sisi positif dan negatif terhadap isu tertentu

Belajar berpikir sistematis dan analitis

Belajar mengkomunikasikan hasil pemikiran pada orang lain

Meningkatkan rasa percaya diri

Meningkatkan kemampuan dalam melihat sesuatu dari sudut yang lain

Membantu menilai dan mengklariikasi pendapat orang lain

Melatih berbicara secara berkesinambungan dan lancar

Ternyata cukup banyak fungsi debat yang sebenarnya menguntungkan kita. Sayangnya, kemampuan debat memang tidak bisa dilakukan oleh semua orang loh. Hal ini karena tiap masing-masing orang memiliki mentalitas berbeda-beda.

Tujuan Lomba Debat

Membangun sebuah kasus yang disertai dengan argumen sebagi pendukung. Adapun tips dan trik cara membangun sebuah kasus dalam debat, yaitu mengikuti pertanyaan dasar yang meliputi 4W + 1H

Mengetahui kasus yang tengah terjadi di dalam masyarakat

Melatih mencari argumenasi berdasarkan data yang kuat

Mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain dan sejalan dengan argumen yang diusulkan.

Sebagai upaya untuk meningkatkan, menampilkan dan mengembangkan komunikasi verbal

Berusaha meyakinkan orang lain bahwa argumen yang kamu miliki yang paling tepat untuk diikuti, diiyakan.

5

Ciri-ciri Debat

Berbicara tentang perdebatan, memang ada banyak istilah yang mungkin tidak familiar buat kamu. Di sana terdapat istilah yang disebut dengan topic debat atau motion da nada juga tim afirmatif yang merupakan kelompok tim pro dan kontra. Nah, saat debat, kamu juga akan bertemu dengan istilah intrupsi yang berisi pernyataan pendapat.

Barangkali ada diantara kamu yang masih binggung dengan bentuk debat, maka dibab sebelumnya kita sudah mempelari secara singkat tentang pengertian debat, fungsi dan tujuannya.

Berikut adalah ciri-ciri debat yang wajib kamu tahu juga loh. .

Debat memiliki dua sudut pandang, yaitu sudut pandang pihak afirmatif dan sudut pandang pihak negative. Dikatakan pihak afirmatif apabila orang tersebut setuju pada topik yang di debatkan. Sementara pihak negatif adalah pihak yang tidak menyetujui topi debat itu sendiri.

Terjadi adu pendapat dan argumen jika ingin mendapatkan kemenangan

Terjadi sesi tanya jawab yang bersifat menjatuhkan lawan

Tiap debat menonjolkan antara pro dan kontra

Satu sama lain saling mempertahankan argumennya masing-masing

Cara menentukan siapa pemenangnya, dapat dilakukan oleh seorang juri atau bisa juga dengan voting

Setiap terjadi perdebatan, harus ada pihak penengah atau moderator. Jika tidak ada moderator, maka bisa dikira berantem

Mengikuti prosedur dan aturan, yang mana prosedur itu bertujuan untuk melindungi sekaligus mempertahankan argumen kedua belah pihak.

Itulah beberapa ciri-ciri debat. Dari ciri di atas, maka dapat disimpulkan bahwa debat tidak dapat dilakukan secara sendiri. butuh lawan. Jika debat tanpa lawan debat, bukan disebut debat

namannya.

Unsur-unsur Debat

1. Adanya Masalah/Topik yang Diangkat

Debat tanpa masalah atau topik yang ditentukan, akan hambar rasanya. Bagaimana akan debat, jika tidak ada topik atau permasalahan yang diangkat. Istilah topic yang diangkat disebut juga dengan mosi. Dimana di dalamnya memuat pihak yang setuju dan tidak setuju dengan tema yang diangkat.

2. Tim Afirmatif atau Tim Pro

Di pembahasan di atas sudah disinggung sedikit tentang tim afirmatif atau tim pro. Ternyata tim Pro ini menjadi unsur debat yang tidak kalah penting. Nah, disinilah pihak yang pro dapat memberikan argumen kenapa mereka setuju.

6

3. Tim Negatif atau Tim Kontra

Kebalikan dari tim afirmatif, tim negative lebih menekankan pada ketidaksetujuan. Tentu saja tim oposisi akan menunjukan pertentangan terhadap topic yang disetujui oleh pihak pro dengan menyanggah argumen.

4. Moderator

Unsur yang tidak kalah penting kehadiran moderator. Kehadiran moderator sebagai penentu sebuah acara akan menarik atau garing. Tugas seorang moderator adalah mengatur debat, termasuk mengatur aturan main, mengenalkan para peserta debat.

Struktur-Struktur Debat 1. Pengenalan isu

Pengenalan isu dapat juga disebut dengan pengenalan topic. Pengenalan topic yang menarik untuk diangkat adalah topic isu yang sifatnya kontroversial di masyarakat. Jika topic tidak diangkat dari kontroversi, sulit rasanya menarik antusias audience.

2. Rangkaian argumen

Rangkaian argumen adalah pembuktian data dan fakta yang bermanfaat untuk mendukung argumen dari pedebat. Adapun ciri-ciri dari argumen, diantarannya harus relevan, sistematis, logis, jelas dan disertai dengan bukti

3. Penegasan ulang

Penegasan ulang atau yang familiar kita kenal dengan kesimpulan. Fungsi dari penegasan ulang adalah bagian akhir yang mencoba untuk membuat pernyataan akhir yang menegaskan bahwa bantahan atau pendapat pro.

Dari struktur debat di atas, semoga memberikan pemahaman dan manfaat buat kamu ya. Siapa tahu diantara dari kalian ada yang tertarik ingin menjadi orang yang jago debat

Etika debat

1. Bertanya Secara Serius

Bertanya secara serius itu penting dan menjadi bagian etika. Namannya juga debat, pasti bawaannya menegangkan dan panas. Jika pertanyaan yang diajukan terkesan guyon dan humor, maka kesan debat yang serius pun hilang.

7

2. Tidak Menyerang atau Menyinggung Kekurangan Fisik

Saat melakukan debat, sering kali kita terpancing secara emosi. Saat emosi terpancing, maka perilaku dan sikap negatif juga sering muncul. Misalnya menyinggung kekurangna fisik lawan dan semacamnya. Cara-cara seperti ini sangat dihindari.

3. Bicara Berdasarkan Data dan Fakta

Etika debat dalam pengertian debat yang ketiga adalah berbicara berdasarkan data dan fakta. Jika berbicara tanpa data dan fakta, argumen tersebut hanya omong saja. Disamping itu, juga akan menjadi kesempatan lawan untuk menyerang kamu.

4. Patuhi Aturan Main

Etika debat yang tidak kalah penting adalah mematuhi aturan main. Aturan main antara acara debat satu dengan yang lain berbeda-beda.

Jenis-jenis debat

Debat memiliki beberpa jenis atau model loh. Penting banget buat kalian mengetahui jenis-jenis tersebut. berikut adalah ulasannya.

1. Debat Parlementer

Debat parlementer atau yang familiar kita dengar dengan debat majelis (assembly or parlementery debating) adalah debat yang bertujuan untuk mendukung undang-undang yang akan dibentuk, dievaluasi atau semacamnya. Jadi debat parlementer ini lebih formal dan lebih bersifat kenegaraan.

2. Cross Examination Debating

Debat cross examinataion debating adalah debat untuk pemeriksaan ulang, tujuannya untuk mengetahui kebenaran dalam pemeriksaan yang pernah terdahulu. Umumnya debat ini disertai dengan banyak pertanyaan yang saling berkaitan satu dengan yang lain. Pertanyaan yang dilontarkan, tidak lain untuk memperkuat si penanya.

3. Formal Conventional, Or Educattional Debating

Debat ini termasuk debat formal konvensional, atau debat pendidikan yang sifatnya mengarah pada hal positif bersama. Secara pelaksanaannya, sifat debat jenis ini adalah kompetitif, karena memang tujuan akhirnya ingin mengembangkan keterampilan diantara peserta debat. Namun tetap, selama proses debat, tetap memenuhi unsur-unsur debat.

8

Dokumen terkait