• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Manfaat serta Fungsi Jasa Angkutan Udara

Setiap proses kegiatan dalam pengangkutan udara ini pada dasarnya mempunyai fungsi dan manfaat bagi segala aspek kehidupan manusia. Dalam rangka mendukung mobilitas barang dan orang sebagai pengguna jasa angkutan

39

udara, maka peran pengangkutan udara dituntut agar menjadi suatu sistem yang baik dan terpadu.

Dalam kehidupan sehari-hari kebutuhan terhadap angkutan adalah bagian yang integral. Peningkatan kehidupan masyarakat yang tumbuh dan berkembang menuntut kemajuan sistem angkutan untuk dapat menyediakan kebutuhan masyarakat yang semakin tinggi mobilitasnya. Transportasi ataupun perangkutan itu bukanlah suatu tujuan melainkan sarana untuk mencapai tujuan. Selanjutnya, kegiatan orang-orang berkaitan dengan produksi barang serta jasa untuk mencukupi kebutuhan yang bermacam-macam mengharuskan untuk penggunaan transportasi itu sendiri. Maka dari itu dapat dilihat beberapa manfaat dari perangkutan yakni:

a. Manfaat dari segi ekonomi.

Transaksi ekonomi masayarakat, sangat erat hubungannya dengan produksi, dan distribusi.40 Kegiatan tersebut akan membutuhkan sarana perangkutan (transportasi), dengan sarana transportasi bahan baku untuk keperluan produksi akan dibawa ke tempat produksinya. Kemudian calon pembeli atau konsumen pun akan datang ke pasar dengan menggunakan transportasi pula.

Selanjutnya, manfaat transportasi dalam pertukaran barang menimbulkan berbagai pengaruh, di antaranya ialah:

1) Pada umumnya pertukaran barang adalah transaksi dagang antara dua kelompok yaitu penjual dan pembeli. Tanpa keberadaan pengangkutan, kedua kelompok ini bersama-sama hanya dalam satu kelompok kecil sehingga keuntungan perdagangan akan terbatas.

2) Persediaan barang yang berbeda-beda di pasar dapat untuk disamakan.

40

http://waterforgeo.blogspot.com/2011/01/fungsi-dan-manfaat-transportasi.html diakses tanggal 02 Oktober 2015 Pukul 08.00 Wib.

3) Perpindahan barang dari satu tempat yang persediaan barangnya banyak ke tempat yang langka akan barang tersebut akan menyamakan harga barang yang bersangkutan.

4) Dengan luasnya wilayah persediaan barang tersebut, persaingan para penjual meningkat dan harga dapat bertahan dalam suatu tingkatan yang wajar atau semestinya.

5) Pertukaran barang yang dilakukan oleh kelompok masyarakat menimbulkan komunikasi antar pihak-pihak yang terlibat hubungan perdagangan.

6) Diseragamkannya harga-harga barang di berbagai tempat.41 b. Manfaat dari segi sosial.

Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang saling berinteraksi satu sama lain, tidak jarang keberadaan antara satu kelompok dengan kelompok masyarakat yang lainnya berada dalam jarak yang cukup jauh, sehingga memerlukan suatu sarana untuk dapat menuju ke tempat jauh itu.

Keberadaan transportasi sangat membantu untuk kepentingan-kepentingan sosial dalam rangka memberikan kemudahan dalam pelaksanaannya yaitu:

1) Pelayanan perorangan atau kelompok. 2) Pertukaran dan penyampaian informasi. 3) Perjalanan untuk liburan.

4) Sebagai sarana untuk menyambung silaturrahmi.42

Setelah mencermati beberapa uraian diatas bahwa pengangkutan ini kaya akan manfaat, jika mengkaitkannya dalam dunia perdagangan kegiatan pengangkutan adalah suatu proses dipindahkannya barang dari produsen ke agen atau grosir yang kemudian diteruskan kepada konsumen yang membelinya. Sementara itu dalam hal pengangkutan orang, proses pengangkutan digunakan

41 Ridwan Khairandy, Tanggung Jawab Pengangkut dan Asuransi Tanggung Jawab Sebagai Instrumen Perlindungan Konsumen Angkutan Udara, Rineka Cipta, Jakarta, 2006., hal 9.

42

untuk memindahkan penumpang dari suatu tempat menuju ke tempat tujuan. Maka dari itu karena jasa pengangkutan barang dan penumpang memungkinkan untuk bergerak dari tempat asalnya ke tempat yang menjadi tujuan akhirnya.43

Selain dari uraian diatas manfaat dari pengangkutan khususnya pengangkutan udara ini dapat pula untuk meningkatkan nilai dari suatu barang. Misalkan saja sepatu buatan Indonesia yang di ekspor ke luar negeri seperti negara Singapura, pada umumnya nilai dari sepatu tersebut menjadi lebih tinggi karena mempunyai kualitas ekspor dimana yang membelinya kemungkinan adalah orang-orang luar negeri yang bukan orang Indonesia.

Apabila membahas mengenai fungsi dari jasa angkutan udara, menurut prinsipnya ada beberapa fungsi produk jasa angkutan udara yang harus tercapai, yakni dengan melaksanakan penerbangan yang aman (safety), melaksanakan penerbangan yang tertib dan teratur (regularity), melaksanakan penerbangan yang nyaman (comfortable), serta melaksanakan penerbangan yang ekonomis.

c. Melaksanakan penerbangan yang aman (safety)

Faktor keselamatan merupakan di atas segala-galanya dimana perusahaan penerbangan harus mengutamakan hal itu dalam rangka pengoperasian pesawat dari suatu rute ke rute lain. Semua yang terlibat dalam penerbangan baik itu penumpang, awak pesawat, dan barang-barang harus sungguh diperhatikan akan keselamatannya. Maka dari itu, kepercayaan akan didapatkan oleh perusahaan penerbangan tersebut dari masyarakat sebagai pengguna jasa.44

43

Hasim Purba, Op.Cit., hal 5. 44

Tindakan-tindakan yang dilakukan perusahaan penerbangan sebagai penunjang keselamatan pesawat yang akan dioperasikan antara lain:

1) Pesawat tersebut harus memenuhi syarat, seperti laik terbang, yang dibuktikan dengan certificate of airworthiness dari pihak yang berwenang.

2) Release sheet oleh dinas teknik perusahaan tersebut (crew qualified). 3) Membuat rencana penerbangan, yang mencakup arah penerbangan ke

mana, bahan bakar yang dibawa, ketinggian terbang, dan lain-lainnya. 4) Air traffic control yang baik pada stasiun bandar udara tertentu. 5) Adanya peta-peta dan navigation bag yang lengkap.45

d. Melaksanakan penerbangan yang tertib dan teratur (regularity).

Jadwal penerbangan menjadi salah satu hal yang penting dalam pengoperasian pesawat udara karena hal tersebut harus dilaksanakan sesuai yang telah ditentukan secara tepat dan teratur serta sesuai dengan waktu yang para penumpang inginkan, itu sangat dibutuhkan demi menjamin kepuasan penumpang dan citra perusahaan penerbangan sehingga kelangsungan hidup perusahaan dapat terjaga dan dipertahankan.46

e. Melaksanakan penerbangan yang nyaman (comfortability).

Comfortability ini dimaksudkan agar penumpang mendapatkan kenyamanan selama penerbangan, tentunya ini menjadi tugas perusahaan penerbangan untuk mewujudkannya. Maka, pelayanan terbaik haruslah didapat oleh penumpang, pelayanan tersebut maksudnya ialah pada saat calon penumpang mengadakan hubungan dengan perusahaan penerbangan sampai penumpang tiba di tempat yang ditujunya. Apabila hal tersebut terus dipertahankan, secara

45

Ibid, hal.203. 46

otomatis penumpang akan merasa puas terhadap pelayanan dari perusahaan penerbangan tersebut.

f. Melaksanakan penerbangan yang ekonomis (economy for company)

Jika safety dan passenger comfort telah terpenuhi serta berjalan dengan baik, selanjutnya tiba saatnya bagi perusahaan penerbangan untuk menikmati hasil dari pengoperasian pesawat terbang yang telah dijalankan. Di samping telah melakukan penghematan-penghematan biaya di segala aspek dan bidang serta hasil penjualan yang tinggi, maka perbandingan di antara revenue dan cost akan lebih terlihat. Semaksimal mungkin keuntungan akan dicapai dan efisiensi perusahaan akan terus meningkat sehingga asas kontiunitas bisa untuk dipertahankan. Dengan begitu, perusahaan dapat melakukan ekspansi atau semacam perluasan, pembaruan armada dan memaksimalkan frekuensi penerbangan, di dalam maupun luar negeri. Dengan dijalankannya keempat fungsi jasa angkutan tersebut secara efektif maka daya saing suatu perusahaan penerbangan dapat bertambah serta dapat pula meningkatkan pendapatan perusahaan penerbangan.47

2. Pelaksanaan Pengangkutan Udara.

Melihat perkembangan angkutan udara di Indonesia, hal tersebut tidak terpisahkan daripada sejarahnya, seperti sejarah angkutan Belanda yang pada saat itu masih menduduki Indonesia. Setelah Perang Dunia I, negara-negara di Eropa yang termasuk di dalamnya Belanda berlomba-lomba untuk menghubungkan daerah jajahan mereka dengan negerinya. (mother country). Dalam

47

menghubungkan negerinya dengan daerah jajahan, Belanda mengadakan penerbangan pertama ke Indonesia pada tanggal 1 Oktober 1924, yang dilakukan oleh Kapten penerbang yang bernama A.N.G. Thomassen. Penerbangan itu mendarat di Cililitan, yang namanya sekarang adalah Halim Perdana Kusuma International Airport. Pada tanggal 24 November 1924 Thomassen mendarat dengan menggunakan pesawat terbang jenis Fokker 7b. Sementara itu, penerbangan komersial pertama dilakukan oleh KLM (Koninklijke Luchtvaart Maatschappij) yang kembali ke Belanda tanggal 23 Juli 1927. Perusahaan tersebut bertugas untuk menghubungkan Netherlands dan East Indies (Indonesia) sebagai angkutan udara internasional. Dalam hal angkutan dalam negeri East Indies (Indonesia) sebuah perusahaan penerbangan “The Royal Air Transportation Company” diberikan suatu kepercayaan untuk mendirikan “Koninklijke Nederlands Indische Luchtvaart Maatschappij” (KNILM) yang diberikan hak

monopoli untuk melakukan angkutan udara di Indonesia (Hindia Belanda).48 Pasca kemerdekaan Indonesia Direktorat Penerbangan Sipil, seksi Angkutan Udara Angkatan Udara Republik Indonesia, yang diketuai A.R Soehoed, mengirimkan R1001 “Seulawah’ ke Calcutta, India. Pengiriman tersebut dalam tujuan untuk overhaul dan menambah tangki bensin agar penerbangan lebih jauh dapat dilakukan. Dikarenakan peristiwa perang saat itu, pesawat tersebut tidak memungkinkan untuk kembali ke Indonesia, sehingga pesawat itu diterbangkan ke birma agar beroperasi di sana. Operasi penerbangan yang dilaksanakan di Birma, adalah penerbangan niaga dengan konsesi

48

K. Martono, Hukum Udara, Angkutan Udara dan Hukum Angkasa, Alumni, Bandung, Alumni, 2007, hal 60

penerbangan carter. Penerbangan tersebut merupakan angkutan udara komersial yang pertama dilakukan oleh bangsa Indonesia.49

Mengenai pelaksanaan angkutan udara, apabila terkait dengan persetujuan penerbangan dapat merujuk pada peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP/195/IX/2008, yang mengatur ketenutan bahwa setiap persetujuan terbang untuk angkutan udara niaga berjadwal yang dilaksanakan di luar persetujuan yang telah diterbitkan, atau angkutan udara tidak berjadwal, atau angkutan udara bukan niaga, atau penerbangan lintas wilayah udara Indonesia oleh pesawat udara asing atau pendaratan teknis bukan untuk tujuan komersial pesawat udara asing, atau penerbangan tanpa penumpang umum untuk ke dan dari luar negeri yang menggunakan pesawat udara dengan kapasitas lebih dari 30 tempat duduk, persetujuan terbang itu hanya berlaku untuk 1 kali penerbangan, sedangkan persetujuan terbang untuk angkutan udara niaga berjadwal yang dilaksanakan di luar persetujuan yang telah diterbitkan, atau angkutan udara tidak berjadwal, atau angkutan udara bukan niaga atau penerbangan lintas wilayah udara Indonesia oleh pesawat udara asing, atau pendaratan teknis bukan untuk tujuan komersial pesawat udara asing, atau penerbangan tanpa penumpang umum untuk ke dan dari luar negeri yang menggunakan pesawat udara dengan kapasitas maksimum 30 tempat duduk diberikan untuk lebih dari 1 kali penerbangan dengan jangka waktu 30 hari kalender terhitung sejak tanggal persetujuan terbang itu diberikan.50 49 Ibid, hal 61. 50 Ibid, hal.62

Berdasarkan Pasal II Peraturan Dirjen Perhubungan Udara Nomor SKEP/251/XII/2008, setiap pemegang persetujuan terbang harus memberikan laporan atas pelaksanaan persetujuan terbang kepada Direktur Jenderal Perhubungan Udara, Kepala Kantor Wilayah Departemen Perhubungan yang sekarang bernama Dinas Perhubungan, Kepala Kantor Administrator Bandar Udara atau Kepala Bandar Udara secara periodik setiap tanggal 10 bulan yang berikutnya dengan memuat keterangan tanggal pelaksanaan penerbangan, jenis dan tipe pesawat udara, nomor penerbangan (dikecualikan bagi kegiatan angkutan udara niaga tidak berjadwal dan bukan niaga), rute penerbangan, nomor izin persetujuan terbang, penumpang yang diangkut ataupun berat barang yang diangkut serta keterangan atau remarks sesuai dengan tujuan penerbangan. Apabila terdapat perusahaan angkutan udara niaga dan pemegang izin kegiatan angkutan udara bukan niaga yang tidak patuh terhadap ketentuan seperti tidak memberikan laporan diancam dengan hukuman sanksi administratif yang berupa penolakan penyelesaian permohonan persetujuan terbang yang diajukan untuk jangka waktu 30 hari.51

Beberapa ketentuan yang mengatur kegiatan pelaksanaan angkutan udara ini diantaranya :

a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan.

b. Luchtverkeersverordening (S. 1936 – 426), peraturan ini mengatur lalu lintas udara, contohnya: tentang penerangan, tanda-tanda dan isyarat- isyarat yang harus dipergunakan dalam penerbangan dan lain-lain.

c. Verordening Toezicht Luchtvart (S. 1936 – 425), yang adalah suatu peraturan pengawasan atas penerbangan dan mengatur antara lain pengawasan atas personal penerbangan, syarat jasmani, surat tanda

51

kecakapan sebagai ahli mesin dan ahli radio serta pengawasan atas materil (penerbangan).

d. Luchtvaart quarantaine Ordonantie (S. 1939 – 149, jo. S. 1939 – 150), antara lain mengatur persoalan-persoalan yang berhubungan dengan pencegahan disebarkannya penyakit menular oleh penumpang-penumpang pesawat terbang.

e. Luchtverveor ordonnantie (S. 1939 – 100), yakni Ordonansi Pengangkutan Udara, mengatur mengenai pengangkutan penumpang, bagasi penumpang dan pengangkutan barang serta pertanggungjawaban pengangkutan udara.52

Di dalam dunia penerbangan lalu lintas udaranya didasarkan ke dalam 2 (dua) tipe, antara lain:

a. Penerbangan VFR (Visual Flight Rules), adalah penerbangan yang dilaksankan jika cuaca benar-benar baik sehingga 100% penerbangan dilakukan secara visuil (karena dapat melihat dan dilihat). Dalam hal tanggung jawab berada pada sang pilot.

b. Penerbangan IFR (Instrument Flight Rules), adalah penerbangan yang dilaksanakan apabila keadaan tidak memungkinkan jika penerbangan dilakukan dengan visual saja, contohnya: cuaca buruk (kabut) dan lalu lintas udara sedang ramai. Dalam hal tanggung jawabnya berada pada petugas-petugas dari Air Traffic Control untuk memerintahkan pilot mengatur pesawatnya dalam route penerbangan serta ketinggian yang diperlukan. 53

Dalam hal pelaksanaan angkutan udara yang memuat barang khusus dan berbahaya ketentuannya diatur dalam Pasal 136 sampai dengan Pasal 139 UURI Nomor 1 Tahun 2009. Berdasarkan Pasal 136 UU tentang Penerbangan No. 1 Tahun 2009, angkutan barang khusus seperti hewan, ikan, tanaman, buah-buahan, sayur-mayur, daging, peralatan olahraga, alat musik, dan barang berbahaya wajib memenuhi persyaratan keselamatan dan keamanan penerbangan. Barang yang dikategorikan khusus karena sifat, jenis dan ukurannya memerlukan penanganan khusus, sedangkan barang berbahaya dapat berbentuk bahan cair, bahan padat,

52 Sinta Uli, Op.Cit., hal 87. 53

Achmad Zainuddin, Selintas Pelabuhan Udara, Yogyakarta, Penerbit Ananda, 2003, hal 29.

ataupun bahan berbentuk gas yang dapat membahayakan kesehatan, keselamatan jiwa, dan harta benda, serta keselamatan dan keamanan penerbangan.54

Dikarenakan jumlah maskapai penerbangan di Indonesia semakin meninggi jumlahnya, oleh karena itu perusahaan Ground Handling sebagaipenyedia jasa dituntut untuk lebih meningkatkan mutu dan kualitas pelayanannya kepada penumpang, pesawat dan crewnya. Sebagai bagian dari pelaksanaan kegiatan angkutan udara perusahaan Ground Handling menyediakan dua bentuk pelayanan kepada penumpang yaitu Pre Flight Service dan Post Flight Service. Pre flight service adalah kegiatan penanganan terhadap penumpang, bagasi, kargo, pos dan pesawat sebelum keberangkatan (di bandara asal), sedangkan post flight adalah kegiatan penanganan terhadap penumpang, bagasi, kargo, mail dan pesawat setelah penerbangan (di bandara tujuan).