• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. TINJAUAN HUKUM TENTANG TANGGUNG JAWAB

B. Manfaat Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Dalam menjalankan tanggung jawab sosialnya, perusahaan memfokuskan perhatiannya kepada tiga hal, yaitu profit atau keuntungan, lingkungan dan masyarakat. Maksud memfokuskan diri kepada profit atau keuntungan adalah dengan diperolehnya laba maka perusahaan dapat memberikan deviden bagi pemegang saham, melakukan pengembangan usaha serta membayar pajak kepada pemerintah. Sedangkan lingkungan maksudnya adalah bahwa dengan memberikan lebih banyak perhatian kepada lingkungan di sekitar perusahaan maka perusahaan dapat ikut turut serta berpartisipasi dalam usaha-usaha pelestarian lingkungan hidup demi terpeliharanya kualitas kehidupan umat manusia dalam jangka waktu yang panjang. Dan perhatian terhadap masyarakat berarti bahwa dalam melakukan aktivitas-aktivitasnya suatu perusahaan harus meningkatkan kompetensi di segala

bidang sehingga diharapkan mampu dimanfaatkan untuk peningkatan kualitas hidup masyarakat.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Business for Social Responsibility, adapun manfaat yang dapat diperoleh oleh suatu perusahaan yang mengimplementasikan corporate social responsibility, antara lain :

a. Peningkatan penjualan dan pangsa pa/sar (increaced sales and market share).

b. Memperkuat posisi nama atau merek dagang (strenghthened brand positioning).

c. Meningkatkan citra perusahaan (enchanced corporate image and clout). d. Meningkatkan kemampuan untuk menarik, memotivasi, dan

mempertahankan pegawai (increased ability to attract, motivate, and retrain employees).

e. Menurunkan biaya operasi (decreasing operting cost).

f. Meningkatkan daya tarik bagi investor dan analisis keuangan (increased appeal to investors and financial analysis).

Lebih lanjut pentingnya corporate social responsibility terlihat dari hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Business for Social Responsibility pada tahun 1999 terhadap 25.000 responden di 23 negara, yang menghasilkan kesimpulan sebagai berikut29

1. 90 % responden mengkehendaki setiap perusahaan untuk memikirkan masalah corporate social responsibility selain keuntungan.

:

29

2. 60 % responden mengatakan bahwa bentuk perusahaan yang bagus itu didasari kepada persepsi pada corporate social responsibility.

3. 40 % responden mengatakan bahwa mereka memiliki pandangan negative atau akan berkata negative terhadap suatu perusahaan yang tidak melakukan corporate social responsibility.

4. 17 % responden mengatakan akan menghindar untuk berhubungan dengan perusahaan yang tidak memiliki corporate social responsibility.

Hasil uraian dan beberapa penelitian diatas menunjukan bahwa corporate social responsibility memberikan banyak keuntungan bagi perusahaan-perusahaan yang mengimplementasikannya. Dengan kata lain, sembari memenuhi kewajiban sosial, suatu perusahaan dapat turut serta meraih keuntungan bisnis. Di Indonesia sendiri hal ini juga pasti akan sangat menguntungkan. Banyak perusahaan-perusahaan yang telah mengimplementasikan corporate social responsibility dan turut memanfaatkannya untuk mendatangkan keuntungan perusahaan, dan tidak lagi memandangnya sebagai suatu kewajiban belaka. Perusahaan-perusahaan yang lain yang belum dapat turut menggunakan pendekatan ini. Perusahaan-perusahaan yang ingin menerapkan corporate social responsibility dapat memilih berbagai macam bentuk inisiatif sosial.

Kotler dan Lee menyebutkan bahwa setidaknya ada 6(enam) opsi atau pilihan untuk “berbuat kebaikan” (six option for doing good) sebagai inisiatif sosial perusahaan yang dapat ditempuh dalam rangka implementasi corporate social responsibility, yaitu30

30

Ibid, hal 22-24

a. Cause Promotions

Suatu perusahaan dapat memberikan dana atau berbagai macam kontribusi lainnya, maupun sumber daya perusahaan lainnya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat atas suatu isu sosial tertentu, ataupun dengan cara mendukung pengumpulan dana, partisipasi dan rekruitmen sukarelawan untuk aksi sosial tertentu.

Contohnya perusahaan kosmetika terkemuka di Inggris, The Body Shop, mempromosikan larangan untuk melakukan uji coba produk terhadap hewan. The Body Shop sendiri, mengklaim bahwa produk-produk yang dijualnya tidak diuji cobakan terhadap hewan. Hal ini dapat dilihat pada kemasan produk-produk The Body Shop yang mencantumkan kata-katta Against Animal Testing.

b. Cause Related Marketing

Suatu perusahaan dalam hal ini berkomitmen untuk berkontribusi atau menyumbang sekian persen dari pendapatan perusahaannya dari hasil penjualan suatu produk atau jasa tertentu miliknya untuk isu sosial tertentu.

Contohnya seperti produk unilever yang memberikan sekian persen dari hasil penjualan produk sabun produksinya, Lifebouy, untuk meningkatkan kesadaran hidup bersih dalam masyarakat, dengan cara membangun fasilitas kamar kecil dan wastafel di sekolah-sekolah, terutama di daerah-daerah terpencil. Kemudian Danone, yang juga merupakan produsen air mineral AQUA, yang memberikan sekian persen dari hasil penjualan produk air mineralnya untuk membangun jaringan air bersih di daerah yang sulit air di Indonesia.

c. Corporate Social Marketing

Suatu perusahaan dapat mendukung perkembangan ataupun pengimplementasian kampanye untuk merubah cara pandang maupun tindakan, guna meningkatkan kesehatan publik, keamanan, lingkungan, maupun kesejahteraan masyarakat.

Contohnya seperti Unilever memproduksi pasta gigi Pepsodent, untuk mendukung kampanye gigi sehat. Kemudian Philip Morris di Amerika Serikat mendorong para orang tua untuk berdiskusi dengan anak-anak mereka mengenai konsumsi tembakau.

d. Corporate Philanthropy

Dalam hal ini, suatu perusahaan secara langsung dapat memberikan sumbangan, biasanya dalam bentuk uang tunai. Pendekatan ini merupakan bentuk implementasi tanggung jawab sosial yang paling tradisional.

Contohnya suatu perusahaan dapat langsung memberikan bantuan langsung uang tunai kepada panti-panti sosial, ataupun apabila bukan berupa uang tunai, dapat juga berupa makanan ataupun peralatan-peralatan yang diperlukan.

e. Community Volunteering

Dalam hal ini, perusahaan dapat mendukung dan mendorong pegawai-pegawainya, mitra bisnisnya, maupun mitra waralabanya untuk menjadi sukarelawan di organisasi-organisasi kemasyarakatakan lokal.

Contohnya suatu perusahaan dapat mendorong atau bahkan mewajibkan para pegawainya untuk terlibat dalam bakti sosial atau gotong royong di daerah dimana perusahaan itu berkantor. Contoh lainnya adalah seperti perusahaan-perusahaan yang memproduksi komputer ataupun piranti lunak mengirimkan orang-orangnya ke sekolah-sekolah untuk melakukan pelatihan-pelatihan langsung menyangkut keterampilan komputer.

f. Socially Responsible Business Practices

Misalnya perusahaan dapat mengadopsi dan melakuan praktek-praktek bisnis dan investasi yang dapat mendukung isu-isu sosial guna meningkatkan kelayakan masyarakat (community well bring) dan juga untuk melindungi lingkungan. Seperti contohnya Starbucks bekerja sama dengan Conservation International di Amerika Serikat untuk mendukung petani-petani guna meminimalisir dampak atas lingkungan mereka.

C. Bidang-Bidang yang Termasuk Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Dalam perkembangan etika bisnis yang lebih mutakhir, muncul berbagai gagasan yang lebih komprehensif mengenai ruang lingkup tanggung jawab sosial perusahaan ini. Paling kurang sampai sekarang ini sudah ada empat bidang yang dianggap dan diterima sebagai termasuk dalam apa yang disebut sebagai tanggung jawab sosial perusahaan.

Pertama, keterlibatan perusahaan dalam kegiatan-kegiatan sosial yang berguna bagi kepentingan masyarakat luas. Sebagai salah satu bentuk dan wujud

tanggung jawab sosial perusahaan. Perusahaan diharapkan untuk terlibat dalam berbagai kegiatan yang terutama sekali dimaksudkan untuk membantu dan memajukan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Jadi, tanggung jawab sosial dan moral perusahaan di sini terutama terwujud dalam bentuk ikut melakukan kegiatan tertentu yang berguna bagi masyarakat.

Kedua, perusahaan telah diuntungkan dengan mendapat hak untuk mengelola sumber daya alam yang ada di dalam masyarakat dan lingkungan di sekitarnya tersebut sehingga dapat menghasilkan keuntungan bagi perusahaan tersebut. Demikian pula, sampai tingkat tertentu, masyarakat telah menyediakan tenaga-tenaga proffesional bagi perusahaan yang sangat berjasa mengembangkan perusahaan tersebut. Karena itu, keterlibatan sosial merupakan salah satu cara balas jasa terhadap masyarakat.

Ketiga, dengan tanggung jawab sosial perusahaan melalui berbagai kegiatan sosial, perusahaan memperlihatkan komitmen moralnya untuk tidak melakukan kegiatan-kegiatan bisnis tertentu yang dapat merugikan kepentingan masyarakat luas. Dengan ikut dalam berbagai kegiatan sosial, perusahaan merasa mempunyai kepedulian, mempunyai tanggung jawab terhadap masyarakat, dan dengan demikian akan mencegahnya untuk tidak sampai merugikan masyarakat melalui kegiatan bisnis tertentu.

Keempat, dengan keterlibatan sosial, perusahaan tersebut dapat menjalin hubungan sosial yang lebih baik dengan masyarakat dan dengan demikian perusahaan tersebut akan lebih diterima kehadirannya dalam masyarakat tersebut. Ini pada gilirannya akan membuat masyarakat merasa memiliki perusahaan

tersebut, dan dapat menciptakan iklim sosial dan politik yang lebih aman, kondusif, dan menguntungkan bagi kegiatan bisnis perusahan tersebut. Ini berarti keterlibatan perusahaan dalam berbagai kegiatan sosial juga akhirnya punya dampak yang positif dan menguntungkan bagi kelangsungan bisnis perusahaan tersebut di tengah masyarakat tersebut.

Dahulu corporate social responsibility dianggap tidak terlalu perlu untuk diatur didalam suatu peraturan perundang-undangan, karena corporate social responsibility dahulunya digunakan oleh para pengusaha untuk menarik hati masyarakat ataupun dilakukan secara sukarela. Namun, setelah diperhatikan maka

corporate social responsibility ini memang perlu untuk diatur didalam peraturan perundang-undangan agar setiap hak stakeholders dapat dipenuhi.

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau corporate social responsibility

mungkin masih kurang populer di kalangan pelaku usaha nasional. Kegiatan sosial kemasyarakatan yang dilakukan secara sukarela ini, sudah biasa dilakukan oleh perusahaan-perusahaan multinasional ratusan tahun yang lalu. Di Indonesia kegiatan corporate social responsibility baru saja dimulai beberapa tahun belakangan ini. Tuntutan masyarakat dan perkembangan demokrasi serta derasnya arus globalisasi dan pasar bebas, sehingga memunculkan kesadaran dari dunia industri tentang pentingnya melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan atau

corporate social responsibility. Bahwa perusahaan memang bertanggung jawab atas apa yang ada disekitarnya.

Corporate social responsibility adalah sebuah komitmen bersama dari seluruh stakeholders perusahaan. Yang diwujudkan dengan tindakan oleh

perusahaan, dimana komitmen tersebut harus dilaksanakan oleh setiap stakeholders. Jadi sebenarnya dalam melaksanakan corporate social responsibility, sebenarnya perusahaan telah mentaati peraturan yang dibuat sendiri (self regulation) berdasarkan komitmen terhadap stakerholders, berbeda dengan sekedar taat terhadap peraturan pemerintah.

BAB IV

PENERAPAN GUGATAN CLASS ACTIONS PADA PERUSAHAAN YANG TIDAK MELAKUKAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL

PERUSAHAAN DAN LINGKUNGAN HIDUP

A. Gugatan Perwakilan Kelompok Terhadap Suatu Perseroan Terbatas Latar belakang gugatan Perwakilan Kelompok (class actions) merupakan suatu bentuk gugatan yang melibatkan sejumlah banyak orang yang mengalami penderitaan dan kerugian, sehingga tidak efisien dan praktis apabila gugatan diajukan secara individual atau terpisah-pisah, tetapi diajukan secara kolektif dalam suatu gugatan berdasarkan hukum acara perdata.

Tujuan gugatan class actions, agar supaya proses berpekara lebih ekonomis dan biaya lebih efisien (judicial economy). Tidaklah ekonomis bagi pengadilan jika harus melayani gugatan yang sejenis secara satu per satu. Manfaat ekonomis gugatan class actions ini tidak saja dirasakan oleh penggugat, akan tetapi juga oleh tergugat, sebab dengan pengajuan gugatan secara class actions, tergugat hanya satu kali mengeluarkan biaya untuk melayani gugatan pihak-pihak yang merasa dirugikan. Biaya pengacara melalui mekanisme gugatan class actions ini akan lebih murah daripada gugatan masing-masing individu secara satu per satu, yang kadang-kadang tidak sesuai dengan ganti kerugian yang akan diterima. Apalagi jika biaya gugatan yang akan dikeluarkan tidak sebanding dengan tuntutan yang diajukan. Mekanisme ini juga untuk mencegah putusan-putusan yang berbeda antara majelis hakim yang satu dengan majelis hakim yang lainnya.

Dalam praktek gugatan class actions, komponen perwakilan kelompok (class representatives) harus terlebih dahulu dibuktikan kepada Hakim Pengadilan, agar benar-benar dapat menjamin kepentingan dari seluruh anggota kelompok secara jujur dan bertanggung jawab. Selanjutnya untuk menetapkan apakah gugatan merupakan gugatan class action atau gugatan biasa diterapkan mekanisme Preliminary Certification Test kepada anggota kelompok agar melakukan opt in dan opt out. Opt in adalah prosedur yang dilakukan anggota kelompok dengan memberikan penegasan bahwa mereka benar-benar anggota kelompok sedangkan opt out adalah kesempatan anggota kelompok untuk menyatakan dirinya keluar dari class actions dan tidak mengkehendaki jadi bagian dari gugatan.

Mekanisme Preliminary Certification Test tersebut harus dilakukan apabila tuntutan gugatan adalah berupa uang ganti rugi (monetary damages) karena menentukan siapa-siapa yang berhak mendapatkan uang ganti rugi, sedangkan gugatan yang tuntutannya hanya berupa permintaan deklaratif atau

injuction maka mekanisme ini tidak perlu dilakukan.

Setelah pemeriksaan kelayakan kelompok dan pemberitahuan kepada masing-masing anggota kelompok untuk mengambil sikap (opt in dan opt out) barulah pemeriksaan pokok sengketa dilaksanakan.

Di Indonesia prosedur gugatan perwakilan kelompok menurut Peraturan Makamah Agung Nomor 1 Tahun 2002 Tentang Tata Cara Penerapan Gugatan Perwakilan Kelompok harus memenuhi persyaratan formal sebagaimana diatur dalam hukum acara perdata, yang memuat antara lain :

h. Identitas secara lengkap dan jelas tentang wakil kelompok.

i. Definisi kelompok secara rinci dan spesifik, walaupun tanpa menyebutkan nama anggota kelompok satu per satu.

j. Keterangan tentang anggota kelompok yang diperlukan dalam kaitannya dengan kewajiban melakukan pemberitahuan.

k. Posita dari seluruh kelompok, wakil kelompok, maupun anggota kelompok baik yang teridentifikasi maupun yang tidak teridentifikasi, dikemukakan secara jelas dan terperinci.

l. Apabila besarnya tuntutan tidak sama dikarenakan sifat dan tingkat kerugiannya berbeda antara satu anggota dengan anggota lainnya, maka dalam satu gugatan perwakilan dapat dikelompokan menjadi berbagai bagian kelompok atau sub-kelompok.

m. Tuntutan atau petitum tentang ganti kerugian harus dikemukakan secara jelas dan terperinci, memuat usulan tentang mekanisme atau tata cara pendistribusian ganti kerugian kepada keseluruhan anggota kelompok, termasuk usulan tentang pembentukan tim atau panel yang membantu memperlancar pendistribusian ganti kerugian.

Untuk mewakili kepentingan hukum anggota kelompoknya, wakil kelompok tidak disyaratkan memperoleh surat kuasa dari anggota kelompok lainnya31

Pada awal proses pemeriksaan persidangan, Hakim wajib memeriksa dan mempertimbangkan gugatan Perwakilan Kelompok, antara lain :

.

31

Priyatmanto Abdoellah, SH., Class Action, Legal Standing dan Judicial Review dalam Kaitannya dengan Kompetensi PERATUN, Makalah dalam Rangka Bintek Pemprop Bali, Denpasar.

6. Memenuhi unsur kesamaan fakta, dasar hukum, dan tuntutan. 7. Memiliki bukti yang paling kuat dan meyakinkan.

8. Terpercaya (trustworthy) dan dihormati.

9. Tidak mendahulukan kepentingan pribadi di depan kepentingan anggota kelompok.

10.Mengakar dan mewakili pada masyarakat (legitimasi sosial)32

Sahnya gugatan Perwakilan Kelompok dinyatakan melalui penetapan pengadilan sedangkan apabila dinyatakan tidak sah maka pemeriksaan gugatan ditentukan melalui suatu putusan Hakim (vide Pasal 5 Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2002 Tentang Tata Cara Penerapan Gugatan Perwakilan Kelompok).

Bagi gugutan Perwakilan Kelompok yang dinyatakan sah, Hakim selanjutnya memerintahkan kepada penggugat mengajukan usulan model pemberitahuan untuk memperoleh persetujuan Hakim dengan cara sebagaimana ditentukan dalam Pasal 7 dari Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2002 Tentang Tata Cara Penerapan Gugatan Perwakilan Kelompok, yaitu :

.

4. Pemberitahuan melalui media massa baik cetak maupun media massa elektronik.

5. Pemberitahuan melalui pengumuman baik papan pengumuman maupun selebaran yang ditempatkan di kantor-kantor pemerintah, seperti kelurahan, kecamatan, atau desa dan kantor pengadilan.

32

Mas Achmad Santosa, Pertanggung jawaban Perdata (Civil Liability), Makalah Tambahan dalam Ceramah Lingkungan Hidup, Pekanbaru.

6. Pemberitahuan yang disampaikan secara langsung kepada tiap individu anggota kelompok sepanjang yang dapat diidentifikasi berdasarkan persetujuan Hakim dan sedapat mungkin praktis, efisien, efektif dan accessible.

Dalam prosedur pemberitahuan (notofikasi) tersebut, anggota kelompok dalam waktu yang telah ditentukan oleh Hakim, diberi kesempatan untuk menyatakan keluar dari anggota kelompok dengan mengisi formulir sebagaimana diatur dalam Lampiran Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2002 Tentang Tata Cara Penerapan Gugatan Perwakilan Kelompok, dan bagi anggota kelompok yang secara hukum tidak terikat dengan putusan pengadilan.

Pada awal pemeriksaan persidangan maupun selama berlangsungnya pemeriksaan perkara, Hakim berkewajiban mendorong para pihak yang bersengketa untuk menyelesaikan perkaranya dengan jalur perdamaian.

Dalam hal gugatan ganti rugi dikabulkan, Hakim wajib memutuskan jumlah ganti rugi secara rinci dan jelas, penentuan kelompok dan/atau sub kelompok yang berhak, mekanisme pendistribusian ganti rugi, dan langkah-langkah yang wajib ditempuh oleh wakil kelompok dalam proses penetapan dan pendistribusian seperti halnya kewajiban melakukan pemberitahuan atau notifikasi.

Sebagai gambaran mengenai jenis-jenis kasus yang dimungkinkan untuk menjadi objek gugatan Perwakilan Kelompok (class actions), dibawah ini

dikemukakan beberapa contoh kasus gugatan Perwakilan Kelompok yang pernah terjadi di beberapa negara, yaitu 33

6. Di Amerika Serikat : kasus Agent Orange (1987), yaitu gugatan yang diajukan oleh ribuan veteran perang Vietnam terhadap pemilik perusahaan/pabrik pembuat bahan kimia beracun yang disebut “Agent Orange” (sejenis dioxin) yang telah menimbulkan penderitaan/cacat fisik dan kerugian kepada para penggugat, dimana Hakim mengabulkan ganti rugi/kompensasi sebesar US $ 250,000,000.- kepada para prnggugat.

:

7. Di Australia : Kasus Nixon Vs Philip Morris (produsen rokok) tahun 2000, yaitu gugatan Nixon yang mewakili sejumlah konsumen rokok produksi Philip Morris yang menderita sejumlah gangguan kesehatan setelah menghisap rokok produksi mereka.

8. Di India : Kasus Bhopal (1985), yaitu gugatan yang diajukan oleh sejumlah korban kebocoran gas beracun dari perusahaan/pabrik kimia “Union Carbide”.

9. Di Philipina : Kasus Minor Oposa (1993), yaitu gugatan yang diajukan oleh 41 anak-anak dibawah umur yang diwakili oleh orang tua mereka terhadap Menteri Lingkungan Hidup Philipina tentang Pembatalan Rencana Penebangan Hutan (logging), dengan alasan penebangan hutan telah menimbulkan penderitaan dan kerugian Para Penggugat serta generasi yang akan datang.

33

Priyatmanto Abdoellah, SH., Class Action, Legal Standing dan Judicial Review dalam Kaitannya dengan Kompetensi PERATUN, Makalah dalam Rangka Bintek Pemprop Bali, Denpasar, Hal 5

10.Di Indonesia : Kasus Rokok Bentoel Remaja (1988), yaitu gugatan yang diajukan oleh seorang pengacara R.O. Tambunan, SH. mewakili kepentingan masyarakat yang keberatan atas penggunaan nama rokok “Bentoel Remaja” karena dapat memancing minat konsumen rokok di kalangan remaja.

Kasus Demam Berdarah (1988), yaitu gugatan yang diajukan oleh Muktar Pakpahan, SH. mewakili masyarakat korban wabah demam berdarah di Jakarta melawan Gubernur DKI Jakarta dan Kepala Kantor Wilayah Kesehatan DKI Jakarta.

Pada dasarnya ada 2(dua) pendapat mengenai gugatan Perwakilan Kelompok di Pengadilan Tata Usaha Negara, yaitu :

a. Tidak dapat diajukan di Pengadilan Tata Usaha Negara, dengan alasan : - Bahwa tujuan utama gugatan perwakilan kelompok adalah untuk

memperoleh ganti rugi (berupa uang) sedangkan gugatan di Pengadilan Tata Usaha Negara memiliki tujuan utama untuk pembatalan/ menyatakan tidak sah suatu keputusan Tata Usaha Negara, sehingga lebih tepat diajukan kepada Peradilan Umum.

- Bahwa putusan Peradilan Tata Usaha Negara melekat azas “erga omnes”, yaitu azas yang menyatakan putusan berlaku mengikat publik, sedangkan putusan perdata di Pengadilan Negeri hanya berlaku untuk para pihak saja, sehingga sengketa di Pengadilan Tata Usaha Negara diperlukan gugatan massal karena pihak-pihak yang tidak untuk

menggugat secara otomatis terikat dengan putusan Pengadilan Tata Usaha Negara.

b. Dapat diajukan di Pengadilan Tata Usaha Negara, dengan alasan :

- Bahwa tuntutan ganti rugi tidak harus menjadi tuntutan utama gugatan Perwakilan Kelompok, dapat juga dengan tuntutan berupa pembatalan dan/atau penerbitan keputusan Tata Usaha Negara yang disertai tuntutan ganti rugi dan “injuction” yaitu tuntutan agar tergugat melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang berupa tuntutan agar tergugat menunda pelaksanaan keputusan Tata Usaha Negara yang digugat dan tuntutan agar tergugat menerbitkan dan/atau tidak menerbitkan keputusan Tata Usaha Negara yang baru.

- Bahwa berlakunya azas “erga omnes” tetap dapat digunakan dalam gugatan perwakilan kelompok, karena dengan gugatan massal akan memberikan akses kepada keadilan (acces to justice) dan memberikan pengaruh/tekanan yang lebih berat kepada tergugat.

Pendapat yang kedua tersebut senada dengan hasil Tim Perumus Diskusi Temu Ilmiah HUT Peradilan Tata Usaha Negara ke XIII, tanggal 11 sampai dengan tanggal 15 Januari 2004 di Medan, yang menyimpulkan bahwa pada prinsipnya gugatan perwakilan kelompok dapat diterapkan di Peradilan Tata Usaha Negara dengan berpedoman kepada Peraturan Makamah Agung Nomor 1 Tahun 2002 Tentang Tata Cara Penerapan Gugatan Perwakilan Kelompok dan disesuaikan dengan Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986, antara lain :

a. Syarat pengajuan gugatan tidak didasarkan kepada adanya kerugian, melainkan didasarkan kepada adanya kepentingan sesuai dengan Pasal 53 ayat 1 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Jo Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004.

b. Prosedur penentuan dapat tidaknya suatu gugatan diajukan dengan perwakilan kelompok, ditentukan dalam pemeriksaan persiapan sesuai dengan Pasal 63 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986. Apabila gugatan Perwakilan Kelompok dinyatakan sah, dibuat dalam suatu penetapan. Sedangkan apabila gugatan dinyatakan tidak sah, maka dituangkan dalam suatu putusan.

c. Mengenai pemberitahuan atau notifikasi juga dilakukan dalam tahap pemeriksaan persiapan dengan berpedoman kepada ketentuan Peraturan Makamah Agung Nomor 1 Tahun 2002 Tentang Tata Cara Penerapan Gugatan Perwakilan Kelompok.

Contoh kasus gugatan perwakilan kelompok pada Peradilan Tata Usaha Negara adalah kasus gugatan di Pengadilan Tata Usaha Negara Pekan Baru, yang diajukan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat Reformasi Perjuangan Rakyat Semesta (LSM-RPRS) Kabupaten Karimun yang bertindak untuk dirinya sendiri dan masyarakat Kabupaten Karimun yang memohon pembatalan keputusan Bupati Karimun tentang pemberian izin tempat usaha karaoke dan diskotik atas nama Edi Nomor 17/SI/EKom/1998 tertanggal 12 Agustus 1998 karena diterbitkan bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan melanggar AAUPB karena didirikan di tempat pemukiman penduduk padat, dekat

dengan tempat pendidikan dan tempat peribadatan, dalam perkara Nomor 26/G.TUN/2000/PTUN.PBR.

Dalam gugatan tersebut, Majelis Hakim mengabulkan gugatan perwakilan kelompok tersebut dengan alasan :

- Memenuhi persyaratan numerosity, yakni jumlah penggugat demikian banyaknya meliputi penduduk Karimun.

- Memenuhi persyaratan community, yakni adanya kesamaan fakta, peristiwa dengan dasar hukum antara pihak LSM-RPRS Kabupaten

Dokumen terkait