• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III Latar Belakang Pertanian Karet Di Desa Rumah Sumbul

4.2 Luas Lahan

Sub bab ini membahas tentang luas lahan pertanian karet di Desa Rumah Sumbul. Luas lahan karet, terus mengalami peningkatan setiap tahunnya dengan memanfaatkan lahan hutan menjadi lahan pertanian karet. Sebagai perbandingan pada tahun 1955 luas lahan hutan di Desa Rumah Sumbul mencapai 1.800 ha terjadi pengurangan lahan dengan sistem eksploitasi besar besaran pada tahun 1985 memperkecil luas hutan menjadi berkisar 10 ha58

Utuk memperoleh gambaran tentang luas area pertanian karet di Desa Rumah Sumbul pada tahun 1955 digunakan data rata-rata luas lahan yang disajikan dalam bentuk tabel di bawah ini,

. Kondisi hutan yang tertinggal ini tidak layak untuk ditanami produk pertanian. Keadaan yang curam dan terjal menjadi bagian hutan yang tidak terjamah penduduk desa. Luas pertanian karet juga bertambah melalui penanaman dengan sistem tumpang sari dan konversi lahan.

Tab el 2

Sampel Luas Kepemilikan Lahan Pertanian Karet Desa Rumah Sumbul Tahun 1955

Nama Petani Luas Lahan(ha) Rata-Rata(ha)

Tukiman Ginting 1 ha 2,04 ha Tolap Barus 1 ha Kueh Saragih 2 ha Beras Barus 4 ha Terang Barus 2,2 ha

Sumber: Diolah Dari Wawancara dengan Tukiman Ginting, Tolap Barus, Kueh Saragih, Beras Barus, dan Terang Barus, 22 April 2015, Desa Rumah Sumbul.

58Ibid.

Dari tabel 2 diatas, menerangkan tentang jumlah keseluruhan luas lahan pada tahun 1955 sebesar 10,2 dengan rata-rata kepemilikan luas lahan sebesar 2,04 ha. Adapun luas lahan perorangan terbesar mencapai 4 ha dan terkecil sekitar 1 ha. Pada tahun 1955 jumlah petani karet sebanyak 5 KK. Maka jumlah pemilik berkisar 0,85%, dimana pada tahun 1955 penduduk berjumlah 420 jiwa. Luas lahan petani ini dapat diketahui dari jumlah lahan keseluruhan dari lima sampel dan dibagi lima. Untuk mengambil rata-rata luas keseluruhan lahan tahun 1955, jumlah petani yakni 5 KK dan dikalikan 2,04 ha. Jadi, luas lahan keseluruhan masyarakat Desa Rumah Sumbul tahun 1955 yakni: 10,2 ha. Maka dapat ditafsir bahwa luas lahan karet

masyarakat Desa Rumah Sumbul tahun 1955 yakni: 10.5 ha.59 Untuk

membandingkan luas kepemilikan lahan masyarakat tahun 1955 dengan tahun 1965, maka dibuat tabel sampel luas kepemilikan lahan pertanian karet tahun 1965 sebagai berikut:

59

Wawancara, dengan Japen Tarigan, Desa Rumah Sumbul, 26 April 2015 ; Tukiman Ginting, Desa Rumah Sumbul, 27 April 2015; Kueh Saragih, Desa Rumah Sumbul, 7 Juli 2015; Nueh Ginting, Desa Rumah Sumbul, 25 Juli 2015; Simula Br Sinuhaji, Desa Rumah Sumbul, 11 Agustus 2015.

Tab el 3

Sampel Luas Kepemilikan Lahan Pertanian Karet Desa Rumah Sumbul, Tahun 1965

Nama Petani Luas Lahan(ha) Rata-Rata(ha)

Runggun Tarigan 1,5 ha 2,2 ha Nueh Ginting 3 ha Pinter Tarigan 2 ha Simula Sinuhaji 2 ha Nini br Surbakti 2,5 ha

Sumber: Diolah Dari Wawancara dengan Runggun Tarigan, Nueh Ginting, Pinter Tarigan, Simula Br Sinuhaji, dan Nini Br Surbakti, 22 April 2015, Desa Rumah Sumbul

Dari tabel 3 diatas, jumlah keseluruhan luas lahan pada tahun 1965 sebesar 31,0% dengan rata-rata kepemilikan luas lahan sebesar 2,2 ha. Adapun luas lahan perorangan terbesar mencapai 3 ha dan terkecil sekitar 1,5 ha. Terjadi penurunan jumlah luas lahan perorangan pada tahun 1955 sebesar 4 ha menjadi 3 ha pada tahun 1965. Namun luas lahan perorangan terkecil pada tahun 1955 sebesar 1 ha mengalami peningkatan menjadi 2 ha pada tahun 1965. Pada tahun 1965 jumlah petani karet adalah 30 KK. Maka jumlah pemilik berkisar 31,0%, dimana pada tahun 1965 penduduk berkisar 665 jiwa. Lahan petani ini dapat diketahui dari jumlah lahan keseluruhan dari lima sampel dan dibagi lima. Untuk mengambil rata-rata luas keseluruhan lahan tahun 1965, jumlah lahan keseluruhan sampel dari lima sampel dibagi 5 dikali jumlah petani karet keseluruhan diperoleh hasil 2,2 x 30. Jadi, luas lahan keseluruhan masyarakat Desa Rumah Sumbul tahun 1965 yakni: 66 ha. Maka dapat ditafsir bahwa luas lahan karet masyarakat Desa Rumah Sumbul tahun 1965 yakni: 66 ha. Untuk membandingkan luas kepemilikan lahan masyarakat tahun 1965

dengan tahun 1975, maka dibuat tabel sampel luas kepemilikan lahan pertanian karet tahun 1975 sebagai berikut:

Tab el 4

Sampel Luas Kepemilikan Lahan Pertanian Karet Desa Rumah Sumbul, Tahun 1975

Nama Petani Luas Lahan(ha) Rata-Rata(ha)

Japen Tarigan 1,5 ha 2,6 ha Jam Sitepu 1,5 ha Suruhen Perangin- Angin 2 ha Jenda Br Karo 2 ha Ali Ginting 6 ha

Sumber: Diolah Dari Wawancara dengan Japen Tarigan, Nueh Ginting, Jam Sitepu, Suruhen Perangin-Angin, dan Ali Ginting, 22 April 2015, Desa Rumah Sumbul

Dari tabel 4 diatas menerangkan jumlah keseluruhan luas lahan pada tahun 1975 sebesar 43% dengan rata-rata kepemilikan luas lahan sebesar 2,6 ha. Adapun luas lahan perorangan terbesar mencapai 6 ha dan terkecil sekitar 1,5 ha. Terjadi peningkatan jumlah luas lahan perorangan pada tahun 1965 sebesar 3 ha menjadi 6 ha pada tahun 1975. Namun luas lahan perorangan terkecil pada tahun 1965 sebesar 2 ha mengalami penurunan menjadi 1,5 ha pada tahun 1975. Pada tahun 1975 jumlah petani karet adalah 350 KK. Maka jumlah pemilik berkisar 43%, dimana pada tahun 1975 penduduk berkisar 2.450 jiwa. Lahan petani ini dapat diketahui dari jumlah lahan keseluruhan dari lima sampel dan dibagi lima. Untuk mengambil rata-rata luas keseluruhan lahan tahun 1975, jumlah petani yakni 350 KK dan dikalikan 2 ,6 ha. Jadi, luas lahan keseluruhan masyarakat Desa Rumah Sumbul tahun 1975 yakni: 350

ha. Maka dapat ditafsir bahwa luas lahan karet masyarakat Desa Rumah Sumbul tahun 1975 yakni: 350 ha. Untuk membandingkan luas kepemilikan lahan masyarakat tahun 1975 dengan tahun 1985, maka dibuat tabel sampel luas kepemilikan lahan pertanian karet tahun 1985 sebagai berikut:

Tab el 5

Sampel Luas Kepemilikan Lahan Pertanian Karet Desa Rumah Sumbul, Tahun 1985

Nama Petani Luas Lahan(ha) Rata-Rata(ha)

Tukiman Ginting 2 ha 3,02 ha Dison Perangin- angin 2 ha Japen Tarigan 2,1 ha Jam Siteppu 2,5 ha Ali Ginting 6,5 ha

Sumber: Diolah Dari Wawancara dengan Tukiman Ginting, Dison Perangin-Angin, Japen Tarigan, Jam Sitepu, dan Ali Ginting, 22 April 2015, Desa Rumah Sumbul

Dari tabel 5 diatas, jumlah keseluruhan luas lahan pada tahun 1985 sebesar 94,2% dengan rata-rata kepemilikan luas lahan sebesar 3,02 ha. Adapun luas lahan perorangan terbesar mencapai 6,5 ha dan terkecil sekitar 2 ha. Terjadi peningkatan jumlah luas lahan perorangan pada tahun 1975 sebesar 6 ha menjadi 6,5 ha pada tahun 1985. Luas lahan perorangan terkecil pada tahun 1975 sebesar 1,5 ha mengalami peningkatan menjadi 2 ha pada tahun 1985. Pada tahun 1985 jumlah petani karet adalah 600 KK. Maka jumlah pemilik berkisar 94,2%, dimana pada tahun 1985 penduduk berkisar 4.340 jiwa. Lahan petani ini dapat diketahui dari jumlah lahan keseluruhan dari lima sampel dan dibagi lima. Untuk mengambil rata-

rata luas keseluruhan lahan tahun 1985, jumlah petani yakni 600 KK dan dikalikan 3,02 ha. Jadi, luas lahan keseluruhan masyarakat Desa Rumah Sumbul tahun 1985 yakni: 1812 ha. Dengan memperhatikan jumlah KK dan jumlah pemilik seperti yang terlihat dalam sub bab 4.1 dengan jumlah petani 94.2 %. Maka dapat ditafsir bahwa luas lahan karet masyarakat Desa Rumah Sumbul tahun 1985 yakni: 1812 ha. Untuk membandingkan luas kepemilikan lahan masyarakat tahun 1985 dengan tahun 1995, maka dibuat tabel sampel luas kepemilikan lahan pertanian karet tahun 1995 sebagai berikut:

Tab el 6

Sampel Luas Kepemilikan Lahan Pertanian Karet Desa Desa Rumah Sumbul, Tahun 1995

Nama Petani Luas Lahan(ha) Rata-Rata(ha)

Jenda Br Karo 1,1 ha 2,16 ha Ali Ginting 4,2 ha Murni Br Sitepu 2 ha Benar Ginting 1,5 ha Jam Sitepu 1 ha

Sumber: Diolah Dari Wawancara dengan Jenda Br. Karo, Ali Ginting, Murni Br Sitepu, Benar Ginting, dan Jam Sitepu, 22 April 2015, Desa Rumah Sumbul

Dari tabel 6 diatas, jumlah keseluruhan luas lahan pada tahun 1995 sebesar 77,1% dengan rata-rata kepemilikan luas lahan sebesar 2,16 ha. Adapun luas lahan perorangan terbesar mencapai 4,2 ha dan terkecil sekitar 1 ha. Terjadi penurunan jumlah luas lahan perorangan pada tahun 1985 sebesar 6,5 ha menjadi 4 ha pada tahun 1995. Namun luas lahan perorangan terkecil pada tahun 1985 sebesar 2 ha mengalami penurunan menjadi 1 ha pada tahun 1995. Pada tahun 1995 jumlah

petani karet adalah 700 KK. Maka jumlah pemilik berkisar 77,1%, dimana pada tahun 1995 penduduk berkisar 5.467 jiwa. Lahan petani ini dapat diketahui dari jumlah lahan keseluruhan dari lima sampel dan dibagi lima. Untuk mengambil rata- rata luas keseluruhan lahan tahun 1995, jumlah petani yakni 700 KK dan dikalikan 2,16 ha. Jadi, luas lahan keseluruhan masyarakat Desa Rumah Sumbul tahun 1995 yakni: 1620 ha. Dengan memperhatikan jumlah KK dan jumlah pemilik seperti yang terlihat dalam sub bab 4.1 dengan jumlah petani 77,1 %. Maka dapat ditafsir bahwa luas lahan karet masyarakat Desa Rumah Sumbul tahun 1995 yakni: 1620 ha.

Dari rata-rata luas yang diperoleh setiap periodenya didapat besaran luas lahan karet keseluruhan dengan perbandingan terhadap luas desa sebesar 2.100 ha.

Tab el 7

Jumlah Keseluruhan Luas Lahan Karet Dengan Perbandingan Terhadap Luas Desa Rumah Sumbul 1955-1995

Tahun Jumlah Petani Rata-Rata Luas Lahan Karet (ha) Luas-Lahan Karet Keseluruhan (ha) Persentase Perbandingan Lahan Karet Dengan Lahan Desa (%) 1955 5 kk 2,04 ha 10,2 ha 0,048% 1965 30 kk 2,2 ha 66 ha 0,31% 1975 350 kk 2,6 ha 350 ha 43% 1985 600 kk 3,02 ha 1812 ha 94,2% 1995 700 kk 2,16 ha 1620 ha 77,1%

Sumber: Data Diolah dari Wawancara Japen Tarigan, Tukiman Ginting, Kueh Saragih, Nueh Ginting, Simula Br Sinuhaji

1.609 ha dengan setiap tahunnya lahan bertambah sebesar 40,5 ha. Perbandingan luas lahan karet dengan desa terbesar pada periode 1985 yakni 2.100 ha lahan desa berbanding 1812 lahan karet. Pada periode 1955 sampai 1965 terjadi peningkatan luas lahan 10,2 menjadi 66 ha. Indikasi pertambahan luas lahan pada periode ini dikarenakan hasil warisan dari keluarga penghulu terdahulu dan pertambahan luas lahan dijadikan pohon karet sebagai pembatas lahan pertanian masyarakat Desa Rumah Sumbul.

Pada periode tahun 1975 sampai 1985 kembali terjadi pertambahan luas lahan karet sebesar 94,2 % dari luas lahan desa. Pertambahan lahan karet yang terluas terjadi pada periode ini. Pada periode 1975 luas rata-rata penambahan lahan karet di Desa Rumah Sumbul sebesar 2,6 ha dengan 350 lahan keseluruhan karet. Sedangkan pada periode 1985 luas rata-rata penambahab lahan karet di desa sebesar 3,02 dengan

1812 ha. Idikasi yang menjadikan perode ini sebagai perluasan lahan karet terbesar di Desa Rumah Sumbul terjadi penanaman lahan karet pada tahun 1967 dengan isu pembenahan jalan raya yang dilakukan salah seorang mantan pegawai penerangan. Bersamaan dengan selesainya jalan pada tahun 1976, penduduk desa semakin memperluas lahan dengan membuka lahan baru melalui eksploitasi hutan. Harga yang melonjok pada periode 1985 dengan karet olah plan sheet memperluas lahan dengan pengalihan lahan palawija ke lahan karet. Lahan sebagai hasil warisan memperbanyak kepemilikan lahan karet.

sebesar 192 ha dari 1620 ha. Dengan perbandingan terhadap lahan desa sebesar 77,1%. data ini menunjukan bergesernya lahan karet ke lahan kelapa sawit. Tindakan ini bentuk kegelisahan petani terhadap persoalan harga, pohon karet sudah tua, dan budidaya karet yang tidak efektif dan efesien sehingga mendekat kepada angka kerugian yang memangkas keuntungan produksi karet. Daerah yang menjadi titik konversi lahan yakni dusun 2 dan 3.

Sebagai perbandingan terjadinya penambahan lahan karet dengan lahan desa akan dibahas melalui grafik balog di bawah ini,

Gambar 1

Perbandingan Luas Lahan Karet Dengan Lahan Desa Rumah Sumbul 1955-1999

Sumber: Data Diolah dari Wawancara Japen Tarigan, Tukiman Ginting, Kueh Saragih, Nueh Ginting, Simula Br Sinuhaji

Dari gambar di atas menerangkan tentang terjadinya penambahan luas lahan karet dalam kurun 40 tahun. Setiap tahun terjadinya penambahan luas lahan rata-rata

Periode 1955 Periode 1965 Periode 1975 Periode 1985 Periode 1995 2.100 2.100 2.100 2.100 2.100 10,2 66 780 1812 1620

sekitar 40,5 ha. Peningkatan luas lahan karet diartikan sebagai fungsi karet terhadap masyarakat semakin kompleks. Pada periode 1955 peran karet hanya sebagai pembatas lahan pertanian masyarakat sehingga luas lahan yang terpakai pada periode 1955 sampai 1965 sebesar 66 ha dengan jumlah petani karet 30 KK setara dengan 210 jiwa. Pada periode 1975 sampai 1985 terjadi perubahan luas lahan mengarah kepada penambahan luas lahan karet. Pertambahan lahan karet sebesar 1812 ha, tersisa lahan desa sekitar 288 ha. Dengan klasifikasi lahan desa yakni pemukiman 10 ha, lahan persawahan 170 ha, lahan perkuburan 3 ha, sungai 5 ha, hutan 8 ha, dan lahan pertanian lainnya 92 ha60

• Masa pohon karet sudah berada pada batas usia produktif (usia karet 20-30 tahun), sehingga terjadi penebangan pohon di lahan penduduk.

. Peningkatan luas lahan karet salah satu faktor dari hasil warisan sebagai karet tanaman turun temurun. Sedangkan periode 1995 terjadinya pengurangan lahan karet dari 1812 ha menjadi sekitar 1620. Beberapa analisa menguatkan terjadinya penurunan luas lahan karet karena:

• Adannya indikasi penurunan luas lahan dengan peralihan karet ke kelapa sawit.

• Lahan karet sebagai lahan warisan kepada keluarga yang telah merantau di luar desa, mengkonversi lahan karet ke tanaman tua lainnya, seperti pohon jati dan durian.

4.3 Jumlah Pohon

Produksi berdasarkan tingkatan harga tidak terlepas dari kualitas dan kuantitas pohon karet. Pohon karet berdasarkan kualitas di Desa Rumah Sumbul pada awal desa terbentuk terhambat dengan pemasaran dan harga tanaman palawija seperti padi yang lebih dominan mempercepat waktu transaksi pendapatan dari proses pasar.

Dampaknya pembudidayaan karet tidak terawat hanya sebagai penjaga dan pembatas lahan masyarakat. Sulitnya pemasaran produksi karet memperkecil jumlah pohon dari standarisasi yang ditentukan. Jumlah pohon dalam 1 ha berdasarkan pola tanam masyarakat Desa Rumah Sumbul berkisaran 100-120 pohon. Dengan bagian pohon pada masa produksi-aktif hanya berkisar 60-70 pohon. Bagian pohon masa pertumbuhan dan pohon berusia tua berkisar 30-45%. Perkembangan dan penambahan jumlah pohon berangsur berubah keterkaitannya dengan aspek jalan raya yang semakin kondusif dalam kemantapan infrastruktur dan pemasaran yang semakin mudah dengan budidaya yang bermutu dengan kemudahan pupuk, obatan, dan teknologi pertanian karet dengan mudah digapai penduduk desa.

Utuk memperoleh gambaran tentang jumlah pohon karet di Desa Rumah Sumbul pada tahun 1955 digunakan data rata-rata luas lahan yang disajikan dalam bentuk tabel di bawah ini,

Tab el 8

Sampel Jumlah Pohon Karet di Desa Rumah Sumbul 1955

Nama Luas Lahan

(ha) Jumlah-Pohon Keseluruhan (Pohon) Rata-Rata-Jumlah Pohon/ha Tukiman Ginting 1 ha 100 Pohon 100 Pohon

Tolap Tarigan 1 ha 88 Pohon 88 Pohon

Kueh Saragih 2 ha 176 Pohon 88 Pohon

Beras Barus 4 ha 480 Pohon 120 Pohon

Terang Barus 2,2 ha 286 Pohon 130 Pohon

Rata-rata 2.04 226 Pohon 105,2 Pohon

Sumber: Diolah Dari Wawancara dengan Tukiman Ginting, Tolap Barus, Kueh Saragih, Beras Barus, dan Terang Barus, 22 April 2015, Desa Rumah Sumbul.

Pada tabel 8 berdasarkan dari 5 sampel informan yang ada, kepemilikan pohon yang paling banyak dengan 480 pohon sedangkan kepemilikan pohon yang paling sedikit hanya 100 pohon. Rata-rata jumlah pohon sebesar 105,2 pohon dari jumlah total sebesar 1130 pohon. dapat dilihat bahwa rata-rata jumlah pohon yang ditanami oleh masyarakat di Desa Rumah Sumbul tahun 1955 yakni :1.073,04 pohon. Jumlah pohon di sini adalah jumlah rata-rata/ha di kalikan dengan luas lahan keseluruhan tahun 1955.61 Untuk melihat perbandingan jumlah pohon tahun 1955 dengan tahun 1965 maka akan dilihat pada tabel sebagai berikut:

61

Tab el 9

Sampel Jumlah Pohon Karet di Desa Rumah Sumbul 1965

Nama Luas Lahan

(ha) Jumlah Pohon Keseluruhan (Pohon) Rata-Rata Jumlah Pohon/ha

Runggun Tarigan 1,5 ha 225 pohon 150 pohon

Nueh Ginting 3 ha 600 pohon 200 pohon

Pinter Tarigan 2 ha 450 pohon 225 pohon

Simula Br Sinuhaji

2 ha 360 pohon 180 pohon

Nini Br. Surbakti 2,5 ha 750 pohon 300 pohon

Total 11 ha 2385 pohon 211 pohon

Sumber: Diolah Dari Wawancara dengan Runggun Tarigan, Nueh Ginting, Pinter Tarigan, Simula Sinuhaji, dan Nini br Surbakti, 22 April 2015, Desa Rumah Sumbul

Pada tabel 9, dapat dilihat bahwa jumlah pohon yang paling banyak dengan 600 pohon sedangkan jumlah pohon yang paling sedikit dengan 225 pohon. Rata-rata jumlah pohon sebesar 211 pohon dari jumlah total sebesar 11 ha meningkat sebesar 105,8 pohon dari priode sebelumnya.

Dapat dilihat bahwa rata-rata jumlah pohon yang ditanami oleh masyarakat di Desa Rumah Sumbul tahun 1965 yakni :14.586 pohon. Untuk melihat perbandingan jumlah pohon tahun 1965 dengan tahun 1975 maka akan dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 10

Sampel Jumlah Pohon Karet di Desa Rumah Sumbul 1975

Nama Petani Luas Lahan

(ha) Jumlah Pohon Keselruhan (Pohon) Rata-Rata Jumlah Pohon /ha

Japen Tarigan 1,5 ha 525 pohon 350 pohon

Jam Sitepu 1,5 ha 525 pohon 350 pohon

Suruhen Perangin-Angin 2 ha 800 pohon 400 pohon

Jenda Br. Karo 2 ha 600 pohon 300 pohon

Ali Ginting 6 ha 2400 pohon 400 pohon

Total 10.2 ha 4850 pohon 360 pohon

Sumber: Diolah Dari Wawancara dengan Japen Tarigan, Nueh Ginting, Jam Sitepu, Suruhen Perangin-Angin, Jenda Br. Karo dan Ali Ginting, 22 April 2015, Desa Rumah Sumbul

Pada tabel 10, dapat dilihat bahwa jumlah pohon yang paling banyak 2400 pohon sedangkan kepemilikan lahan yang paling sedikit sebanyak 525 pohon. Rata- rata luas lahan sebesar 360 pohon dari jumlah total pohon sebesar 4850 pohon meningkat sebesar 2492 pohon dari priode sebelumnya.

Dapat dilihat bahwa rata-rata jumlah pohon karet di Desa Rumah Sumbul tahun 1975 yakni 327.600 pohon. Untuk melihat perbandingan jumlah pohon tahun 1975 dengan tahun 1985 dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tab el 11

Sampel Jumlah Pohon Karet di Desa Rumah Sumbul 1985

Nama Petani Luas Lahan

(Ha) Jumlah Pohon Keseluruhan (Pohon) Rata-Rata Jumlah Pohon/ha

Tukiman Ginting 2 ha 1100 pohon 550 pohon

Dison-Prangin- Angin

2 ha 1180 pohon 590 pohon

Japen Tarigan 2,1 ha 1171.8 pohon 558 pohon

Jam Sitepu 2,5 ha 1225 pohon 490 pohon

Ali Ginting 6,5 ha 3770 pohon 580 pohon

Total 10.2 ha 8446.8 pohon 553.6 pohon

Sumber: Diolah Dari Wawancara dengan Tukiman Ginting, Dison Perangin-Angin, Japen Tarigan, Jam Sitepu, dan Ali Ginting, 22 April 2015, Desa Rumah Sumbul

Pada tabel 11, dapat dilihat bahwa kepemilikan jumlah pohon yang paling luas sebesar 3770 pohon meningkat 1370 pohon sedangkan kepemilikan pohon yang paling sedikit sebesar 1100 pohon. Rata-rata luas jumlah pohon sebesar 553.6 pohon dari jumlah total sebesar 8446.8 pohon meningkat sebesar 3596.8 pohon dari priode sebelumnya.

Dapat dilihat bahwa rata-rata jumlah pohon karet di Desa Rumah Sumbul tahun 1985 yakni 1.003.123 pohon. Untuk melihat perbandingan jumlah pohon tahun 1995 dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 12

Sampel Jumlah Pohon Karet di Desa Rumah Sumbul 1995

Nama Petani Luas Lahan

(Ha) Jumlah Pohon Keseluruhan (Pohon) Rata-Rata Jumlah Pohon/ha Jenda Br. Karo 1,1 ha 550 500 Ali Ginting 4,2 ha 2322 553 Murni Sitepu 2 ha 1176 588 Benar Ginting 1,5 ha 649.5 433 Jam Sitepu 2 ha 800 400 Total 10.2 ha 5447.5 494,8

Sumber: Diolah Dari Wawancara dengan Jenda Br. Karo, Ali Ginting, Murni Br Sitepu, Benar Ginting, dan Jam Sitepu, 22 April 2015, Desa Rumah Sumbul

Pada tabel 12, dapat dilihat bahwa kepemilikan lahan sebesar 2322 pohon menurun sebesar 1448 pohon sedangkan kepemilikan lahan yang paling sedikit dengan jumlah pohon 800 pohon. Rata-rata jumlah pohon sebesar 494,8 pohon dari jumlah total sebesar 5447.5 pohon terjadi penurunan sebesar 2999,3 pohon dari priode sebelumnya. Dapat dilihat bahwa rata-rata jumlah pohon karet di Desa Rumah Sumbul tahun 1995 yakni 801.576 pohon.

Dari rata-rata jumlah pohon yang diperoleh setiap priodenya didapat jumlah pohon karet keseluruhan dengan data yang diolah berdasarkan tabel di bawah ini,

Tabel 13

Jumlah Keseluruhan Pohon Karet Desa Rumah Sumbul 1955-1995 Tahu n Jumla h Petani (kk) Rata-rata Luas lahan/ha Luas Lahan Keseluruhan (ha) Rata-Rata Jumlah Pohon/ha Jumlah Pohon Keseluruhan/Desa 1955 5 kk 2,04 ha 10,2 ha 105,2 Pohon 1.073,04 Pohon 1965 30 kk 2,2 ha 66 ha 221 Pohon 14.586 Pohon 1975 350 kk 2,6 ha 910 ha 360 Pohon 327,600 Pohon 1985 600 kk 3,02 ha 1812 ha 553.6 Pohon 1.003.123 Pohon 1995 700 kk 2,16 ha 1620 ha 494.8 Pohon 801.576 Pohon

Sumber:Diolah dari Wawancara Japen Tarigan, Tukiman Ginting, Kueh Saragih, Nueh Ginting, Simula Br Sinuhaji

Dari tabel 13 di atas, menggambarkan mengenai jumlah pohon karet pertambahan selama kurun waktu 40 tahun sebesar 800.502,96 pohon dengan setiap tahunnya pohon karet bertambah sebanyak 20.039,4 pohon. Peningkatan jumlah pohon karet terbesar pada periode 1985 yakni 1.003.123 pohon. Pada periode 1955 sampai 1965 terjadi peningkatan jumlah pohon karet sebesar 1.073,04 pohon menjadi 14.586 pohon. Indikasi pertambahan jumlah pohon pada periode ini dikarenakan pohon karet dijadikan sebagai pembatas lahan masyarakat. Namun adanya prilaku sekelompok masyarakat melakukan pembabatan tanaman karet

sebagai pembatas tersebut. Untuk menghindari pemotongan pohon karet secara sengaja oleh pihak yang tidak bertanggung jawab maka pihak petani menambah jumlah bibit pohon.

Pada periode tahun 1975 sampai 1985 terjadi pertambahan jumlah pohon karet sebesar 327.600 pohon menjadi 1.003.123 pohon. Pertambahan jumlah pohon karet yang terluas terjadi pada periode ini. Pada periode 1975 jumlah rata-rata penambahan pohon karet di Desa Rumah Sumbul sebesar 360 pohon. Sedangkan pada periode 1985 jumlah rata-rata penambahan pohon karet secara keseluruhan di desa sebesar 1.003.123 pohon dengan rata-rata 553.6 pohon. Indikasi yang menjadikan periode ini sebagaai pertambahan jumlah pohon karet terbesar di Desa Rumah Sumbul diakibatkan terjadinya penambahan pohon secara standar menurut aturan dinas pertanian yang menuntut penambahan jumlah pohon dalam area satu hektar. Terstrukturnya jalan raya dengan baik membawa informasi dengan penyuluhan penyuluhan mengenai jumlah pohon yang ideal ditanam dalam satu hektar. Masyarakat desa menambah jumlah pohon dari 100 pohon/ha menjadi 500/ha.

Pada periode 1995 terjadi penurunan jumlah pohon karet sebesar 201.547 pohon dari 1.003.123 pada periode 1985. Indikasi penurunan jumlah pohon disebabkan adanya konversi lahan pohon karet ke kelapa sawit dan pohon karet sudah mencapai non produktif dengan umur 20-30 tahun. Pohon karet yang telah melewati

Dokumen terkait