• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

7. Materi Pembelajaran Sejarah

Materi pelajaran adalah sarana yang digunakan untuk mencapai tujuan instruksional; bersama dengan prosedur media pengajaran, materi pelajaran membawa siswa ke tujuan instruksional, yang mempunyai aspek jenis dan aspek isi.50 Oleh karena itu materi pembelajaran menjadi fokus utama sebagai prosedur mencapai tujuan dalam kegiatan pembelajaran siswa. Dalam hal ini materi yang akan disajikan perlu memperhatikan jenis dan isi materi agar perencanaan pembelajaran tercapai pada tujuan pembelajaran.

47 Sohimin, Model Pembelajaran Inovatif Pada Kurikulum 2013, Yogyakarta: Ar-ruzz, 2014, hlm.

107.

48 Tony Buzan, op.cit., hlm. 6.

49 Sohimin, op.cit.,hlm. 107.

50 W. S. Winkel, op.cit., 193

Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang dilakukan untuk mengatur kegiatan interaksi antar peserta didik, pendidik, dan sumber belajar sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai.51 Menurut Aman faktor yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran adalah strategi dan metode mengajar, ada dan tidaknya sarana fungsional untuk menerapkan strategi dan metode tersebut.52 Materi pembelajaran perlu adanya penyampaian yang tepat agar informasi yang disampaikan dapat dipahami dan siswa dapat menerima dengan mudah. Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa keberhasilan penyampaian materi pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran sangat dipengaruhi dari perencanaan pembelajaran, dan erat kaitannya terhadap penggunaan strategi pembelajaran dan model pembelajaran yang dilakukan.

Menurut Susanto bahwa materi pembelajaran sejarah menyangkut peristiwa, tokoh, waktu, dan tempat. Pengaturan materi ajar sejarah tidak dapat dilepaskan dari aspek kronologis, dengan demikian materi harus disusun sedemikian rupa sehingga membentuk sebuah urutan cerita yang logis dan mudah di pahami oleh peserta didik.53 Materi sejarah tidak hanya di pahami sebagai sekumpulan fakta akan tetapi peserta didik dapat memahami nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian tidak ada kecenderungan sejarah adalah hafalan, tetapi dapat menjadikan fakta-fakta sejarah sebagai acuan terhadap kondisi yang terjadi pada saat ini yang merupakan tujuan dari belajar sejarah.

51 Heri Susanto, Seputar Pembelajaran Sejarah, Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2014, hlm. 94.

52 Aman, Model evaluasi pembelajaran sejarah, Yogyakarta: ombak, 2011, hlm. 99.

53 Heri susanto, op.cit., 96.

Berikut adalah indikator-indikator materi pembelajaran sejarah yang berkualitas dan baik di terapkan di tingkat sekolah menengah, yakni:54

a. Materi sejarah dalam persepektif sinkronis yakni sistematis.

b. Materi sejarah memiliki arti atau meaning yakni menunjukkan arti penting peristiwa dan kontekstual.

c. Naratif-deskriptif yakni sajian materi yakni menarik dan bahasa menyenangkan atau tidak membosankan.

B. Kerangka Berpikir

Belajar adalah kegiatan yang menjadi kebutuhan bagi siswa dan terlihat pada dirinya, usaha untuk belajar siswa merupakan upaya untuk mencapai prestasi belajar lebih baik. Demikian pula bagi siswa yang belajar sejarah, usaha tersebut terlihat dari upaya siswa untuk terus belajar sejarah dan hal ini mempengaruhi peningkatan prestasi belajar sejarah itu sendiri.

Dalam proses kegiatan belajar mengajar, metode pembelajaran merupakan salah satu hal penting yang perlu diperhatikan oleh guru. Guru merupakan pembimbing siswa dalam proses belajar. Dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat dengan materi yang akan disampaikan dapat mempermudah siswa dalam menerima dan memahami materi tersebut. Penerimaan dan pemahaman yang baik terhadap materi tersebut akan menghantarkan siswa memperoleh prestasi belajar yang baik.

Model pembelajaran Kooperatif tipe Mind Mapping merupakan model pembelajaran yang dapat melatih siswa untuk berfikir kritis, bertanggung jawab, berkomunikasi, menjadi lebih kreatif, menyelesaikan masalah, menyusun dan

54 Aman, op.cit., hlm. 108.

menjelaskan pikiran-pikiran, mengingat dengan lebih baik. Melalui pembelajaran kooperatif siswa dapat memperoleh pengalaman belajarnya yang sangat bermakna.

Dengan pembelajaran kooperatif siswa dapat memaknai rasa saling ketergantungan positif, tanggung jawab dan pentignya interaksi yang dapat mereka terapkan dalam lingkungannya. Dengan pembelajaran kooperatif tipe mind mapping memberikan kesempatan kepada siswa untuk memahami materi pembelajaran dengan mengembangkan kratifitasnya secara leluasa melalui pemikiran kritis mereka masing-masing dalam suatu kelompok. Sehingga, sehingga keaktifan belajar siswa dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar sejarah siswa.

Gambar 1. Kerangka Berpikir

1. Penerapan model cooperative learning tipe Mind Mapping dapat meningkatan motivasi belajar sejarah siswa kelas XI IPS 3 SMA N 1 Playen.

2. Penerapan model cooperative learning tipe Mind Mapping dapat meningkatan prestasi belajar sejarah siswa kelas XI IPS 3 SMA N 1 Playen.

32 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan ini dikategorikan sebagai Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang digunakan adalah Kolaboratif yaitu upaya bersama dari berbagai pihak untuk mewujudkan perbaikan yang diinginkan.55 Penelitian tindakan kelas merupakan pemecahan masalah pembelajaran melalui penerapan langsung di kelas, yaitu di ruang kelas dimana guru melaksanakan tugas-tugas pembelajaran.56 Penelitian ini menggunakan model penelitian dari Kemmis dan Taggart, yaitu bentuk spiral dari siklus satu ke siklus berikutnya.57

Tujuan dilaksanakan PTK adalah memecahkan permasalahan yang terjadi di dalam kelas dengan melakukan inovasi dan memperbaiki kualitas proses pembelajaran dengan sasaran akhir memperbaiki hasil belajar siswa. Selain itu dilakasanakan PTK sebagai upaya membantu guru dalam memperbaiki mutu pembalajaran serta peningkatan kualitas pembelajaran di kelas. Pada penelitian tindakan kelas ini difokuskan untuk memperbaiki kualitas pelajaran khususnya dalam pelajaran sejarah, sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar dan prestasi belajar sejarah siswa kelas XI IPS 3 di SMA N 1 Playen.

55 Suharsimi Arikunto, dkk,. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006, hlm, 110.

56Masnur Muslich, Melaksanakan PTK itu Mudah, Yogyakarta: Tiara Wacana, 2013, hlm. 6

57Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan, Yogyakarta: Aditya Media, 2010, hlm, 4.

B. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMA N 1 Playen yang berlokasi Jl. Playen Paliyan, Plembutan, Playen, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta 55861.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tahun ajaran 2017/2018 di semester gasal, yaitu dari bulan Oktober hingga bulan November 2017. Pelaksanaan waktu penelitian mengacu pada kalender akademik sekolah.

C. Subjek Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini yang menjadi subjek adalah Siswa Kelas XI IPS 3 SMA N 1 Playen yang berjumlah 21 siswa.

D. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian adalah motivasi dan prestasi belajar sejarah siswa sertamodel cooperative learning tipe: mind mapping.

E. Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas

Variabel bebas sering disebut dengan variabel stimulus. Dalam bahasa Indonesia sering disebut variabel bebas. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel

terikat.58 Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model cooperative learning tipe: Mind Mapping (pemetaan pikiran). Variabel bebas ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar sejarah.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat merupakan variabel yang di pengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.59 Variabel terikat merupakan faktor dari gejala yang memiliki sejumlah aspek atau unsur didalamnya yang berfungsi menerima atau menyesuaikan diri dengan kondisi variabel lain yang disebut variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah motivasi dan prestasi belajar sejarah siswa.

F. Definisi Operasional Variabel 1. Motivasi Belajar

Daya penggerak dari seseorang (siswa) yang memicu melakukan sesuatu, yaitu belajar. Motivasi belajar dibedakan menjadi dua yaitu, motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik merupakan rangsangan dari dalam diri individu untuk melakukan belajar seperti membaca buku, menulis dan menyimak saat pembelajaran. Belajar yang dilakukan benar-benar untuk memperoleh pengetahuan, prestasi dan keterampilan. sedangkan motivasi ekstrinsik adalah dorongan belajar yang berasal dari luar, belajar yang dilakukan bukan karena ingin memperoleh pengetahuan tetapi untuk tujuan yang

58Sugiyono,Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung : Alfabeta, 2009, hlm, 4.

59Ibid., hlm. 4.

lain misalnya untuk memperoleh nilai baik, belajar karena untuk mendapatkan hadiah atau penghargaan semata tetapi tetap ada aktivitas belajar didalamnya.

2. Prestasi

Prestasi merupakan hasil pengukuran aspek kognitif kemampuan dan pengetahuan siswa dari usaha belajar baik hasilnya memuaskan ataupun tidak memuaskan. Dalam penelitian yang diperlukan prestasi hasil belajar siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran yang berupa nilai atau skor.

3. Belajar

Belajar merupakan usaha sadar individu (siswa) untuk mencapai peningkatan diri atau perubahan diri melalui latihan-latihan, pengulangan-pengulangan yang terjadi karena sengaja. Belajar sebagai upaya untuk memperoleh kepandaian, berlatih dan peningkatan tingkah laku yang disebabkan oleh pengalaman.

4. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah upaya melaksanakan pembelajaran dengan cara bekerjasama untuk memperoleh hasil belajar dari kegiatan belajar.

Dalam pembelajaran kooperatif terdapat unsur-unsur yang harus dicapai yaitu, saling ketergantungan positif, memiliki tanggung jawab, berkomuniksasi antar anggota kelompok.

5. Mind Mapping

Mind mapping adalah upaya memahami permasalahan dalam proses pembelajaran dengan memetakan poin-poin permasalahan yang penting dalam benak siswa, untuk nantinya dipahami atau dapat informasikan. Dalam membuat

konsep sebuah materi secara sistematis akan membuat materi mudah untuk dipahami.

G. Metode Pengumpulan Data 1. Observasi

Observasi yang dilakukan peneliti ini yaitu untuk mengetahui keadaan kelas sebelum diterapkanya model pembelajaran cooperative learning tipe Mind Mapping maupun setelah diterapakan model pembelajaran tersebut.

2. Kuesioner

Penelitian tindakan kelas ini menggunakan angket atau kuesioner yang telah disediakan jawabannya dengan ratting-scaleuntuk mengetahui tingkat motivasi belajar siswa. Pengumpulan data membagikan kuesioner dan kemudian hasil pengisian dianalisis.

3. Tes

Penelitian tindakan kelas ini menggunakan tesuntuk mengukur tingkat kemampuan kognitif siswa. Tujuannya mengetahui hasil belajar siswa sebelum maupun sesudah pembelajaran berlangsung sehingga dengan demikian dapat diperoleh sebuah perbandingan prestasi belajar.

4. Wawancara

Peneliti melakukan wawancara untuk mengetahui kondisi awal siswa serta untuk mengetahui pemahaman siswa sebelum diterapkanya model pembelajaran cooperative learning tipe Mind Mapping.

5. Dokumentasi

Selain pengumpulan data-data seperti diatas, peneliti menambahkan data dokumentasi yang berupa foto-foto aktivias belajar siswa dikelas selama proses belajar mengajar dikelas.

H. Instrumen Pengumpulan Data

Instrument pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih untuk pengumpulan data agar kegiatan tersebut lebih mudah untuk mengumpulkan data.

Adapun instrument yang digunakan peneliti sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi berupa lembar pengamatan aktivitas kegiatan siswa selama proses belajar mengajar berlangsung. Model pembelajaran tipe Mind Mapping merupakan bagian dari pembelajaran kooperatif. Aspek yang diamati sebagai instrumen ketika melakukan observasi di kelas, antara lain: 1) Kerjasama kelompok, 2) Bertanya, 3) Mengemukakan pendapat, 4) Mempresentasikan hasil diskusi, 5) Keaktifan dalam diskusi kelompok, 6) Kemampuan menganalisis, 7) Kemampuan memahami materi, 8) Menghargai pendapat teman.

2. Kuesioner

Kuesioner yang digunakan pada penelitian ini berupa lembar-lembar isian, yaitu kuesioner tertutup diukur dengan cara ratting-scale (skala bertingkat).

Penentuan skor menggunakan skala likert yang terdiri dari 5 kategori. Pada penyataan positif, pilihan jawaban “sangat setuju” skor 5, “setuju” skor 4,

“kurang setuju” skor 3, “tidak setuju” skor 2 dan “sangat tidak setuju” skor 1.

Sebaliknya pada pernyataan negatif, pilihan jawaban “sangat setuju” skor 1,

“setuju” skor 2, “kurang setuju” skor 3, “tidak setuju” skor 4 dan “sangat tidak setuju” skor 5.60

3. Tes hasil belajar

Tes hasil belajar digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa baik sebelum maupun sesudah diterapkan model pembelajran kooperatif tipe mind mapping. Alat yang digunakan dalam tes hasil belajar (prestasi) yaitu soal pilihan ganda dan soal essay.

4. Wawancara

Wawancara digunakan untuk mengetahui keadaan motivasi dan prestasi belajar sejarah siswa. Wawancara ini menggunakan instrumen lembar daftar pertanyaan untuk diajukan kepada guru dan beberapa siswa.

5. Dokumentasi

Dokumentasi digunakan sebagai alat berupa foto dan video yang menunjukkan keadaan kegiatan belajar sejarah siswa serta sebagai bukti telah terlaksananya penelitian.

I. Validitas dan Reliabilitas 1. Validitas

Validitas merupakan ukuran katetapan data yang terjadi pada objek penelitian.61 Validitas butir soal atau validitas item digunakan untuk mengetahui

60 Sugiyono, Metode Penelian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, Bandung, Penerbit Alfabeta, 2012, hlm, 93.

61Rosita, Belajar dan pembelajaran, Jakarta: Depdikbud, 2014, hlm. 13.

tingkat kevalidan masing-masing butir soal.62 Suatu tes dapat dikatakan valid apabila alat ukur mampu melakukan fungsi ukurnya dengan baik. Sehingga dapat ditentukan butir soal yang gagal dan yang diterima.

Suatu alat ukur diharapkan mampu mengungkap isi suatu konsep atau variabel yang hendak diukur. Validitas isi dalam penelitian ini dilakukan dengan expert judgement atau melalui orang yang ahli dalam mengukur konsep ini.

Secara teknis penguji validitas konstruksi dan validitas isi dapat dibantu dengan menggunakan kisi-kisi instrumen, atau matrik pengembangan instrumen. Kisi-kisi itu terdapat variabel yang diteliti, dalam penelitian ini variabelnya adalah motivasi dan prestasi belajar siswa.

Indikator dijadikan sebagai tolak ukur untuk membuat nomor butir (item) pertanyaan. Setiap instrumen berupa tes terdapat butir-butir (item) pertanyaan, namun berbeda dalam pemberian skornya. Soal yang telah dibuat dan digunakan untuk mencari data motivasi dan prestasi siswa divalidasi oleh ahli terlebih dahulu. Validator dalam penelitian ini adalah guru dan dosen yang bersangkutan.

Menurut Daryanto tingkat validitas ini dapat diuji dengan dihitung menggunakan rumus korelasi Product Moment:63

Keterangan:

𝑟𝛸𝛶 ∶ Koefisien korelasi product moment 𝑁 ∶ Jumlah peserta tes

∑𝛶 ∶ Jumlah skor total

62Daryanto, Penelitian Tindakan Kelas dan Penelitian Tindakan Sekolah, Yogyakarta: Gava Media, 2014, hlm. 186.

63Daryanto, op.cit., hlm. 187.

𝑟

𝑥𝑦 = 𝑁.∑𝑋𝑌−(∑𝑋)(∑𝑌)

√{𝑁.∑𝑋2−(∑𝑋)2}{𝑁.∑𝑌2−(∑𝑌)2}

∑𝛸 ∶ Jumlah skor butir soal

∑𝛸2 ∶ Jumlah kuadrat skor butir soal

∑𝛸𝛶 ∶ Jumlah hasil kali skor butir soal

Sedangkan untuk menguji taraf signifikan hasil korelasi, maka digunakan uji-t. uji-t ini dimaksudkan untuk menentukan signifikan dengan membandingkan nilai t-hitung dan t-tabel. Jika hasil dari pembandingan t-hitung

> tabel, maka dapat disimpulkan bahwa butir item valid. Rumus mencari t-hitung yang akan digunakan adalah sebagai berikut:64

Keterangan:

T : Taraf signifikan

r : Korelasi skor item dan skor total n : Jumlah responden

Instrumen yang dinyatakan valid pada penelitian ini apabila mencapai taraf signifikan melebihi 0,75. Jika taraf signifikan instrumen >0,75 maka, instrumen dinyatakan gugur. Berdasarkan hasil uji validitas di lapangan diperoleh hasil sebagai berikut.

a. Motivasi Belajar Siswa

Pada soal kuesioner motivasi pra-siklus terdapat 40 item. Item yang tidak valid berjumlah 3 item. Soal tidak valid terdiri dari nomor 22, 27 dan 32 dikarenakan signifikansi < 0,70. Soal yang tidak valid dianggap gugur dan tidak digunakan untuk penelitian.

b. Prestasi Belajar Siswa

64 Suharsimi Arikunto, dkk, op.cit., hlm. 177.

𝑡 =r√n − 2

√1 − r2

Pada soal pilihan ganda siklus 1 terdapat 25 item. Item yang valid berjumlah 20,sedangkan item yang tidak valid berjumlah 5 item. Soal tidak valid terdiri dari nomor 5, 10, 12 dan 17 dikarenakan signifikansi < 0,70. Untuk soal essay siklus 1 dari 5 soal yang diujikan, hasilnya semua item soal valid dengan signifikansi 0,99. Soal yang tidak valid dianggap gugur dan tidak digunakan untuk penelitian.

Dalam soal pilihan ganda siklus 2, terdapat 23 soal yang valid dan 2 soal yang tidak valid. Dari data yang diperoleh, soal yang dinyatakan tidak valid terdiri dari nomor10 dan 12, hal tersebut dikarenakan signifikansi < 0,70. Untuk soal essay siklus 2, dari 5 soal yang diujikan, hasilnya semua item soal sudah valid dengan signifikansi 0,995. Soal yang tidak valid dianggap gugur dan tidak digunakan dalam penelitian.

2. Reliabilitas

Uji reliabilitas pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan reliabilitas konsistensi. Dalam hal ini suatu pengukuran atau test dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan atau reliable yang tinggi jika test tersebut dapat memberikan hasil yang tetap dan sama.65 Antara validitas dan reliabelnya suatu soal berhubungan erat, artinya untuk memenuhi syarat reliabilitas, suatu soal harus valid terlebih dahulu.66 Maka reliabilitas suatu soal tidak perlu diragukan lagi apabila tersebut benar-benar sudah valid, jadi soal yang valid pasti reliable.

65Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta, Bina Aksara,hlm.

154.

66Daryanto, op.cit., hlm. 177.

Pada penelitian intsrumen yang digunakan jumlah butir pertanyaan ganjil, sehingga reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan rumus belah K – R 20:67

Keterangan:

𝑟1 1 ∶ reliabilitas instrumen

𝐾 ∶ Korelasi antara skor − skor setiap belahan tes 𝑉𝑡 ∶ varians total

p ∶ proporsi subjek yang menjawab benar q ∶ proporsi subjek yang menjwab salah

Untuk menguji taraf signifikan realibitas instrument maka dilakukan uji t dengan rumus:

Keterangaan : t = taraf signifikan

r = korelasi skor item dan skor total n= jumlah responden

a) Motivasi Belajar Siswa

Pada hasil pengujian instrument motivasi di lapangan, tingkat reliabilitas soal kuesioner motivasi pra-siklus adalah r= 0,846 dengan taraf signifikan 0,995.

Sedangkan tingkat reliabilitas instrument soal kuesioner motivasi pada siklus II adalah r = 0,694 dengan taraf signifikan 0,995. Berdasarkan hasil dari pengujian

67Arikunto, S. op.cit.,hlm. 177.

𝑡 =r√n − 2

√1 − r2 𝑟11= ( 𝐾

𝐾 − 1)( 𝑉𝑡 − ∑ pq 𝑉𝑡 )

instrumen di atas dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian ini layak digunakan untuk melakukan penelitian.

b) Prestasi Belajar Siswa

Berdasarkan hasil pengujian instrumen prestasi di lapangan, tingkat reliabilitas soal pilihan ganda siklus 1 adalah r = 0,838 dengan taraf signifikan 0,995 dan tingkat reliabilitas soal essay adalah r = 0,530 dengan taraf signifikan 0,995.

Tingkat reliabilitas instrumen prestasi pada siklus II pilihan ganda adalah r = 0,865dengan taraf signifikan 0,995. Untuk soal essay adalah r = 0,643 dengan signifikan adalah 0,995. Berdasarkan hasil dari pengujian instrumen di atas dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian ini layak digunakan untuk melakukan penelitian.

J. Desain Penelitian

Berikut adalah desain penelitian tindakan kelas yang digunakan:

Gambar 2. Model Penelitian Tindakan Kelas Sumber: Suharsimi Arikunto, 2010.

K. Teknik Analisis Data

Pada penelitian ini suatu metode dalam kegiatan pembelajaran diadakan analisa data dengan data sebelumnya. Ada dua jenis data dalam penelitian, yaitu data kuantitatif dan data kualitatif.68 Oleh karena itu peneliti harus memahami analisis data dengan baik dan tepat agar segala informasi sesuai dengan fungsinya hingga memiliki manfaat yang jelas sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian tindakan kelas, peneliti mengumpulkan data yang berupa data kuantitatif dan data kualitatif.

68Ibid., 131.

1. Data Kualitatif

Analisis kualitatif merupakan analisis data yang dilakukan secara deskriptif untuk menjelaskal hal-hal yang diamati saat proses penelitian tindakan. Data kualitatif pada dasarnya digunakan untuk menjelaskan data dari suatu gejala yang diamati ketika penelitian dilakukan. Pada analisis kualitatif mengacu pada model analisis dari hasil data observasi yang dianalisis dan kemudian akan didapatkan pemaparan mulai dari pra-siklus, siklus I dan siklus II sehingga diperoleh data motivasi belajar sejarah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Mind Mapping. Sehingga, dengan demikian terdapat dua aspek dianalisis yaitu seperti dibawah.

a. Aspek Afektif

Data hasil observasi dianalisis dengan mendeskripsikan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran mind mapping.

Tabel 1. Instrumen Pengamatan Aktivitas Siswa

No Nama

Kerjasama kelompok Mengambil giliran Beranya Mengemukakan pendapat Mempresentasikan hasil diskusi Keaktifandiskusi kelompok Kemampuan menganalisis Kecakapan memecahkan masalah Jumlah

(1-4) (1-4) (1-4) (1-4) (1-4) (1-4) (1-4) (1-4) 1

2 3 Dst

Keterangan penilaian menggunakan skala 1-4

Pada aspek psikomotorik, aspek yang dinilai adalah presentasi siswa di kelas, meliputi keterampilan menjelaskan, keterampilan menginformasikan, dan keterampilan merespon.

Tabel 2. Instrument Pengamatan Presentasi No Nama Menjelaskan

Keterangan penilaian menggunakan skala 1-4 a) Skor 1 = kurang

b) Skor 2 = cukup c) Skor 3 = baik d) Skor 4 = amat baik

2. Kuantitatif

Data kuantitatif dianalisis menggunakan analisis komparatif. Data kuantitatif pada penelitian ini dihasilkan dengan membandingkan skor rata-rata dan persentase pada setiap siklusnya. Analisis data dimulai setelah kondis awal diketahui hingga kemudian peneliti melanjutkan menuju siklus pertama. Jika pada siklus pertama prestasinya masih kurang, maka peneliti melanjutkan ke siklus yang kedua. Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau presentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar pada setiap siklusnya

dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir siklus. Hasil evaluasi dapat dinyatakan dalam skor hasil penilaian aspek kognitif. Dengan demikian bahwa data kuantitaif ini untuk melihat rata-rata prestasi belajar siswa. Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu untuk menilai ulangan atau tes formatif dan untuk menilai ketuntasan belajar.

Data kuantitatif dianalisis dengan membandingkan presentase skor setiap siklusnya. Dari data pra siklus peneliti melakukan pembandingan mulai dari kondisi awal (prasiklus) dengan siklus I. setelah diketahui hasilnya belum mencapai target maka peneliti melanjutkan ke siklus II. Setelah itu, peneliti melakukan perbandingan antara siklus I dan siklus II. Maka data yang berupa skor akan di konfersikan menjadi nilai berdasarkan acuan penilaian (PAP I) dengan sekala 1-100:

Tabel 3. PAP I (Patokan Acuan Penilaian) Prosentase (%) Kriteria

90%-100% Sangat tinggi

80%-89% Tinggi

70%-79% Cukup

60%-69% Kurang

0%-59% Sangat kurang

Peningkatan prestasi belajar sejarah siswa dilihat dengan menggunakan prosentase siswa yang tuntas dan siswa yang belum tuntas. Berikut rumus yang digunakan dalam menghitung prosentase:

a) Rumus Prosentase Jumlah Ketuntasan Siswa

𝑃 = ∑𝑆

∑𝑁× 100

Keterangan:

𝑃 ∶ Prosentase ketuntasan belajar ∑𝑆 ∶ Jumlah siswa yang tuntas belajar ∑𝑁 ∶ Jumlah siswa keseluruhan

b) Rumus Prosentase Jumlah Siswa Tidak Tuntas

Keterangan:

𝑃 ∶ Prosentase ketuntasan belajar

∑𝑆 ∶ Jumlah siswa yang tidak tuntas belajar ∑𝑁 ∶ Jumlah siswa keseluruhan

L. Prosedur Pelaksanaan Penelitian 1. Pra Siklus

a. Permohonan izin kepada sekolah SMA N 1 Playen, ketua jurusan IPS Universitas Sanata Dharma, dinas penanaman modal pelayanan terpadu pemerintah kabupaten Gunung Kidul, dan Kepala SMA N 1 Playen.

b. Observasi dilakukan di kelas XI IPS 3 SMA N 1 PLAYEN dengan jumlah 21 siswa untuk memperoleh hasil belajar siswa sebelum penelitian tindakan kelas (PTK) dilaksanakan.

c. Wawancara dilakukan dengan guru sejarah SMA N 1 Playen, guna mendapatkan informasi tentang kondisi awal prestasi belajar sejarah siswa.

d. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

e. Menyiapkan instrumen penelitian.

e. Menyiapkan instrumen penelitian.

Dokumen terkait