• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2. Wanita Lansia

2.3 Masalah Dan Penyakit Pada Wanita Lansia

Jatuh pada wanita usia lanjut merupakan masalah yang sering terjadi. Banyak factor yang mempengaruhi terjadinya jatuh wanita lansia baik faktor intrinsik maupun faktor ekstrinsik.

Adapun faktor intinsik yaitu :

1. Gangguan jantung atau sirkulasi darah 2. Gangguan system susunan saraf 3. Gangguan system anggota gerak

4. Gangguan penglihatan dan pendengaran 5. Gangguan psikologis

6. Gangguan gaya berjalan Faktor ekstrinsik:

1. Cahaya ruangan yang kurang terang 2. Lingkungan yang asing bagi lanjut usia 3. Lantai yang licin

4. Obat-obatan yang diminum (diuretic, antidepresan, sedatif, anti-psikotik, alcohol, dan obat hipoglikemik).

2.3.2 Mudah lelah

Hal ini dapat disebabkan oleh:

1. Faktor psikologis (perasaan bosan, keletihan, atau depresi)

2. Gangguan organis, misalnya : Anemia, kekurangan vitamin, perubahan pada tulang, gangguan pencernaan, kelainan metabolism (diabetes mellitus, hipertiroid), gangguan pencernaan, kelainan metabolism, gangguan ginjal dengan uremia, gangguan faal hati, gangguan system peredaran darah dan jantung.

3. Pengaruh obat, misalnya obat penenang, obat jantung, dan obat yang melelahkan daya kerja otot.

2.3.3 Gangguan Kardiovaskular 1. Nyeri dada

Nyeri dada dapat disebabkan penyakit jantung koroner yang dapat menyebabkan iskemia jantung, Aneurisme aorta, radang selaput jantung, gangguan pada system alat pernafasan misalnya pleura-pneumonia/emboli paru dan gangguan pada saluran pencernaan bagian atas.

2. Sesak nafas pada kerja fisik

Sesak nafas pada kerja fisik dapat disebabkan oleh kelemahan jantung, gangguan system salurn nafas, berat badan berlebihan atau anemia.

3. Palpitasi

Palpitasi dapat disebabkan oleh gangguan irama jantung, keadaan umum badan yang lemah karena penyakit kronis, dan faktor psikologis.

4. Edema kaki dapat disebabkan oleh kaki yang lama digantung, gagal jantung, bendungan pada vena bagian bawah, kekurangan vitamin B1, gangguan penyakit hati, penyakit ginjal, serta kelumpuhan pada kaki.

2.3.4 Nyeri atau Ketidaknyamanan 1. Nyeri pinggang atau punggung

Nyeri dapat disebabkan oleh gangguan sendi atau susunan sendi pada susunan tulang belakang (osteomalasia, osteoporosis, dan osteoartitis), gangguan pancreas, dan kelainan ginjal, gangguan pada rahim dan gangguan pada otot badan.

2. Nyeri sendi pinggul

Gangguan sendi pinggul, misalnya radang sendi, sendi tulang yang keropos, kelainan tulang sendi, dan akibat pada saraf punggung bagian bawah yang terjepit.

3. Keluhan pusing

Keluhan pusing dapat disebabkan oleh gangguan lokal misalnya vaskular, migrain, mata. Selain itu penyakit sistemis yang menimbulkan hipoglikemia serta psikologis (perasaan cemas, depresi, kurang tidur dan lain-lain).

4. Kesemutan anggota badan

Keluhan ini dapat disebabkan oleh gangguan sirkulasi darah lokal ,

gangguan persarafan umum dan gangguan persarafan lokal pada bagian anggota badan.

2.3.5 Berat Badan Menurun

Berat badan menurun disebabkan oleh nafsu makan menurun, adanya penyakit kronis, gangguan pada saluran pencernaan sehingga penyerapan makanan terganggu serta faktor sosio-ekonomis.

2.3.6 Gangguan Eliminasi 1. Inkontinensia urine

Inkontinensia urine adalah pengeluaran urine tanpa disadari dalam jumlah frekuensi yang cukup sehingga mengakibatkan masalah gangguan kesehatan atau sosial. Hasil penelitian pada populasi lanjut usia di masyarakat ( usia diatas 70 tahun) didapat 12% wanita mengalami inkontinensia urine.

Inkontinensia urine dapat terjadi karena adanya factor pencetus yang mengiringi perubahan pada organ berkemih akibat prose menua, misalnya infeksi saluran kemih, obat-obatan, kesulitan bergerak, kepikunan, dan lain-lain.

Penyebab inkontinensia urine ada dua yaitu penyebab akut dan penyebab kronis. Penyebab akut biasanya dapat diatasi sehingga inkontinensia urine dapat dihilangkan atau disembuhkan. Penyebab akut yaitu delirium, mobilitas terbatas, infeksi pada saluran kemih serta farmaseutikal.

Sedangkan penyebab kronis inkontinensia urine tidak dapat dihilangkan secara tuntas, tetapi dapat dikurangi dan dikontrol dengan beberapa nonfarmakologis dan terapi farmakologis. Penyebab kronis tersebut antara lain kelemahan otot dasar panggul atau instabilitas otot kandung kemih yang sudah berat. Selain itu, adanya gangguan neurologis seperti stroke, penyakit parkinon, dan demensia dapat juga menyebabkan kesulitan dalam upaya menanggulangi inkontinensia urine, sehingga dapat dikategorikan sebagai penyebab kronis.

2. Inkontinensia Alvi

Inkontinensia alvi didefenisikan sebagai ketidakmampuan seseorang dalam menahan dan mengeluarkan tinja pada waktu dan tempat yang tepat. Penyebab inkontinensia alvi yaitu obat pencahar perut, gangguan saraf, keadaan diare, kelainan pada usus besar, kelainan pada ujung saluran pencernaan serta neurodiabetik.

2.3.7 Gangguan Ketajaman Penglihatan

Gangguan ini dapat disebabkan oleh presbiopi, kelainan lensa mata, kekeruhan pada lensa, iris mengalami proses degenerasi dan mengalami

depigmentasi, pupil kontriksi, reflek direk lemah, tekanan dalam mata meninggi, lapang pandang menyempit (glaukoma), Retina terjadi degenerasi dan radang saraf mata.

2.3.8 Gangguan Pendengaran

Gangguan pendengaran yang utama adalah hilangnya pendengaran terhadap nada murni berfrekuensi tinggi, yang merupakan suatu fenomena yang berhubungan dengan lanjut usia, bersifat simetris dengan perjalanan yang progresif lambat.

2.3.9 Gangguan Tidur

Gangguan tidur dapat disebabkan oleh faktor ekstrinsik dan faktor intrinsik. Faktor intrinsik misalnya lingkungan yang kurang tenang, sedangkan faktor ekstrinsik yaitu organik dan psikogenik. Organik berupa nyeri, gatal, kram betis, sakit gigi, sindrom tungkai bergerak (akatisia) dan penyakit tertentu yang membuat gelisah. Pada psikogenik yaitu depresi, kecemasan, stres, iritabilitas dan marah yang tidak tersalurkan.

2.3.10 Penyakit Pada Sistem Pernafasan dan Kardiovaskular 1. Paru

Fungsi paru mengalami kemunduran dengan datangnya usia tua yang disebabkan elastisitas jaringan paru dan dinding dada semakin berkurang. Berkurangnya fungsi paru juga disebabkan oleh berkurangnya fungsi sistem respirasi seperti fungsi ventilasi paru. Selain penurunan fungsi paru akibat proses menua, beberapa faktor yang dapat memperburuk fungsi paru, antara lain debu, polusi udara, asap industri, kebiasaan merokok, obesitas, imobilitas dapat

mempengaruhi sistem pernafasan lanjut usia dan karena daya tahan tubuh menurun sehingga individu mudah terkena infeksi.

2. Jantung dan Pembuluh darah

Pada lanjut usia umumnya mengalami pembesaran jantung. Rongga bilik kiri juga mengalami penurunan akibat semakin berkurangnya aktivitas. Pada lanjut usia, tekanan darah akan naik secara bertahap, elastisitas jantung pada usia 70 tahun menurun sekitar 50% dibandingkan dengan orang muda berusia 20 tahun. Oleh karena itu tekanan darah pada wanita lanjut usia mencapai 170/90 mmHg masih dianggap normal.

Perubahan lain yang terjadi yaitu perubahan pada pembuluh darah. Proses yang disebut ateriosklerosis atau pengapuran dinding pembuluh darah dapat terjadi pada banyak lokasi. Proses pengapuran ini akan berlanjut menjadi proses yang menghambat aliran darah dan pada suatu saat dapat menutup pembuluh darah.

Bila terjadi sumbatan jaringan yang dialiri zat asam oleh pembuluh darah akan menyebabkan rusak/mati yang disebut infark. Bila terjadi di otak akan terjadi stroke, sedangkan bila terjadi di jantung dapat menyebabkan infark jantung atau infark miokard atau gangguan koroner lainnya. Pada wanita biasanya menderita penyakit jantung koroner. Sekitar 12% wanita yang berusia 65 tahun keatas mengalami jntung koroner.

2.3.11 Hipertensi

Dari banyak penelitian epidemiologi didapat bahwa dengan meningkatnya umur tekanan darah meninggi.

Hipertensi pada lanjut usia dibedakan atas:

1. Hipertensi pada tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg.

2. Hipertensi sistolik terisolasi tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.

2.3.12 Penyakit Sistem Pencernaan

Pada lanjut usia sudah mengalami kelemahan otot polos sehingga proses menelan sehingga proses menelan sering mengalami kesulitan.

Penyakit dan gangguan pada lambung meliputi:

1. Terjadi atrofi mukosa, atrofi sel kelenjar, yang menyebabkan sekresi asam lambung dan pepsin dari faktor intrinsik kurang.

2. Gastritis adalah suatu proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung. Insiden gastritis meningkat dengan lanjutnya proses menua dan sering kali asimtomatik.

3. Ulkus peptikum yang bisa terjadi di esofagus, lambung, dan duodenum walaupun kadar asam lambung pada lanjut usia sudah menurun, insiden ulkus di lambung masih lebih banyak dibanding ulkus duodenum.

Gejalanya biasanya tidak spesifik, penurunan berat badan, mual, dan perut terasa tidak enak.

2.3.13 Penyakit Sistem Urogenital

Peradangan dalam sistem urogenital ditemukan pada wanita usia lanjut berupa peradangan kandung kemih sampai peradangan ginjal akibat sisa urine dalam vesika urinaria.

2.3.14 Penyakit Gangguan Endokrin (Metabolisme)

Perubahan karena proses menua pada reseptor hormon, kerusakan permeabilitas sel, dan sebagainya dapat menyebabkan perubahan respons inti sel terhadap kompleks hormon reseptor.

Penyakit metabolik pada lanjut usia terutama disebabkan menurunnya produksi hormon, antara lain terlihat pada wanita yang mendekati usia 50 tahun yang ditandai dengan menopause. Proses metabolik yang banyaj ditemukan ialah diabetes mellitus dan osteoporosis (berkurangnya zat kapur dan bahan mineral sehingga tulang lebih mudah rapuh dan menipis).

(Nugroho, 2008)

2.4 Penanggulangan Masalah Terkait Proses Penuaan Alami

Dokumen terkait